Sebulan dua bulan sebelum memasuki bulan Ramadan, biasanya berbagai iklan sirup sudah mulai tayang di televisi. Baik yang telah melakukan inovasi pada produknya, maupun yang melakukan inovasi terhadap kemasannya.
Rata-rata dari rekan yang berpuasa, bilangnya sih, kalau makanan biasanya engga bisa mempengaruhi puasa mereka, beda kalau minuman. Begitu minuman muncul di depan mata, rasanya ketangguhan dalam menjalani puasa, runtuh seketika. Apalagi jika di minuman tersebut berwarna dan ada beberapa pecahan es batu di sana. Hancur deh pertahanan!
Nah, cerita ini datang dari salah satu rekan kerja, seorang pria yang memang katanya bodo amat terhadap makanan. Asal, ngga ditunjukin aja tuh minuman berwarna yang dikasih es batu. Sebut saja namanya Mas Arman
Rahasia Mas Arman tidak ada yang tahu. Entah kenapa, Mas itu memberitahunya pada saya yang saat itu tengah makan. Oke, saya simpan baik-baik 'pesan' tersebut. Dalam hati saya, pantangan utamanya itu. Mungkin agar saya mengetahuinya dan tidak dengan sengaja melakukannya di hadapannya.
Sudah jadi kebiasaan, saat bulan puasa, sebagai minoritas, saya biasanya menurun ketinggian bangku saat akan minum. Atau membalik badan agar rekan-rekan yang berpuasa tidak merasa tersinggung. Sebisa mungkin benar-benar dihindari memberi ujian tambahan, apalagi saat matahari lagi nyengat-nyengatnya.
Sayangnya, rahasia tersebut -- jika itu dapat dikatakan sebagai rahasia -- tidak diberi tahu pada semua orang yang menganut agama lain.
Es Sirup Siapa?
Saat itu saya ke pantry berencana mengambil air dingin. Di sana ada seorang rekan kerja juga yang memang tidak ikut melaksanakan ibadah puasa karena tak berasal dari agama yang sama. Tahu sedang apa? Yes! Menyeduh sirup lalu diberi es batu karena memang kondisinya saat itu sangat panas.
Saya pikir, ya wajar. Kan, memang tidak puasa. Lagi pula minumnya jauh dari lokasi rekan-rekan yang berpuasa kok. Jadi tidak ada satu orangpun yang akan terganggu. Silahkan saja kalau mau minum sepuasnya.
Ah, saya yang ngga berpuasa saja ngiler, bagaimana yang berpuasa? Tentu lebih ngiler lagi kan ya.
Usai mengisi botol minum saya, saya kembali ke meja kerja dan meninggalkan orang tersebut sibuk menimbang-nimbang tentang rasa sirup tersebut sesuai seleranya.
Tak berapa lama kemudian, setelah saya duduk di kursi kerja saya, Mas Arman kembali datang nyamperin sambil cengengesan.
Saya tak lagi tanya apa yang menjadi alasannya cengengan, sebaliknya, jari saya menunjuk ke arah sudut bibirnya yang tersisi titik air.
"Hah! Lo batal puasanya, ya?!" Saya menjerit sembari menunjuk ke arah bibirnya. "Noh, ada bekas aer!"
Lalu tawanya makin meledak.
Dari tawanya, terjawablah sudah bahwa Mas Arman benar-benar berbuka di jam 13.00an WIB.
Lalu tak lama kemudia mulai mencak-mencak.
"Lo sengaja taro es sirup di pantry ya? Itu sirup siapa?" Tanyanya dengan nada menuduh masih sambil menyisakan tawa. Jangan gitu dong, kalau mau minum jangan ditaruh sembarangan minumannya."
Saya menjawab bahwa minuman yang dimaksud bukanlah milik saya, namun milik staff lain yang posisinya ada satu lantai di atas ruang kerja kami. Sehingga untuk menyalahkan pun dirinya tidaklah bisa.
Usut punya usut, ternyata saat ingin ke ruang IT yang memang harus memutar dari arah pantry, es sirup tersebut tampak jelas dari jalan. Meski AC menyala, rupanya terik yang dirasa dari luar mengalahkan keinginannya untuk berpuasa. Hingga akhirnya sisaan sirup jerukpun berhasil membuatnya tergoda untuk meminumnya.Â
Ya ampuunn, gara-gara es sirup ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H