Seru rasanya melihat seorang Ibu yang sibuk memberi makan anaknya dengan berbagai cara. Menyulap makanan yang telah berada di dalam sendok menjadi mainan berupa pesawat terbang demi menarik perhatian si anak misalnya. Kadang memberi sang anak mainan lain dengan harapan anak akan lebih mudah diajak kerjasama urusan menyelesaikan makan. Atau mengajaknya tertawa hingga makanan semakin lama habis.
Tapi di balik keseruan  tersebut, ternyata ada bahaya yang mengintai, lho! Apa saja?
Sebelum membahas jauh ke sana, mari mengenal apa itu makan bagi seorang anak.
Mengenal Makna Makan bagi Anak
Makan bagi seorang anak merupakah proses alamiah yang terbagi dalam dua kelompok, yakni, eating yang merupakan suatu kegiatan memasukkan makanan ke dalam mulut dan feeding yakni interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua atau pengasuh dalam kegiatan makan.
Tujuan pemberian makan pada anakpun bukanlah hanya sebatas bertujuan agar anak kenyang semata, namun lebih dari itu ada beberapa tujuan lain, yakni:
Pemenuhan kebutuhan gizi makro dan mikro bagi anak untuk proses metabolisme tubuh, akftifitas, serta tumbuh kembang anak (Aspek Fisiologis)
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh seorang anak berbading terbalik dengan manusia dewasa. Ketika manusia dewasa harus mengontrol makanan yang masuk demi mencegah hadirnya berbagai penyakit seperti asam urat, diabetes, kolestrol dan penyakit lainnya, maka sebaliknya, seorang anak justru membutuhkan Karbohidrat, Protein hewani, lemak, Vitamin, serta Mineral dalam ukuran yang cukup untuk dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, terutama sejak lahir hingga usia dua tahun yang identik dengan usia optimal pertumbuhan sel otak anak.
Menjalin interaksi antara orang tua dan anak yang dapat mempererat hubungan orang tua dan anak (Aspek Psikologis)
Ada perasaan bahagia yang muncul dalam interaksi yang terjalin antara anak dan orang tua. Hal ini kerap terjadi pada saat jadwal makan. Berbagai trik, termasuk bermain pesawat-pesawatan dengan menggunakan sendok makan anak dilakukan orang tua untuk membujuk anak agar mau menghabiskan makanannya.
Interaksi hangat yang terjalin antara orang tua dan anak sejak dini, disadari atau tidak, memiliki pengaruh yang besar dikemudian hari.
Dengan berbagai interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak, rasa sayang, perhatian, kepedulian yang diberikan pada anak mampu menghadirkan rasa percaya diri anak. Interaksi ini berpengaruh pula pada aspek edukatif.
Mampu pula untuk mendidik keterampilan anak, membina kebiasaan, membina selera serta melatih disiplin anak untuk mengikuti jadwal makannya (Aspek Edukatif)
Perhatian yang diterima anak secara perlahan dapat pula melatih disiplin anak untuk mengikuti jadwal makannya. Jadwal makan yang telah dilakukan secara teratur dalam kurun waktu yang lama oleh orang tua dan anak namun dilanggar, membuat anak memahami bahwa ada kebutuhannya yang belum terpenuhi.
Meski tak mampu menjelaskan secara gamblang, pada umumnya, sang anak akan menangis sebagai indikator ada bagian dari kebiasaannya yang belum terpenuhi.
Lalu jika faktor psikologis dibutuhkan anak dalam tahapannya makannya, mengapa trik memberi makan anak dengan bermain pesawat-pesawatan atau pemberian mainan justeru membahayakan?
Idealnya, lama makan seorang anak umur 0-1 tahun tak lebih dari 30 menit. Mengajak anak bercanda pada saat makan hingga lebih dari 30 menit sebaliknya malah menjadi salah satu penyebab masalah makan pada anak.
Penyebab Masalah Makan pada Bayi dan Anak
50-60% orang tua melaporkan adanya masalah makan pada bayi dan anak, namu, setelah diteliti lebih jauh hanya 20-30% yang memang ada masalah dan hanya 1-2% yang memiliki masalah berat serta berkepanjangan.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, 85,6% penyebab masalah makan pada bayi dan anak terjadi akibat Inappropriate feeding practices, yakni jadwal makan yang tidak teratur, jenis dan jumlah makanan yang tidak sesuai usia, makan sambil bermain, dan makan lebih dari 30 menit.
9,2% penyebab masalah makan pada bayi dan anak disebabkan oleh small eater atau anak makan dalam porsi kecil, sedangkan 5,2% lainnya disebabkan oleh misperception atau persepsi orang tua.
Akibat yang akan terjadi jika anak "ogah" makan
Berkaca dari persentasi penyebab masalah makan pada bayi dan anak yang 85% diakibatkan oleh inappropriate feeding practices, ada banyak hal yang harus diketahui orang tua yang mengancam tumbuh kembang anak, yakni:
- Gangguan pertumbuhan fisik
- Risiko gagal tumbuh
- Gizi kurang
- Gizi buruk
- Stunting
- Gangguan kesehatan
- Rentan infeksi
- Kekurangan vitamin dan mineral
- Gangguan perkembangan
- Gangguan kognitif, perilaku
- Gangguan cemas dan kelainan makan pada anak dan remaja
Terdengar sederhana saja memang, mengajak anak bermain untuk membangun interaksi antara anak dan orang tua, serta membuat urusan makan terasa lebih menyenangkan namun di balik hal tersebut, ada banyak gangguan yang sedang mengancam tumbuh kembang anak, termasuk stunting di antaranya. Permasalahan yang saat ini gencar disosialisasikan agar pemikiran bahwa anak umur 9 tahun dengan tinggi tubuh yang setara dengan umur 6 tahun terlihat "imut dan menggemaskan" tak lagi terdengar.
Mengatasi Masalah Makan pada Anak
Sebagai pemilik persentase tertinggi, inapproriate feeding dianjurkan untuk mengedukasi anak dengan kriteria aturan pemberian makan yang benar:
Jadwal
Pembuatan jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur. Tiga kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan diantaranya dengan waktu makan tak boleh lebih dari 30 menit. Memberikan susu 2-3 kali sehari
Lingkungan
Membuat lingkungan senyaman dan semenyenangkan mungkin. Menjauhkan mainan, televisi atau perangkat perminan elektronik saat makan, dan dianjurkan untuk tidak memberikan makanan sebagai hadiah
Prosedur
Dorong anak untuk makan sendiri, jika anak tidak mau makan yang ditandai dengan mengatubkan mulut atau memalingkan wajah, tawarkan makanan tanpa memaksa. Jika 10-15 menit kemudian tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
Sedangkan bagi bayi dan anak dengan kondisi small eater, orang tua dapat melakukan fortifikasi pangan untuk memaksimalkan nilai gizi dalam makanan anak saat mengolah makanan anak.
Memang, adalah hal yang baik apabila jadwal 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan berhasil diterapkan oleh anak. Namun, perlu diperhatikan pula agar komposisi dan jumlah makan anak tidak lewat dari jumlah tersebut karena dikhawatirkan akan menimbulkan obesitas pada anak.
Sumber: Nur Aisiyah Widjaja Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK. Unair -- Dalam konten Bicara Gizi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H