Dahulu, salah satu Raja Batak yaitu Ompu Gottam Saribu memiliki ribuan kerbau dan tanah yang sangat luas.
Awalnya semua Pinompar atau keturunan Ompu Gottam ini memerah susu kerbau hanya untuk diminum langsung dan dicampur dengan air nira sebagai bahan pemanis, namun karena kebiasaan etnis Batak Toba yang tidak terlalu suka meminum susu dan hasil olahan susu dalam jumlah yang banyak, maka susu tersebut diolah sedemikian rupa sehingga terciptalah dali ni horbo yang diwariskan hingga saat ini.
Zaman dahulu, dali ni horbo merupakan kudapan bagi golongan menengah ke atas karena hanya pemilik kerbaulah yang bisa memiliki dan mengonsumsi makanan ini. Namun kini, dali ni horbo sudah dapat dirasakan oleh kalangan apapun dan dimanapun setelah peredarannya yang kian meluas.
Dulu saat masih kecil, seorang ibu juga sering datang dan berkeliling dari kampung ke kampung untuk menjajakan kudapan ini. Lewat beliau pulalah aku mengenal dali ni horbo karena kebetulan mendiang Oppung boru juga sangat menyukainya.Â
Rasanya gurih, sedikit asin, berwarna putih, juga campuran warna kuning kehijauan. Belakangan aku mengetahui, bahwa warna kuning kehijauan itu timbul akibat campuran bahan yang dimasukkan ke dalam susu kerbau.
Bahan campuran keju Batak ini bisa menggunakan nanas, sebagian orang menggunakan lidah buaya, namun ada juga yang menggunakan daun pepaya.
Bagi kamu yang berencana ingin berpelisir ke Danau Toba, jangan lupa nyicipin makanan ini, ya. Dengan mengonsumsinya, kamu tak hanya mensejahterakan warga sekitar, kamu juga sudah kontribusi untuk melestarikan heritage of Toba. Selain rasanya yang sedap, makanan ini juga mengandung banyak manfaat yang baik untuk tubuh.Â
4. Kacang Sihobuk
Menurut sejarah, tahun 1982, salah satu desa di Tarutung, tepatnya desa Sihobuk mengalami tanah longsor yang menelan 12 korban jiwa.
Untuk memperingati kejadian tersebut, warga Sihobuk memasak kacang yang kini disebut Kacang Sihobuk. Proses pembuatan kacang ini cukup unik. Kacang-kacang yang akan diolah, direndam dahulu di dalam air selama dua hari kemudian dijemur. Setelah kering, kacang-kacang tersebut akan disangrai selama 1-1,5 jam di dalam wadah berupa tong besi. Cemilan ini memiliki cita rasa yang kuat dan lebih garing dibandingkan olahan kacang lainnya.Â
Selain dijadikan sebagai buah tangan, ternyata ada juga, lho, perusahaan yang doyan sama kacang sihobuk ini.