Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gadis Itu Bernama Mirna (2)

14 Desember 2022   03:53 Diperbarui: 14 Desember 2022   04:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh : Wied Efect

Bolak-balik dari Yogja ke Jakarta, disatu sisi cukup menyenangkan, namun disisi lain harus sering meninggalkan keluarga. Seperti hari itu, kebisaaan ke Jakarta berangkat siang. Kali ini aku sendirian saja, lusa harus segera pulang memberi laporan perjalanan.

Sore hari sampai di Stasiun Jatinegara.

Baru saja aku keluar peron, hendak melangkah mencari taksi, seseorang memanggilku.

"Bim....?" Aku ragu-ragu, apakah wanita yang berada tidak jauh dari mobil Honda Jas itu memanggilku, aku sempat melirik kearah wanita itu, aku masih ragu apakah ia memanggilku.

"Bimo?" aku semakin yakin kalau wanita tersebut memanggilku. Wajahnya mirip sekali dengan Mirna, tapi seingatku mirna memanggilku Om. Wanita ini memanggil namaku begitu saja.

Sebenarnya aku masih belum bisa menjawab, siapa wanita yang memanggilku itu. Karena itu aku berusaha untuk mendekati dan menanyakan apakah dia memanggilku.

"Bukankah kamu Bimo!" ku pandangi wanita itu, aku menganggukan kepala.

"ya, namaku Bimo. Maaf anda siapa?"

"aku melihatmu keluar dari stasiun, aku yakin bahwa kamu Bimo. Karena itu aku tunggu saja kamu disini." Wanita itu menjelaskan, karena memang sengaja menungguku.

Ia mengulum senyum, "masuklah ke mobilku, kita ngomong-ngomong didalam mobil." Wanita itu begitu ramah dan terasa sudah begitu akrab dengan ku.

Aku sebenarnya ragu-ragu untuk mengikuti apa kata wanita itu, tapi seakan tersugesti oleh omongannya, aku manut saja segera masuk kemobilnya.

"Maaf kalau aku menanyakan hal ini, siapakah anda, dan kenapa anda begitu ramah denganku. Bukankah kita baru saja bertemu."

Wanita itu tidak menjawab, ia hanya mengulum senyum, senyum yang pernah aku kenali. Betapa bodohnya aku tidak bisa mengingat siapa dia.

"Aku Lisa Bim, apakah kamu tidak mengenal ku lagi?"

Aku mengerutkan kening. Aku pandangi dia dengan seksama, Lisa? Bisikku.

Pikiranku menerawang jauh, aku berusaha mengingat satu-satu temanku termasuk Lisa. Lisa yang mana ya.

"maaf... apakah kita pernah bertemu."

"Ngaak usah ragu Bim. Aku temanmu, memang kita tidak begitu lama, coba ingat nggak waktu mengadakan kemping di kalikuning. Aku terjatuh dan kamu yang menolongku kan. Ingat waktu itu kamu pengin mengejar bule Australia itukan sehingga tak begitu memperhatikanku. Tapi aku ingat terus pada kamu."

Apa yang dikatakan Lisa memberikan suatu ingatan mulai terbuka. Kalikuning? Yah memang aku dan rombongan pernah kemping di Kalikunig, salah satu bagian dari Kaliurang. Lisa memang lain kampus dengan ku, aku berusaha mengingati.

Waktu itu tengah mengadakan jurit malam, semua rombongan menelusuri sungai. Aku mengenal Lisa juga kebetulan saja, dan hal itu tidak begitu aku perhatikan karena waktu itu aku mengincar cewek bule yang kebetulan ikut bergabung mengikuti kemping di kalikuning. bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun