Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menelanjangi "Daddy Issues" dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap

9 Juni 2022   12:16 Diperbarui: 9 Juni 2022   12:47 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang sudah nonton film yang digawangi Tika Panggabean dkk ini?

Dari sejumlah ulasan teman-teman halak hita di sosial media, film Ngeri-Ngeri Sedap disebut-sebut bikin anak-anak perantau jadi pada pingin pulang kampung.

Cuma yang menarik adalah, film ini sungguh menelanjangi daddy issues atau permasalahan dengan bapak di halak hita bahkan mungkin lintas suku.

Sebagian anak sangat beruntung memiliki sosok bapak yang sekaligus bisa menjadi sahabat, teman, guru yang baik dan panutan untuk anak-anaknya. Sebagian lagi memang harus elus dada sebab ketidakcocokan komunikasi dua arah antara anak dan bapaknya.

Coba kita telusuri satu-satu, ya.

Sulit menyampaikan rasa cinta
Di tepian laut berbatas tangga rumah mereka, Sarma bilang ke Abangnya, Domu, kenapa ketiga saudara laki-lakinya bisa memberikan perhatian yang dalam padanya, sedangkan pada sesama saudara laki-laki, mereka justeru kesulitan melakukan hal serupa.

Dan jawaban Domu ini sungguh related dengan kehidupan sehari-hari yang dulu kerap kulihat di masa kecilku, bahkan di tengah-tengah beberapa teman setelah di perantauan ini.

Pak Domu ke borunya kerap menunjukkan tindakan dan kata-kata penuh perhatian, tapi hal tersebut tak pernah ditunjukkannya pada anak laki-lakinya.

Dampaknya, ketiga anak laki-lakinya bisa meniru perlakuan bapaknya ke Sarma, namun kesulitan melakukan hal serupa ke saudara laki-lakinya.

Pernah satu waktu aku terlibat percakapan yang nyaris serupa dengan kasus ini. Katanya, anak laki-laki itu harus dikerasin agar tak manja saat dewasa kelak.

Padahal, urusan cinta bapak ke anaknya ya cinta aja. Sayang aja, tunjukin aja. Anak laki-laki juga butuh itu untuk bisa menerapkannya pada orang lain dan anak-anaknya kelak. Urusan tak manja saat dewasa, tinggal bagaimana orangtua mengajarkan mereka jadi pribadi mandiri kan?

Harusnya, keduanya menjadi urusan yang berbeda.

Keras kepala dan memaksakan kehendak
Kurasa bagian yang ini, banyak anak dari berbagai kalangan, suku, agama pasti merasakan hal yang sama. 

Ada yang pernah dipaksa bapaknya kuliah kedokteran padahal anaknya suka jadi penyanyi? Atau dipaksa jadi pianis saat anaknya ingin mengabdi bagi negeri sebagai Polisi?

Bagian ini aku suka bingung, untuk urusan gengsi dan harga diri, anak harus hidup dalam cita-cita orangtua alih-alih menghidupi mimpinya sendiri.

Lihat saja Pak Domu! Bagaimana dia bersembunyi di balik "Gabe itu cuma sementara aja jadi pelawak, nanti dia akan jadi hakim" untuk menjaga harga dirinya. Padahal di sisi berbeda, Gabe sangat menikmati perannya jadi Pelawak.

Atau, hanya karena kekhawatiran tak paham adat, Pak Domu memaksakan kehendak agar Domu menikah dengan sesama Batak. Padahal anaknya cinta pada boru Sunda. Yang tak dia ketahui, Domu bahkan mengajarkan sedikit-sedikit adat Batak pada kekasihnya. 

Terenyuh rasanya saat kekasih Domu manggil calon mertua laki-lakinya dengan sebutan Amangboru. Mantab Neng!

Ah ya, ini bisa jadi tips buat temen-temen wanita beda suku yang lagi berhubungan dengan laki-laki Batak. Untuk mengambil hati calon mertua, panggilnya bisa Amangboru dan Namboru, ya! Heheheh. Biar jadi kayak Pariban gitu.

Melemparkan komunikasi pada istri
Nah yang ini nih, bapak yang bikin masalah, mamak yang ngambil hati.

Kalau di balik layar ya persis kayak Pak Domu dan Mak Domu itu. "Kau ajalah yang bilang, biar mau anak-anak itu" Ngga heran kan kalau cintanya anak selalu lebih besar ke mak nya? 

Gimana ngga, komunikasi yang terjalin antara mama dan anak-anak lebih sering, lebih terbuka, lebih lembut diajak diskusi.

Coba aja ajak bapak diskusi. Waduh, dia yang bermasalah, yang diungkit masalah anak-anaknya. Wkwkwk. Contoh banget si Pak Domu ini. Bukannya diskusi, malah berakhir ribut lagi.

Yang paling nyelekit lagi, ketika Sahat berpamitan dan bilang "harusnya nasehat itu kuterima dari Bapak" sambil suaranya terus menahan tangis.

Tuh kan! Bapak tuh sinis sinis bisa, kaku bisa, menjaga harga diri jadi pimpinan keluarga jago. Urusan nasehat begini, anaknya malah dapet dari orang lain. Ini tuh rasanya dalem dan sakit banget pas dengernya. Duh!

Bukan defenisi "rumah" yang sesungguhnya. Ngga heran kalau cerita diawali dengan anak-anaknya yang pada ngga mau pulang.

Ada yang punya daddy issues begini juga ngga sih? Coba bawa nonton film Ngeri-Ngeri Sedap deh. Siapa tau gerak dikit hatinya. Hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun