Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ancaman

8 April 2020   19:24 Diperbarui: 8 April 2020   19:38 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama temanku itu, Tarno dia tengah menyelesaikan akhir studinya, membuat skripsi, dosennya yang sulit ditemui apalagi termasuk juag dosen yang forgetfull. Misalnya gini, hari ini sudah diacc waktu mengajukan ke bab berikutnya masih menanyakan bab sebelumnya, akhirnya cukup lama juga selesainya, lebih dari setahun hanya untuk konsultasi.

Ia kemudian banyak menyendiri, sering kancing kamar, jika ada seorang temannya hendak menemui di bilang sibuk. Waktu ku perhatikan di kamus, dia tuh..sering senyum-senyum sendirian waktu melangkah.

"Oh..." aku melihat dik Lastri mendesah sambil menundukkan kepala. Kelihatan sekali wajahnya diliputi rasa takut

"Ada apa?" tanyaku yang tidak segera dijawab, bahkan tunduknya semakin menunduk. Sekali ku Tanya adapa?

Ia nampak terkejut dan bilang, "Nggak apa-apa mas."

Dik Lastri belum mau menjawab bahkan ia menatapku dengan tatapan sendu. Aku diam saja menunggu reaksi yang akan dikatakan oleh dik Lastri. Sekalipun agak terbata, akhirnya ia mau mengatakan juga, bahkan ia sempat mengatakan kalai berbohong kepadaku.

Dikatakan kalau ada seseorang yang menjelek-jelekkan ibu. Ia merasa mau berkumpul dengan teman-temannya. Hal yang tidak diketahui olehnya kalau yang menjelek-jelekkan itu tidak diketahui nama. 

Dan itu merupakan persoalan tersendiri kenapa seseorng menjelek-jelekkan ibu tanpa diketahui siapa orangnya, Cuma dikata kalau betnya tertulis SMA Bopkri sama seperti yang dikatakan dik Tini.

Bahkan dia memakai ancaman bila apa yang ia katakana dibertitahukan pada yang lainnya. Aku termenung memikirkan hal itu. Yah... semuanya masih ngambang, tapi aku juga sadar jika dik Lastri nggak mau masuk juga. Repot jadinya, ku kira ancaman itu yang membuat ia enggan bersekolah.

Dia kuminta untuk mau masuk kembali ke sekolah, tapi masih pada pendiriannya. Rasa takutnya telah menjadikan dirinya semakin terkurung dan selalu was-was jika bicara kepada orang lain selain anggota keluarga.

Aku tetap mendesaknya untuk mau masuk sekolah. Akhirnya ia mau juga dan aku harus meluangkan waktu untuk mengantarkan. Tak apalah, demi cinta-cita adikku,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun