Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buah Berlimpah

8 Mei 2017   08:36 Diperbarui: 8 Mei 2017   10:24 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi yang cerah telah memberikan kesejukan bagi kita semua,

apalagi ku telah menanam pohon buah mulai kelihatan berlimpah hasilnya,

namun siapa sangka diantara pohon itu telah tumbu benalu,

siapa yang menyebar dan aku yakin semalam telah datang

seseorang untuk menabur benalu diatara tanaman yang sudah kelihatan buahnya

ingin rasanya untuk segera kucabut saja tanaman itu,

namun akan tercerabut semuanya, dan kubiarkan saja

biar sama-sama tumbuh, dan kamu tahu

yang berlimpah itu belum tentu memiliki rasa manis,

namun diantaranya ada yang telah dierami oleh ulat danmelekat ditubuh benalu

 itu yang menyebabkan kebusukan, kebusukan hati ini,

aku tetap mengerti walau sebagian buah telah mulai jatuh karena ter makan ulat namun ada juga buah yang benar-benar dapat berguna,

dapat dimakan dengan lahapnya,

dan itu yang mulai dicari orang-orang,

bagaimana menghasilkan buah berlimpah namun berguna bagi siapa saja,

nampaknya hal itu harus memiliki jurus-jurus tertentu agar buah tetap segar dan tetap disukai banyak orang.

dan harus segera dicari rumus baru,

agar seseorang tidak lagi menabur benalu ketika  sedang pulas tidurnya,

tetap berjaga-jaga agar buah manis tidak lagi tercampur ulat,

agar tanaman buah tidak lagi dilekati benalu.

karena kau tahu bahwa hal itu akan mengotori  pikiran,

dan semakin benalu itu susah dicabut,

keburukan-keburukan itu akan semakin tajam

akan ada perang yang begitu besar dalam diri,

entah kemenangan apa hendak diraih,

kemenangan siapa hendak direngkuh,

sekalipun benalu itu semaki menyebar,

masih tersisa dau-daun hijau tempat dimana

pikiran-pikiran itu akan bertarung

melawan kejahatan yang selalu membayangi dalam kehiduopan sehari-hari.

2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun