Hampir satu jam saya berberes, selama itu pula tidak ada suara dari mereka. Hingga saya siap untuk berangkat dan datang menyapa mereka ke depan. Bahkan setelah saya memanggil nama keduanya, tak ada satupun yang menyahut.
Antara Sepak Bola dan Sepatu Sekolah
Begitu saya tiba di depan, saya mendapatkan sebuah pemandanga yang cukup mengejutkan. Keduanya tengah asyik menonton tayangan sepak bola hingga mengabaikan hal lain yang ada di sekitar mereka. Termasuk panggilan saya.
Euforia piala dunia rupanya tak hanya milik dewasa semata, atau hanya golongan pria saja, disambut pula dengan penuh antusias oleh kedua anak kecil ini, baik lelaki juga perempuan.
Anak sekecil itu menyukai sepak bola? Tidak masalah, bisa jadi itu akan beralih menjadi hobby si sepupu kecil yang akan digelutinya saat remaja dan menginjak dewasa kelak. Tidak ada yang tau. Piala dunia bisa saja menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang menyukai bahkan menjadi jalan untuk mendalami.
Begitu saya tawarkan kembali untuk berangkat, untuk pertama kali pertanyaan saya bersambut "Tante, sebentar lagi ya. Tunggu bolanya selesai." Dengan logat Palembangnya yang begitu kental.
Saya hanya tersenyum. Senang untuk pertama kalinya pertanyaan saya bersambut, senang ketika anak-anak lain sibuk dengan android di tangan mereka dan kedua sepupu saya memutuskan untuk menyibukkan diri dengan kesukaan mereka. Senang ketika menyadari, ada sesuatu yang harus diarahkan dalam diri si kecil ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H