Tempat ini sungguh menjadi surga untuk mengoleksi foto-foto yang unik, lucu, menggemaskan, dan bahkan saat ini masuk dalam kategori instagramable sehingga banyak diburu kaum muda. Apalagi, kedatangan saya di sana adalah hari terakhir museum ini terbuka untuk umum setelah sebelumnya beroperasi dari 12 Mei -- 9 September 2018 ini.
Banyak sekali manusia di sana, mengantri berebut foto. Mengantri berpose lalu sibuk berupaya untuk lekas memasukkannya ke media sosial meskipun sebenarnya di setiap lorong galeri, sinyal setiap provider seolah ikut bersembunyi di balik karya-karya tersebut. Hilang. Menguap entah ke mana. Namun, pengunjung-pengunjung itu, hebatnya, masih saja berhasil melakukan postingannya.
Museum ini dikenal sebagai museum MACAN yang instagramble, hanya sedikit yang tertarik dengan kehidupan pemilik karya. Penampilannya yang terbilang (maaf) sedikit aneh sepertinya tidak begitu mampu menarik perhatian pengunjung untuk mencari tahu mengapa karya-karya ini hadir.
Hari itu saya merasa, Yayoi Kusama adalah seniman hebat dengan karya yang berhasil mencuri perhatian jutaan manusia namun namanya terabaikan oleh keindahan karyanya. Pengunjung terasa tak terlalu ingin mengetahui lebih banyak tentang dirinya, tentang cerita mengapa karya-karya ini tercipta, tentang Museum Yayoi Kusama. Keberadaan pengunjung hari itu adalah tentang Museum MACAN yang instagramble lalu menunjukkan eksistensinya di media sosial.
Dan wanita tua berpenampilan nyentrik itupun terlupakan dalam gemerlap karyanya yang mencuri perhatian.
Kisah Di balik Karya
Mengusung tema Life is the Heart of a Rainbow pameran Yayoi Kusama ini adalah sebuah pameran survei yang berfokus pada keluaran Kusama yang berjumlah besar Pameran ini menjelajahi perkembangan motif dan tema ikoniknya juga keterhubungan formal dan konseptual kedua hal tersebut sepanjang karir sang seniman.
Termasuk di dalam hal ini adalah eksperimen lukis Kusama di awal kiprahnya pada 1950an yang menunjukkan kemunculan dari penggunaan polkadot, jaring dan labu yang khas; sepilihan lukisan infinity Nets yang tersohor; dokumentasi performans publik dan happenings; instalasi berukuran besar dan lukisan-lukisan baru yang mendemonstrasikan pendekatan Kusama yang memikat terhadap ruang. (Sumber: Buku Museum Guide).
Di dalam museum, beberapa karya yang tersaji antara lain:
- Great Gigantic Pumpkin
- Dots obsession -- Infinity Mirrored Room
- Narcissus GardenÂ
- The Spirit of the Pumpkins Descended into the heaven
- I want to love on the festival night
- Infinity Mirrored Room -- Brilliance of the souls
- Infinity Nets
- Love Forever
- My Eternal Soul
- The Obliteration Room
Sebagai awam yang hanya dapat menikmati karya, saya pikir saya tidak ada hak untuk berbicara lebih jauh tentang kurang lebihnya karya-karya Yayoi Kusama. Termasuk untuk memberikan opini.
Terkhusus untuk Infinity Nets, Love Forever, dan My Eternal Soul, saya hanya mendapati jaring yang saling terkait, gurat yang membentuk rupa manusia dan permainan garis serta tabrak warna yang meski saya perhatikan sampai mampuspun, saya tidak akan mengerti apa yang sedang saya lihat. Namun bagi mereka yang memahami, karya tersebut sungguh luar biasa.