Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ini yang Akan Terjadi Saat Membiarkan Diri "Ogah" Menulis

18 Desember 2018   23:28 Diperbarui: 22 Desember 2018   16:26 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : cndajin.com

Sepertinya bukan hanya aku, beberapa rekan-rekan yang memang fokus di urusan menulis ini kerap merasakan hal yang sama. Vakum menulis, kehilangan ide, sama sekali tak ingin mengetik, dan berbagai kondisi lain yang membuatnya tak ingin menyampaikan pemikiran dan isi hati dalam bentuk tulisan sebagaimana yang sering dilakukan.

Ragam metode dilakukan mulai dari istirahat sebentar untuk memulihkan kembali keinginan menulis, ada yang memilih makan makanan favorite, ada yang ngemall sampai kaki pegel namun keinginan menulis itu bisa hadir lagi. Ada pula yang memilih menikmati hujan, membaca novel, mendengarkan musik, bertaman, sampai mencari kembali alasan baginya untuk menulis.

Ha! Beberapa bulan terakhir. Kondisi inilah -- ogah nulis -- yang aku rasakan. Tidak ada yang bisa disalahkan, termasuk kerjaan yang menumpuk. Bukankah mereka yang sudah berkomitmen akan tetap bergerak tak peduli sebanyak apa hambatan? Mengingat salah satu resolusiku sebelum memasuki 2018 adalah menghasilkan 200 tulisan di Kompasiana ini.

Kondisi inilah yang membuatku menjadi silent reader untuk sementara. Hanya sekedar membaca tanpa mau menghasilkan satupun karya, meski ada waktu luang tersisa sekalipun. Tangan seolah kaku untuk berlenggok di atas keyboards laptop yang kesayangan ini.

Aku ngga tahu sama sekali bahwa kondisi ini ternyata membuatku semakin lama semakin nyaman tanpa karya, perlahan-lahan seperti mengajak untuk sepenuhnya berhenti. Sifatnya mengakar, lama kelamaan tak terlong. Kondisi yang sangat mematikan jika terus diikuti.

Biasaya adaaaa saja satu dua topik tiap hari yang menarik untuk kubahas. Belakangan ini, ketika kondisi itu menghampiri, bahkan ketika ada bahasan yang menarik untuk diulaspun, aku sama sekali tak punya keinginan untuk merangkumnya menjadi tulisan manis sebagaimana yang biasa kulakukan dulu.

Dan dari kevakuman hampir 2 bulan ini, maka berikut adalah bahayanya bagi seorang penggiat tulisan ketika mengikuti keinginan sesaat untuk "istirahat" menulis:

  • Kesulitan Menemukan Ide

Setiap orang selalu percaya bahwa ide itu bisa datang dari mana saja. Tapi ketika membiarkan diri terlena dengan "istirahat" menulis, meskipun ada banyak hal yang terjadi sehari-hari, seolah itu semua bukan topik manis untuk diolah menjadi sebuah tulisan. Ada saja alasan yang mengirimkan sinyal pada otak bahwa topik tersebut tidak menarik yang pada akhirnya membuat hal-hal lain yang sebenarnya menarik jadi ya lewatin aja, deh!

Sementara, ketika ada permintaan tulisan yang benar-benar harus dibereskan dan otak diajak untuk bekerja sama memberi ide, semuanya terasa lempeng. Tak ada satu idepun yang singgah untuk sekedar berkata "Ah iya, bahas ini saja!" Ngga ada!

  • Ide Apik yang Muncul Sulit untuk Dieksekusi

Berbeda dengan efek yang pertama di atas, ketika sebuah ide dengan baiknya mau mampir ke dalam benak, rasanya sulit sekali untuk membawanya menjadi sebuah tulisan utuh. Kalaupun jadi dan selesai, hasilnya pasti terasa mengganjal. Seperti ada sesuatu dalam tulisan tersebut yang harus dibuang tanpa kita sadari bagian mana itu. Tulisan terasa seperti sebuah masakan dengan komposisi yang tidak tepat namun dipaksakan untuk dihidangkan pada seseorang. Hampa!

Dan ide apik tersebutpun berakhir naas, selesai dengan ujung yang tak layak untuk ditampilkan namun tetap ditampilkan.

  • Kemampuan yang Mulai Terasah Harus Dimulai Kembali dari 0

Serasa seperti mengisi bahan bakar kendaraan "Dimulai dari 0 ya, Ka". Hehhe. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, sedikit kemampuan yang telah terbangun selama ini perlahan seperti hilang. Memudar hilang.

Sulit rasanya bahkan untuk membuat kalimat pembuka sekalipun. Giliran udah berhasil satu kalimat, eh hapus lagi. Ketik lagi, hapus lagi. Gitu aja terus sampai akhirnya laptop ditutup tanpa hasil. Hhehehe. Dan seperti inilah diriku 2 bulan ini.

  • Mudah Terpengaruh oleh Tulisan Orang Lain Ketika Ikut Berkompetisi

Sedang ogah ogahnya nulis, tiba-tiba ada satu topik yang benar-benar disukai. Maksain diri ikutan kompetisi dengan terlebih dahulu baca sana baca sini artikel yang dikompetisikan oleh peserta lain. Lalu tulisan-tulisan itu berhasil merasuki benak sehingga artikel yang dihasilkanpun tak jauh berbeda dengan yang dibaca. Ye, apa bedanya sama nyontek, ya kan?

Nah kalau aku sendiri sadar udah terpengaruh sama tulisan peserta lain, biasanya aku memutuskan untuk berhenti dan tidak ikut kompetisi daripada harus mempermalukan diri sendiri. Hehhe. Ngga ding, alibi aja nih yang begini. Padahal mah sebenarnya ya emang ngga mau nulis aja!

  • Tak Percaya Diri dengan Tulisan

Atau ada kalanya dalam keogahan menulis itu, sebuah keajaiban menghampiri yang ketika dibaca ulang, artikel terasa lebih berisi meski tak bisa dikatakan sangat bagus. Namun, ketika artikel naik tayang dan aku membaca artikel peserta lain, duh rasanya minder beribu ribu minder.

Pingin rasanya buru-buru hapus itu artikel, tapi eh penasaran. Masa iya sih ini tulisan sebegitu buruknya? Akhirnya aku biarin aja gitu di blog. Nunggu orang ada yang apresiasi atau tidak. Hehhe

Bagaimanapun buruknya aku menganggap karyaku, aku selalu mencoba memberi kesempatan pada karya tersebut mendapatkan penilaian dari pembacanya. Barangkali aku melewatkan sisi manis dari tulisan tersebut yang bisa ditemukan oleh pembaca. Nah, kalau beruntung dapet yang begini nih, ya biasanya niat nulis berhasil naik lagi. Hehehe.

Kamu pernah ngerasain seperti ini, kah?

Coba kasih aku tips dong gimana caranya biar cepat-cepat ngilangin ogah nulis ini!

Oh ya, semisal kamu -- iya, kamu  yang baca tulisan ini - ngerasa tulisan ini "tidak kuat" dengan apa yang disampaikannya, mohon dimaafkeun karena memang ini aku dalam kondisi memaksakan diri untuk mengembalikan aku yang dulu. Karena sebenarnya, meski aku ogah ogahan, di satu sisi hatiku ini tetap kecarian. Heheh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun