Padahal, urusan cinta bapak ke anaknya ya cinta aja. Sayang aja, tunjukin aja. Anak laki-laki juga butuh itu untuk bisa menerapkannya pada orang lain dan anak-anaknya kelak. Urusan tak manja saat dewasa, tinggal bagaimana orangtua mengajarkan mereka jadi pribadi mandiri kan?
Harusnya, keduanya menjadi urusan yang berbeda.
Keras kepala dan memaksakan kehendak
Kurasa bagian yang ini, banyak anak dari berbagai kalangan, suku, agama pasti merasakan hal yang sama.Â
Ada yang pernah dipaksa bapaknya kuliah kedokteran padahal anaknya suka jadi penyanyi? Atau dipaksa jadi pianis saat anaknya ingin mengabdi bagi negeri sebagai Polisi?
Bagian ini aku suka bingung, untuk urusan gengsi dan harga diri, anak harus hidup dalam cita-cita orangtua alih-alih menghidupi mimpinya sendiri.
Lihat saja Pak Domu! Bagaimana dia bersembunyi di balik "Gabe itu cuma sementara aja jadi pelawak, nanti dia akan jadi hakim" untuk menjaga harga dirinya. Padahal di sisi berbeda, Gabe sangat menikmati perannya jadi Pelawak.
Atau, hanya karena kekhawatiran tak paham adat, Pak Domu memaksakan kehendak agar Domu menikah dengan sesama Batak. Padahal anaknya cinta pada boru Sunda. Yang tak dia ketahui, Domu bahkan mengajarkan sedikit-sedikit adat Batak pada kekasihnya.Â
Terenyuh rasanya saat kekasih Domu manggil calon mertua laki-lakinya dengan sebutan Amangboru. Mantab Neng!
Ah ya, ini bisa jadi tips buat temen-temen wanita beda suku yang lagi berhubungan dengan laki-laki Batak. Untuk mengambil hati calon mertua, panggilnya bisa Amangboru dan Namboru, ya! Heheheh. Biar jadi kayak Pariban gitu.
Melemparkan komunikasi pada istri
Nah yang ini nih, bapak yang bikin masalah, mamak yang ngambil hati.
Kalau di balik layar ya persis kayak Pak Domu dan Mak Domu itu. "Kau ajalah yang bilang, biar mau anak-anak itu" Ngga heran kan kalau cintanya anak selalu lebih besar ke mak nya?Â