Tak berapa lama kemudian, setelah saya duduk di kursi kerja saya, Mas Arman kembali datang nyamperin sambil cengengesan.
Saya tak lagi tanya apa yang menjadi alasannya cengengan, sebaliknya, jari saya menunjuk ke arah sudut bibirnya yang tersisi titik air.
"Hah! Lo batal puasanya, ya?!" Saya menjerit sembari menunjuk ke arah bibirnya. "Noh, ada bekas aer!"
Lalu tawanya makin meledak.
Dari tawanya, terjawablah sudah bahwa Mas Arman benar-benar berbuka di jam 13.00an WIB.
Lalu tak lama kemudia mulai mencak-mencak.
"Lo sengaja taro es sirup di pantry ya? Itu sirup siapa?" Tanyanya dengan nada menuduh masih sambil menyisakan tawa. Jangan gitu dong, kalau mau minum jangan ditaruh sembarangan minumannya."
Saya menjawab bahwa minuman yang dimaksud bukanlah milik saya, namun milik staff lain yang posisinya ada satu lantai di atas ruang kerja kami. Sehingga untuk menyalahkan pun dirinya tidaklah bisa.
Usut punya usut, ternyata saat ingin ke ruang IT yang memang harus memutar dari arah pantry, es sirup tersebut tampak jelas dari jalan. Meski AC menyala, rupanya terik yang dirasa dari luar mengalahkan keinginannya untuk berpuasa. Hingga akhirnya sisaan sirup jerukpun berhasil membuatnya tergoda untuk meminumnya.Â
Ya ampuunn, gara-gara es sirup ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H