Minggu lalu, Mas Kevin, salah satu punggawa Kompasiana, mengunggah postingan yang bertanya tentang minat blogger untuk traveling di masa pandemi ini.
Postingan yang dibagikan di Facebook itu langsung disambut puluhan komentar dari Kompasianer. Ada yang mengatakan siap untuk traveling, ada pula yang menyampaikan sebaliknya, namun suara kesiapan lebih dominan.
Keesokan harinya, masih dalam postingan yang sama, Mas Kevin kemudian membagikan informasi event yang membahas Pesona Danau Toba sebagai Warisan Dunia. Dalam postingan tersebut, ada satu komentar yang cukup menggelitik, setidaknya menurutku. "Hasyeekk makan BPK" begitu yang tertulis di sana.
Serupa namanya, BPK atau Babi Panggang Karo adalah masakan khas Suku Karo. Karo sendiri adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatra Utara, terletak di kecamatan Kabanjahe.
Berada di provinsi yang sama, BPK selalu diidentikkan dengan Sumatera Utara. Itu memang benar. Tapi, kuliner Sumatera Utara, tak melulu soal BPK.
Menurutku ini perlu disosialisasikan. Di satu waktu, aku pernah juga berbincang dengan teman kuliah. Pamer tentang betapa indahnya Danau Toba. Lalu kusarankan mereka untuk berkunjung ke sana jika ada waktu.
Cukup sedih karena harus berhadapan dengan jawaban "Nanti ribet cari makanan halal di sana"
Sekali lagi, Sumatera Utara, termasuk Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata yang masuk dalam 10 Bali baru yang sedang diangkat oleh pemerintah, juga kaya akan makanan halal. Kuliner yang telah diwariskan secara turun temurun dan masih terjaga hingga kini. Sayang sekali bila kuliner jadi pembatas untuk kamu datang dan berkunjung langsung ke salah satu destinasi wonderful Indonesia ini.
Untuk itu, sebagai bagian dari Bona Pasogit, aku akan ajak kamu berkenalan dengan beberapa pilihan makanan halal dari makanan berat hingga kudapan buah tangan yang ada di Danau Toba.
1. Olahan ikan mas
Danau Toba terkenal dengan olahan ikan masnya. Katakan saja Dengke [baca: dekke] Na Niura yang sudah melegenda karena dimasak hanya dengan bumbu dan asam saja, ada pula ikan arsik, atau ikan teri nasi yang fenomenal karena sering dijadikan sebagai buah tangan oleh mereka yang kembali dari Toba.
Hampir semua olahan ikan mas serta makanan tradisional lain dari Toba memiliki rasa yang khas, yakni sensasi getir dan menimbulkan kelu atau mati rasa sesaat di bagian tengah hingga belakang lidah saat memakannya.Â
Sensasi ini timbul akibat campuran bumbu dan rempah khas dari Toba, andaliman.
Khasiat andaliman tak hanya menambah cita rasa, namun mampu pula untuk menghilangkan bau amis pada ikan mentah, itu kenapa, rempah ini menjadi salah satu bahan yang WAJIB ada dalam proses pembuatan dengke na niura.
Pohon andaliman dapat tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut. Ketinggian pohonnya bisa mencapai 5 meter. Dan tanaman ini, hanya ditemukan di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Dairi.
Meski begitu, andaliman juga ditemukan di beberapa menu makanan di Asia Timur seperti Jepang dengan nama sansh. Di Korea dikenal sebagai sanchonamu. Kuliner Tibet, Nepal, Bhutan dan India juga mengenal rempah ini.
Untuk kamu ketahui, andaliman merupakan salah satu rempah yang memiliki jejak sejarah perjalanan bumbu Indonesia dan tercatat dalam peta bumbu dunia.
Bila negara lain saja mengenal dan tahu bagaimana nikmatnya makanan yang diberi andaliman, alangkah sayangnya, bila "pemilik"nya sendiri melewatkan kesempatan itu.
Kembali tentang olahan ikan mas dari Toba. Sebut saja ikan arsik dengan taburan bawang rabba dan kacang panjang di atasnya. Disajikan ketika masih panas bersamaan dengan lezat dan harumnya nasi hasil panen tangan petani padi Toba. Ijinkan aku mengutip kalimat anak millenial belakangan ini "Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?"
2. Mie gomak
Mie gomak adalah makanan khas daerah dari tanah Batak Toba. Makanan ini berbentuk lidi saat mentah dan mirip Sphagetti usai diolah.
Namanya sendiri berasal dari beberapa sumber, ada yang menyebutkan bahwa nama mie gomak berasal dari proses penyajiannya yang digomak-gomak (digenggam pakai tangan).
Makanan ini juga salah satu rekomendasi makanan halal yang dapat kamu konsumsi saat berkunjung ke Danau Toba.
Dulu mie gomak disajikan dengan kuah bersama andaliman sebagai salah satu bahannya. Namun kini ada juga yang menyajikan makanan ini dengan cara digoreng dengan campuran beberapa bumbu lalu ditutup dengan sambal kacang di atasnya.
Rasanya? Tak kalah nikmat.
3. Dali ni horbo
Pernah dengar istilah "Keju atau yoghurt Batak"?
Toba merupakan tempat penghasil Keju Batak. Di sana, kami menyebutnya Bagot Ni Horbo, namun warga lebih familiar dengan istilah Dali ni horbo.
Dali artinya susu dan Horbo adalah kerbau.
Makanan ini merupakan hasil olahan susu kerbau yang diolah oleh masyarakat Toba secara tradisional. Menurut sejarah, tradisi mengolah makanan ini sudah dimulai oleh leluhur orang Batak semenjak adanya komunitas Batak.
Bahkan, sebuah penelitian terhadap dali ni horbo, pernah dilakukan oleh salah seorang lulusan Universitas Sumatra Utara, Rolan Suheri Purba. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan holistik dengan teknik wawancara mendalam serta observasi terhadap aktivitas-aktivitas peternak kerbau yang membuat dali ni horbo.
Dalam skripsinya, Rolan menyebutkan masyarakat Batak Toba percaya bahwa dali ni horbo ini telah ada sejak 400 tahun lalu.
Dahulu, salah satu Raja Batak yaitu Ompu Gottam Saribu memiliki ribuan kerbau dan tanah yang sangat luas.
Awalnya semua Pinompar atau keturunan Ompu Gottam ini memerah susu kerbau hanya untuk diminum langsung dan dicampur dengan air nira sebagai bahan pemanis, namun karena kebiasaan etnis Batak Toba yang tidak terlalu suka meminum susu dan hasil olahan susu dalam jumlah yang banyak, maka susu tersebut diolah sedemikian rupa sehingga terciptalah dali ni horbo yang diwariskan hingga saat ini.
Zaman dahulu, dali ni horbo merupakan kudapan bagi golongan menengah ke atas karena hanya pemilik kerbaulah yang bisa memiliki dan mengonsumsi makanan ini. Namun kini, dali ni horbo sudah dapat dirasakan oleh kalangan apapun dan dimanapun setelah peredarannya yang kian meluas.
Dulu saat masih kecil, seorang ibu juga sering datang dan berkeliling dari kampung ke kampung untuk menjajakan kudapan ini. Lewat beliau pulalah aku mengenal dali ni horbo karena kebetulan mendiang Oppung boru juga sangat menyukainya.Â
Rasanya gurih, sedikit asin, berwarna putih, juga campuran warna kuning kehijauan. Belakangan aku mengetahui, bahwa warna kuning kehijauan itu timbul akibat campuran bahan yang dimasukkan ke dalam susu kerbau.
Bahan campuran keju Batak ini bisa menggunakan nanas, sebagian orang menggunakan lidah buaya, namun ada juga yang menggunakan daun pepaya.
Bagi kamu yang berencana ingin berpelisir ke Danau Toba, jangan lupa nyicipin makanan ini, ya. Dengan mengonsumsinya, kamu tak hanya mensejahterakan warga sekitar, kamu juga sudah kontribusi untuk melestarikan heritage of Toba. Selain rasanya yang sedap, makanan ini juga mengandung banyak manfaat yang baik untuk tubuh.Â
4. Kacang Sihobuk
Menurut sejarah, tahun 1982, salah satu desa di Tarutung, tepatnya desa Sihobuk mengalami tanah longsor yang menelan 12 korban jiwa.
Untuk memperingati kejadian tersebut, warga Sihobuk memasak kacang yang kini disebut Kacang Sihobuk. Proses pembuatan kacang ini cukup unik. Kacang-kacang yang akan diolah, direndam dahulu di dalam air selama dua hari kemudian dijemur. Setelah kering, kacang-kacang tersebut akan disangrai selama 1-1,5 jam di dalam wadah berupa tong besi. Cemilan ini memiliki cita rasa yang kuat dan lebih garing dibandingkan olahan kacang lainnya.Â
Selain dijadikan sebagai buah tangan, ternyata ada juga, lho, perusahaan yang doyan sama kacang sihobuk ini.
Katakan saja PT Inalum (Persero), perusahaan plat merah ini selalu menyediakan kacang sihobuk untuk dijadikan kudapan saat ada kegiatan atau acara-acara besar di perusahaan tersebut.
Sejalan dengan itu, para ahli pernah menyarankan pula untuk mengubah cake culture dan beralih ke buah serta kacang menjadi kudapan sehat konsumsi rapat. Hmmm, sepertinya sudah saatnya kacang sihobuk naik pamor dengan masuk gedung tinggi Indonesia. Jadi kudapan sehat saat rapat oleh mereka yang punya pangkat.
Kesampingkan sejenak tentang rapat internal, mari bicara rapat dan acara-acara yang jaaauuh lebih besar. Pameran misalnya. Mungkin akan lebih menarik lagi bila memilih Danau Toba jadi tempat acara-acara tersebut.
Menyuguhkan wonderful Indonesia di mata seluruh peserta acara dengan kacang sihobuk jadi kudapannya menurutku semacam sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Penyelenggaraan MICE di Indonesia aja bisa jadi merupakan salah satu upaya mengakselerasi pengembangan daerah wisata, termasuk DSP Toba.
5. Mangga Toba
Yang terakhir adalah Mangga Toba. Belum afdol rasanya bila ke Danau Toba tanpa menyicipi buah ini.
Sesuai namanya, Mangga Toba berasal dari Toba, Sumatera Utara. Ukurannya kecil, namun rasanya sangaaat manis. Biasanya, dalam perjalanan pulang dari Danau Toba, supir akan membawamu mampir ke tempat penjualannya. Ngga usah khawatir, harganya sangat terjangkau, kok.
Mangga toba biasanya banyak ditemukan di sepanjang pesisir Danau Toba. Tumbuh dengan baik meski tak diberi pupuk atau disemprot cairan pembersih hama.
Berbuah tanpa campur tangan bahan kimia membuat beberapa konsumen mangga toba berani mengonsumsi buah ini bersamaan dengan kulitnya. Lagipun, mangga toba jarang digerogoti ulat. Ini membuat konsumen merasa lebih tenang saat makan mangga dengan cara menggigit langsung usai dibersihkan.
Bila ke Danau Toba, pastikan kamu juga mencicipi buah khas dari Toba ini, ya.
Itu dia pilihan konsumsi makanan halal yang bisa kamu nikmati di Danau Toba. Lewat artikel ini, aku harap, sekarang, tidak ada lagi jurang pemisah yang jadi penghalang untuk kita bertemu di Danau Toba.Â
Sumber-sumber: Satu, dua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H