Proram ini telah melepasliarkan lebih dari 350 Orangutan ke habitatnya dengan tujuan membangun populasi Orangutan liar baru yang mandiri.
Orangutan Haven ini dibangun untuk menjadi tempat tinggal jangka panjang bagi Orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke habitat mereka yang asli di hutan serta meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengajarkan pentingnya menjaga alam.
Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)
Negara kita juga memiliki Orangutan Tapanuli. Dibandingkan Orangutan Kalimantan dan Sumatra, tengkorak Orangutan Tapanuli jauh lebih kecil dengan tulang rahang yang lebih halus namun memiliki gigi geraham dan gigi taring yang lebih besar daripada keduanya.
Pongo tapanuliensis memiliki bulu yang lebih tebal dan lebih keriting, kumis dan jenggotnya terlihat lebih menonjol disertai bantalan pipi yang berbentuk datar dan dipenuhi rambut halus berwarna pirang.
Catatan yang perlu kita garisbawahi dari spesies ini adalah bahwa mereka berkembang biak sangat lambat dengan jarak melahirkan 8-9 tahun dan rata-rata memiliki anak pertama di usia 15 tahun.
Jarak berkembang biak yang cukup lama ini serta berbagai ancaman di hutan membuat populasi spesies Orangutan Tapanulis terus menurun. Tidak heran bila jumlahnya kini hanya mencapai 800 ekor saja.
Situasi ini membuat sejumlah pihak terus bergerak untuk menjaga kelestariannya, termasuk Tambang Emas Martabe yang rutin melakukan studi independen dengan melibatkan pakar dan akademisi tentang dampak aktivitas tambang terhadap Orangutan Tapanuli. Â
Kontribusi Masyarakat
Kelestarian keanekaragaman hayati, termasuk Orangutan di dalamnya bukan hanya tugas golongan tertentu saja, tapi tanggungjawab bersama.Â
Langkah upaya pelestarian spesies Orangutan juga sudah digaungkan oleh Orangutan Foundation International (OFI) selama 51 tahun terakhir. Namun tidak cukup sampai di sana. Tidak cukup pula hanya menunggu gerakan yang diinisiasi pemerintah, komunitas, perusahaan atau NGO terkait.