Daripada bolak balik dibentak, kadang beberapa dari kami memutuskan untuk diam dalam ketidaktahuan. Mending pura-pura ngerti daripada dipermalukan di depan teman-teman.
Jadi akhirnya jargon yang pernah saya dengar itu memang benar, anak pintar makin pintar, anak bodoh kian terbelakang.
Tapi, apakah benar ada anak yang bodoh?
Sambut Kurikulum Merdeka, selamat datang di era keadilan dalam belajar
Saya percaya, setiap anak memiliki talenta. Bila tak matematika, mungkin ia jago di bahasa. Bila tak di fisika, mungkin ia jago seni atau olahraga. Hanya, bagaimana guru dan orang tua berkolaborasi menemukan talenta tersebut agar bisa dikembangkan lebih maksimal.
Saya jadi kepikiran, betapa serunya bila penerapan kurikulum merdeka sudah ada sejak zaman saya sekolah.
Dilansir dari laman kemdikbud, kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kabar baiknya, Kurikulum Merdeka sudah diterapkan oleh Kepala Sekolah dan guru di lebih dari 140.000 satuan pendidikan tahun ajaran 2022/2023.
Memang, di tahun ajaran 2023/2024, Kurikulum Merdeka masih menjadi sebuah kurikulum yang ditawarkan sebagai salah satu pilihan bagi satuan pendidikan sebelum tahun ajaran 2024/2025 ditetapkan jadi kurikulum nasional, namun, ini beberapa alasan mengapa saya berharap Kurikulum Merdeka ini hadir sejak saya sekolah dulu.
Fokus pada materi esensial
Masih ingat dengan si anak pintar dan bodoh?