pagi itu terasa ada kesejukan,
angin berhembus merasuk sampai relung hati
menyisakan pikiran-pikiran tengah gulana
kehangatan matahari mulai menghangatkan jiwa
dan orang-orang bersemangat mencari tempat-tempat
supaya pagi tambah berseri
begitu hari menyibak pagi, salampun berkumandang
mencari sosok-sosok hendak diajak meniupkan semangat pagi,
semangat barisan terlanjur termeteraikan bakti inisiator
supaya tiang-tiang penyangga tak lagi berdiri tegak.
bumipun tak jemu-jemu memompa kumparan porosnya,
bergerak memutar melingkar, menjadi sasaran pijak
matahari hingga menggeliat mimpi-mimpi,
kalau saja hembusan angin belum juga mampu meniupkan kesejukan
selalu saja memekikkan semangat inisiator menggelora
supaya tiang-tiang penyangga semakin tergores pekiknya,
walau masih tersisa semangat supaya tiang-tiang tetap berdiri tegak.
gelombang yang terus menghantam,
gelombang angin terus menyusup dalam pikiran,
menjadi pertanda akan robohnya tiang-tiang penyangga
anginpun semakin menelanjangi irama musim ini
kumparan derunya meraung hendak mencari sosok-sosok target
dengan harapan mereka dapat memandang dengan sebelah mata
menjadikan irama musim ini seakan bersatu menghalau siapa saja
sudah terperangkap mimpinya.
tapi siapa sangka, gelombang terus memburu,
angin meliar irama musim berusaha mengembalikan
tiang-tiang hampir roboh supaya dapat tetap berdiri tegak kembali
menjadi gelombang lain, peduli akan kesatuan,
peduli jadi satu tujuan untuk tetap menjadi pondasi
tiang-tiang itu supaya tetap berdiri tegak
walau kumparan angin selalu saja mengkawatirkan
ketika tiang-tiang itu mulai miring.
Jakarta 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H