Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Sunrise of Java", Asita DK: dari Alam hingga Seni, Yuk Kenali Keindahannya Lewat Buku Banyuwangi

19 Juni 2023   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2023   15:15 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ke tujuah, akhirnya kami menjajakan kaki di Banyuwangi. Ada celutukan yang bilang, jagoan emang datangnya belakangan. Di sanalah kami subuh-subuh, di gerbang bertuliskan "Taman Nasional Baluran".

Kami yang masih berselimutkan kantuk, lupa, bahwa kami sedang menapakkan kaki di "rumah matahari terbit".

Benar saja, di tengah perjalanan menuju Savana Bekol, saat matahari pelan-pelan memunculkan diri dengan warnanya yang keemasan, suasana mulai terasa berbeda. Orang lokal menyebut tempat ini Africa Van Java.

Di bawah hamparan cahaya matahari pagi yang berserak ke segala arah, kami justeru disuguhkan dengan gugusan rusa yang bersantai bermandi cahaya di sana.

Sambil mengendap-endap, kami merapatkan posisi ke arah kelompok rusa tersebut, berusaha membuat mereka agar tak kaget dan ketakutan.

Namun di satu waktu, setelah tim dokumentasi berhasil mengabadikan sejumlah momen, rusa-rusa itu tiba-tiba lari berhamburan masih dengan matahari yang terbit lagi cantik-cantiknya. Tidak heran kalau orang menggambarkan tempat ini miniatur Africa, magic, misterius dan mewah di saat yang bersamaan.

Kalau mau lebih dapet feel Africanya, sebaiknya memang datang saat musim kemarau tiba, sekitaran Oktober. Waktu dimana hewan-hewan liar sedang memasuki masa kawin. Pada masa ini, jika beruntung, pengunjung akan mendapatkan kesempatan sajian pertarungan atau laga hewan-hewan jantan.

Bukan hanya Savana Bekol, kami juga dibawa main ke kampung wisata Osing Kemiren dan melihat-lihat patung tari yang mudah ditemui di sana.

Ya, bicara Banyuwangi, cakupannya luas sekali. Dari alam hingga seni. Sekali datang ke tempat ini, dengan magisnya, kita dipaksa untuk kembali.

Jelajah Banyuwangi, lewat buku "Banyuwangi, Sunrise of Java" karya Asita DK

Benar kataku, sekali menapakkan kaki di kota ini, akan keterusan untuk kembali, lagi dan lagi. Seperti kata Asita DK, tak cuma sekali dua kali, tak terhitung lagi banyaknya ia datang berkunjung ke kota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun