Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sedapnya Ayam Merangkat dan Kisah di Balik Penyajiannya

8 Desember 2021   09:13 Diperbarui: 8 Desember 2021   09:16 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahhhh, ini menarik! Bentar-bentar aku cerita dari awal.

Adalah desa  Bilebante. Sebuah desa wisata yang terletak di kecamatan Pringgarata, kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat.

Desa wisata ini menghasilkan berbagai olahan produk pangan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Kolang-kaling misalnya. Bila di daerah lain, bahan pangan ini diolah jadi sajian menu menyegarkan seperti kolak, campuran minuman segar, kadang jadi campuran salad juga, di desa Bilebante, makanan ini diolah menjadi cemilan ringan yang rasanya tak kalah enak dari keripik lain yang sering kita temukan di pasaran.

Berbahan dasar campuran singkong dan kolang-kaling, oleh produsennya, keripik ini dinamai Singkoling. Bisa kita tebak, nama ini berasal dari perpaduan nama bahan utama keduanya. Singkong dan kolang kaling.
Ini hanya salah satu saja. Belum produk lainnya.

Eits, bentar dulu. Bukan dia "putri utama" yang akan kita bahas di artikel ini.

Usai santap sajian pembuka hasil olahan warga Bilebante, kami - 10 pemenang Blog Competition Mandalika - diajak cooking class.

Terlibat langsung dalam proses pengolahan salah satu makanan khas yang berasal dari Lombok. Ayam Merangkat.

Tim dibagi dalam tiga kelompok, aku bersama dengan dua ibu lainnya.

Proses pengolahan
Sajian Ayam Merangkat diolah dengan terlebih dahulu menyiapkan beberapa bumbu sebagai berikut:

  • Ayam
  • Cabai merah
  • Terasi
  • Garam
  • Kemiri
  • Bawang putih
  • Santan 
  • Minyak kelapa

Sebelum memulai proses pengolahan, warga telah terlebih dahulu membakar ayam agar proses masak memasak lebih cepat. Mengingat kedatangan kami saja saat itu sudah mendekati waktu makan siang waktu setempat.

Bahan-bahan lainnya diulek atau ditumbuk hingga halus.

Di desa ini, cooking class yang berlangsung sama sekali tidak menggunakan mesin penghancur, semua serba manual. Sensasi makan cabai yang diulek dengan yang diblender memang berbeda

Bentuk-bentuk sembarang cabai hasil ulekan memang selalu berhasil bikin tampilan akhir makanan lebih cantik. Sedang bila diblender, tampilan ini akan sulit kita temukan karena kulit cabai tercacah sempurna.

Tau ngga sih, cabainya, buanyakkk banget! Aku sampai-sampai harus bertanya berulang kali apakah seluruh cabai harus dimasukkan? Khawatir tamu pada kepedesan. Hahaha.

Ternyata, salah satu kekhasan makanan dari Lombok adalah rasanya yang sangat pedas. Woilahhh. Pantes cabenya banyak banget.

Ibu itu bilang, sampai ada sepenggal kalimat yang mengatakan "orang Lombok lebih berkeringat saat makan, daripada saat bekerja". Ini disebutkan untuk menggambarkan betapa makanan dari sana selalu identik dengan pedas.

Sementara aku menumbuk bahan, ibu lainnya memotong ayam menjadi ukuran yang lebih kecil.

Bahan yang telah ditumbuk kemudian digoreng di dalam minyak kelapa hingga aroma wangi khas bumbu, keluar sempurna.

Selanjutnya, ayam yang telah dipotong dimasukkan ke dalam bumbu, lalu diaduk hingga merata.

Santan menjadi bahan terakhir yang dimasukkan ke dalam wajan. Kemudian seluruh bahan kembali diaduk agar seluruh potongan ayam terkena santan, lalu ditutup. Menunggu hingga santan tersisa hanya sedikit saja.

Begitu diplatting, huaaa, tampilannya oke, rasanya manteb, pedesnya kebangetan (kalau di aku, ya).

Belum lagi, makannya di samping kolam ikan dengan berkeliling hijaunya desa wisata Bilebante. Hah! Sulit ini kita temukan di ibukota!

Jadilah sajian ini menjadi bidikan kamera peserta yang berangkat ke Mandalika. Memang tampilannya saja sudah menggugah selera.

Cerita di balik Ayam Merangkat.

Tapi tahu ngga sih, ternyata ada cerita di balik Ayam Merangkat yang masih terus terjadi hingga saat ini.

Ayam Merangkat adalah ayam yang disajikan oleh pihak keluarga pria ketika pengantin perempuan telah memasuki rumahnya.
Proses pernikahan pasangan juga tergolong unik. Istilah yang digunakan di wilayah setempat adalah "penculikan"

Begini, ketika seorang laki-laki menyukai seorang gadis, dia akan menculik perempuan tersebut untuk diajak menikah.

Terlepas dari keduanya sama-sama saling menyukai, atau hanya salah satu saja yang memberi hati.

Bila bertepuk sebelah tangan, aksi penculikan akan terjadi dengan drama yang lebih dalam. Menurut Beliau, aksi ini bisa melibatkan tetua untuk melancarkan keinginan pemuda mendapatkan gadis impiannya. Semacam kerjasama gitu.

Begitu awamnya, bila terjadi aksi penculikan dan ada yang menyaksikan, warga akan membiarkannya begitu saja. Sudah paham bahwa hal itu adalah bagian dari tradisi bagi mereka yang akan menikah. Menarik!

Atau aksi penculikan bisa juga terjadi ketika gadis sedang enak-enaknya terlelap. Diculik aja gitu pas lagi bobo.

Tapi tenang, gadis yang diculik, bila tidak menyukai prianya balik, dia berhak kok untuk meminta dikembalikan pada orang tuanya.

Di kasus berbeda, bila kedua insan berbeda ini sudah saling memberi hati, namun orangnya yang tidak merestui, pemuda dan pemudi tersebut akan membuat janji. Saling bertemu di sebuah tempat nanti.

Selanjutnya, sang gadis akan izin kepada kedua orangnya untuk pergi. Bila si gadis tak kunjung kembali ke kediaman hingga waktu tertentu, orang tua bisa menebak kemungkinan apa yang sedang terjadi.

Agar aksi keduanya direstui orang tua, kepala desa dari pihak lelaki akan datang menemui kepala desa pihak perempuan untuk menyampaikan bahwa salah satu warganya akan menikah dengan warga kepala desa yang mengunjungi. Lalu informasi ini akan disampaikan kepada orang tua dan keluarga sang gadis. 

Ternyata, ibu-ibu itupun dulunya "diculik" hihih. 

Beruntungnya, penculikan berlangsung atas dasar saling suka. Syukurlahhh 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun