Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menolak Lupa Sakitnya Kecopetan

10 Desember 2018   23:58 Diperbarui: 11 Desember 2018   20:01 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: phinemo.com

Tentang kehilangan, bisa dikatakan hampir setiap orang pernah merasakannya. Mulai dari pena yang kehilangannya kerap misterius baik dulu di kelas pun sekarang di kantor, sendok dan garpu di dapur, kunciran rambut bagi kaum hawa, perangkat elektronik sampai yang terakhir yang paling fatal, dompet!

Kalau perangkat elektronik yang hilang, meski sangat sangat tak ikhlas, kita masih bisa mengupayakan pencarian dengan terlebih dahulu menghubungi nomor kita. Jika suara perangkat berdering tentu akan lebih mudah mencari sumber suara. Namun jika tidak, dapat pula diupayakan dengan melacak  posisi terkini perangkat dengan memanfaatkan fitur GPS di dalamnya.

Lalu bagaimana jika yang hilang adalah sesuatu yang tak dapat mengeluarkan bunyi. Bisa dikatakan, seluruh hasil keringat bertahun-tahun terbungkus menyatu di sana. Termasuk identitas diri yang wajib ditunjukkan dalam setiap urusan formal. Alias dompet! Bagaimana jika benda ini yang hilang?

Sakitnya kehilangan yang bertubi-tubi

Tahun 2016 yang lalu, salah seorang sahabat saya bersiap menghadapi HRD sebuah perusahaan yang diinginkannya. Dengan persiapan yang matang, menghindari terlambat, tepat pukul 06.00 WIB dia melangkah dengan sangat percaya diri menuju stasiun Bekasi sebagai stasiun yang terdekat dari lokasi kost menuju alamat yang telah tercantum rapi di dalam email undangan interview.

Data diri dan pengalaman kerja diselipkan dalam sebuah map kertas berwarna biru. Di sana terselip pula fotocopy identitas dan selembar pas foto terbaru sebagaimana permintaan HRD. Hari itu, harapan kami hanya satu, semoga di hari yang sama ada kabar bahagia yang akan menyudahi pengangguran yang hampir berjalan 3 bulan itu.

Naas tak dapat dihindari. Berselang kurang lebih 30 menit, suara nyaring terdengar dari luar pagar. Panik, dan sedikit memaksa.

Saya yang saat itu sedang persiapan ke kantor menghentikan kegiatan dan membukakan pagar. Sahabat saya di sana dengan wajah yang jelas sedang tegang namun masih berupaya melempar senyum. "Kayaknya dompet gue ketinggalan, deh" Ujarnya kala itu dengan senyuman yang begitu dipaksa.

Saya tahu persis bahwa dompet adalah sesuatu yang tak akan pernah dia tinggalkan tiap kali bepergian. Bisa dikatakan, benda tersebut adalah hal yang paling pertama dipastikan ada di dalam tasnya untuk kemudian berani melangkahkan kaki keluar. Di saat yang sama, firasat saya mulai tidak enak.

Satu per satu lemari mulai dibuka. Tiap-tiap laci dibongkar. Tempat tidur yang semula sudah rapi diacak-acak demi memastikan ada tidaknya benda itu di sana.

Sama saja. Hasilnya nihil! Kami sama-sama tahu bahwa dompet tersebut tak akan pernah ada di sana karena memang tempatnya hanya ada satu. Tas. Dan itu tak pernah berpindah. Tak pernah sekalipun selama kurang lebih 1 tahun kami tinggal bersama. Kami juga sama-sama tahu bahwa pencarian tersebut lebih seperti alibi karena ketakutnya dalam menghadapi kenyataan lalu mengucapkan bahwa dirinya sedang kehilangan satu-satunya hartanya yang tersisa di perantauan.

Sampai akhirnya ruangan kecil itu telah kehabisan tempat untuk digeledah. Benda itu tak juga ditemukan.

Duh, kasihan. Sungguh!

Jarum jam terus berputar. Jadwal interviewnya adalah jam 09.00 WIB tepat dan dia masih berada di Bekasi sementara lokasi kantor yang dituju ada di daerah Jakarta Selatan.

Jam 08.00 WIB, saya pun memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Selain karena sudah terlambat, ada rasa belas kasihan yang sangat melihat sahabat dalam kondisi yang sudah jatuh ditimpa tangga kakinya kejepit pula. Tidak tega rasanya meninggalkannya sendirian dalam kondisi demikian.

Dan yang sedari tadi dibendungpun akhirnya meluap.

Dompet itu hilang. Termasuk identitas dirinya, ATM, foto orangtua dan keluarga yang mungkin tampak sangat klasik namun sungguh menjadi penyemangat utama dalam kehidupan perantauan, serta beberapa lembar uang seratus ribu yang disiapkan untuk menghadapi masa-masa penganggurannya.

Lalu, air mata itu perlahan mengalir. Menangisi betapa teganya pelaku berbuat demikian ketika dirinya sedang dalam kondisi memprihatinkan. Jauh dari keluarga tanpa pekerjaan adalah hal yang begitu berat untuk ditaklukkan. Belum lagi, harapannya untuk bertemu HRD tersebut dan bekerja di sana pupus sudah. Bukankah untuk masuk ke dalam sebuah gedung pencakar langit seseorang membutuhkan data diri untuk ditinggalkan di receptionist? Apa yang harus dipakainya jika dompetnya saja sudah tak lagi ada di sana?

Hari itu, saya membiarkannya menangis berteriak sembari meluapkan setumpuk kemarahannya.

Baik Buruknya Penggunaan Dompet

Kejadian ini seperti memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan saya. Entah sejak kapan persisnya, usai  kejadian tersebut, saya mulai tidak menggunakan dompet. Saya lebih memilih memasukkan selembar uang seratus ribu ke dalam tas untuk berjaga-jaga kalau-kalau dibutuhkan dan memasukkan identitas diri di dalam laci kecil tas lalu menggendongnya di depan saat bepergian agar keamanannya bisa lebih terjamin.

Dompet merupakan tempat penyimpanan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Di sana terselip pula segala rupa ATM, data diri, dan surat-surat penting. Bentuknya yang kecil memang sangat membantu untuk mengumpulkan seluruh data-data tersebut sehingga sangat memudahkan ketika dibutuhkan. Pengguna tinggal memilih kartu mana yang akan digunakan dalam setiap transaksinya.

Namun dari keunggulan dompet di atas, ada pula kekurangan dalam penggunaan dompet, saat dompet tertinggal maka seluruh datapun turut tertinggal. Dan jika hilang, maka lenyap pula seluruhnya. Bukan cuma dipersulit dengan kehilangan, kita juga harus memberikan waktu untuk membuat laporan kehilangan ke kantor polisi terdekat lalu mengurus kembali KTP dan seluruh ATM yang dimiliki. Repot kann?

Urusan Beres Ngga Pake Stress

1.         BCA Mobile Membantu Transaksi Cepat Selesai

Seiring dengan semakin berkembangnya dunia e-commerce, urusan belanja saat ini memang semakin mudah. Masih ingat dengan single day yang jatuh di tanggal 11 bulan 11 yang lalu? Banyak barang yang selama ini diimpikan jatuh harga.

Tak ingin melepas kesempatan, selama perjalanan menuju kantor, beberapa barang yang selama ini diingingkan segera dibeli. Untungnya saya sudah instal ini nih, aplikasi BCA Mobile yang sangat membantu untuk melakukan berbagai pembayaran. Dimanapun dan kapanpun transaksi dilakukan, selama koneksi internet berjalan baik, maka semua akan terselesaikan.

Bukan cuma urusan belanja barang tentunya, bahkan sampai iuran JKN KIS juga dapat dengan mudah dibayarkan. Tagihan listrik, sampai saldo ojek online juga tidak perlu dipikirkan lagi selama ada BCA Mobile dalam genggaman.

2.         BCA Mobile Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu

Dengan kebiasaan baru saya yang senang bepergian tanpa dompet dan uang tunai dalam jumlah besar, terkadang ada saja kesulitan yang saya hadapi saat bertransaksi dengan metode pembayaran tunai. Berbelanja sesuatu misalnya, namun lupa bahwa uang tunai di dalam tas saya sudah tidak mencukupi untuk transaksi tersebut sementara toko tidak menerima pembayaran dengan menggunakan debet. Lebih seringnya sih urusan makan. Hehhehe.

Kalau ATM dibawa sih tidak masalah ya, tinggal ke ATM terdekat lalu tarik tunai dan biaya makanpun bisa dibayarkan. Nah, beda dengan kasus yang saya alami nih, kartu ATM tidak dibawa, uang cash tinggal Rp 1.700, total biaya makan Rp 35.000 dan saya makannya sendirian tanpa teman. Jadi tidak ada satu orangpun yang dapat dimintakan tolong. Waduh, malunya bukan main. Hahahha.

Dengan wajah yang sok tenang, saya mencoba meyakinkan penjual dengan memberikan jaminan tas dan KTP asli saya. Hahaha. Geli sih emang kalau ingat ini. Saya meminta waktu 10 menit dan segera buka aplikasi BCA Mobile untuk segera melakukan tarik tunai tanpa kartu.

Prosesnya pun mudah, tinggal pilih nominal yang akan ditarik, masukkan PIN lalu tunggu hingga layar menampilkan "kode tarik tunai". Kebetulan lokasi saya makan berdekatan dengan ATM tarik tunai tanpa kartu. Batas waktu penarikan sih 2 jam, berhubung saya cuma punya waktu 10 menit, maka saya cepat-cepat ke ATM tersebut dan memasukkan kode yang telah saya terima. Mengambil uang dan membayarkan biaya makan pada si Ibu penjual lalu mengambil kembali tas dan KTP saya yang saya berikan sebagai penjamin tadi. Hehhe. Selamat selamattt....

3.         Hangout Mudah Pakai Aplikasi Sakuku

Nah, kalau yang ini bikin liburan makin mudah dan sama sekali ngga ribet. Belanja apa saja pakai Sakuku? Bisa! Bukan cuma itu, yang paling penting dan yang paling diminati oleh perempuan dengan penggunaan Sakuku, apalagi kalau bukan ragam promo yang bisa mendapatkan beragam keuntungan? Lumayannn ya khaannn!

4. Ucapkan Selamat Tinggal pada Deretan Angka Nomor Rekening

Satu lagi kabar baik yang tak kalah menarik dari BCA terutama buat saya dan kaum yang benci pada angka dan menghapalnya luar kepala. Oleh BCA, transaksi kini DibikinSimpel. Dengan hadirnya QR Code, saya dan temen-temen nasabah BCA tidak perlu lagi menghapal deretan angka nomor rekening dalam tiap transaksinya. Selain itu, hadirnya QR Code yang kini telah tersedia di aplikasi BCA Mobile ini juga sangat membantu karena nasabah tak perlu lagi panik untuk bertransaksi saat mengetahui kartu ATM tidak dibawa.

Trauma kecopetan itu dan ketidakinginan menggunakan dompet masih terus berlanjut hingga saat ini, meski demikian, BCA hadir berikan solusi dengan ragam inovasi yang memudahkan saya sebagai nasabah sehingga tak perlu repot mengurusi ATM yang tertinggal atau uang tunai yang tak terbawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun