Sudahkah temen-teman membacanya? Maksudku, novel tersebut.
Bagaimana rasanya?
Menyebalkan bukan? Hambar.
Kisah di awal begitu memikat. Bagaimana tokoh kedua anak tersebut berjuang di jalanan menguras emosi. Termasuk ketika Tania harus mengalami kakinya yang tertusuk pada saat mengamen di bus hingga menjadi sebuah langkah baru kehidupannya dan keluarganya.
Namun, di tengah renyahnya cerita dalam novel, ada yang gamang di sana, tentang penjelasan umur tokoh yang dideskripsikan oleh Tania. Hampir ada di seluruh bab. Sangat terbaca apa yang ingin disampaikan oleh Tere Liye.
Sampai kemudian tokoh Tania sudah mulai memahami perasaan yang tumbuh dalam hatinya.
Membaca bab tersebut hingga akhir cerita adalah membaca novel Tere Liye yang paling melelahkan yang pernah saya rasakan. Berputar-putar dalam pertanyan-pertanyaan ribet yang seolah sengaja dituliskan karena Tere Liye sendiri sedang kebingungan untuk mengakhiri cerita.
Dalam salah satu bab, Ratna, Istri tokoh Danar melihat dan jelas terkejut dengan kalung yang dikenakan Tania, Sebuah liontin pemberian suaminya. Liontin tersebut memang diberikan oleh Danar pada seluruh anggota keluarganya. Namun kalung pada Tania berbeda, dan dalam cerita dideskripsikan bahwa tokoh Ratna menyadari ada yang istimewa pada liontin yang dikenakan Tania. Jelas itu adalah pasangan kalung dari yang dikenakan oleh suaminya.
Lalu, di bab berikutnya, Tere Liye kembali memilin cerita, menjelaskan perasaan sakit yang diderita Ratna karena harus melawan "seseorang" yang pernah tampak dalam keluarganya, namun selalu ada di hati suaminya. Dan seluruh keluh kesah itu disampaikan pada Tania.
Jika cerita berakhir dengan pengakuan bahwa Ratna mengetahui siapa "seseorang" yang tak tampak itu, setidaknya, ini masih melegakan bagi pembaca. Sayangnya, cerita berakhir sebagaimana tebakan pembaca sejak dalam bab Tania menyadari perasaannya pada Danar. Dan itu berada di bagian bab pertengahan novel. Dapat dikatakan, usai bab itu hingga habis, pembaca benar-benar sedang membuang waktunya.
Hal Positif dari Kegagalan Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin