Bagaimana puasa hari pertamanya teman-teman yang menjalankan ibadah puasa? Semoga tetap bertahan hingga hari kemenangan yaaa....
Selain menjadi kewajiban agama, puasa juga sebenarnya memberikan efek yang baik bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Menjalankan ibadah puasa bisa sekaligus memberikan kesempatan bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan pembersihan racun dari dalam tubuh.
Dan saat puasa pula, kita dapat menikmati serta mensyukuri segala berkat yang Dia berikan pada kita. Kita tahu seperti apa rasanya menahan lapar seharian. Hal yang mungkin masih dialami oleh orang-orang yang kurang beruntung di sekitar kita. Seharusnya, dengan berpuasa, kitapun dapat belajar lebih menghargai makanan sehingga lebih berpikir ulang jika ingin membuang atau menyisakan makanan.
Terlepas dari satu hari penuh awal puasa yang telah berhasil dilalui oleh saudara-saudara yang menjalankan, demi menanti waktu berbuka, menjelangnya mungkin adalah waktu terbaik sekaligus menyenangkan untuk dilakukan. Mengapa? Ya, berburu takjil untuk berbuka puasa.
Mengenal Takjil
Sering mendengar kata takjil kan ya? Tulisan ini bisa sangat mudah kita temukan di restoran-restoran atau warung makan saat bulan puasa. "Tersedia takjil gratis untuk pemesanan minimal 30 orang" misalnya dalam sebuah restoran.
Atau kalimat lain yang kerap terdengar dalam kehidupan sehari-hari saat bulan puasa "Berburu takjil" yang mengarah pada makna bahwa takjil adalah makanan.
Well, secara agama, saya yang tidak menganut agama Muslim mungkin kurang tepat untuk membahas tentang makna kata takjil. Namun sesaat tadi ketika googling ada yang menarik untuk diulas, saya pikir perlu dibahas juga agar kami yang bukan berasal dari agama yang sama dapat diluruskan kembali tentang makna sebenarnya dari kata takjil.
"... Padahal kata takjil/ta'jil () artinya adalah "bersegera", diambil dari hadist Nabi Muhammad SAW yang menyuruh untuk berbuka puasa dengan bersegera ketika telah sampai waktunya.
Takjil bermakna kita jangan menunda berbuka, saat berbuka tiba maka segeralah berbuka. Karena di Arab warganya suka berbuka dengan korma, maka korma ini disebut makanan untuk takjil, alias makanan untuk menyegerakan berbuka.Â
Istilah ini kemudian diadopsi oleh warga di Jakarta dengan menyebut kurma dan makanan untuk berbuka sebagai Takjil."
Kalimat diatas ditulis oleh seorang Kompasianer juga, Bapak Denny S Batubara pada tanggal 9 Agustus 2011 yang lalu. (Artikel baca di sini) Masuk pula sebagai artikel utama di Kompasiana.
Bukan bermaksud tidak percaya, namun, hei, jika benar takjil memang bukan bermakna makanan, ini seharusnya jadi pengetahuan baru bagi yang belum mengetahui bukan? Dan saya pikir tidak semua termasuk saudara-saudara yang sedang menjalankan ibadah puasa yang mungkin mengetahui informasi ini. Itu mengapa saya mencoba mencantumkannya dalam tulisan. Dan agar besok kelak, saat ingin mencari makanan untuk berbuka, saya tak lagi menyebutkan nama yang sama.
Serunya Berburu Takjil / Makanan Berbuka Puasa
Ini aktivitas seru selama bulan puasa yang paling banyak diminati. Sembari jalan-jalan sore di pagi hari, bisa melupakan fokus pada rasa lapar sehingga semangat menyelesaikan puasapun semakin tinggi. Bagaimanapun, waktu berbuka sudah kian dekat.
Pilihan takjil/makanan berbuka puasa tentu banyak. Dan kalau semua dijajarkan bersamaan, tampaknya memang terlihat lebih lezat.
Mulai dari es buah, es kelapa, gorengan, kolak, bubur sumsum, dan masih banyak lagi. Kalau mengikuti nafsu sih, hmmm, bisa-bisa disikat semua makanannya. Namun, tetap harus terkontrol agar tidak sampai tidak habis dimakan lalu akhirnya terbuang seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya yaa. Kan sayang.
Bersama dengan puluhan motor lain, kami menuju satu wilayah yang sama tempat berkumpulnya tempat penjaja makanan berbuka. Tipe-tipe pembelipun bermacam-macam:
- Ada yang berpasangan,
- Ada yang sembari membawa marah-marah karena anak minta dibelikan sesuatu yang tak diijinkan orang tua hingga akhirnya sang anak menangis dikeramaian,
- Ada yang saling berboncengan mengitari wilayah jualan dari ujung ke ujung, tidak ketemu yang tepat hingga akhirnya terpaksa balik lagi dari awal untuk melihat lebih teliti kira-kira makanan apa saja yang cocok untuk dilahap saat berbuka,
- Ada yang sembari ketawa-ketawa asyik bercerita sembari terus melangkah menuju lokasi jualan.
- Ada yang sampai tangannya penuh sekali dengan makanan
Macam-macam memang jenis pembeli yang terkadang mengundang tawa.
Sebenarnya saya sih tidak ikut puasa, tapi seru rasanya berbaur menikmati sore yang hanya terjadi sebulan dalam setahun ini.
Hanya sekitar 15 menit dari lokasi kantor, tambahkan 5 menit karena kondisi macet, sekitar 20 menit  di perjalanan 20 menit mengitari jajanan, tahu apa yang saya bawa pulang? Hanya gorengan! Hahaha.
Jadi, kamu tipe yang mana kira-kira?Â
Tetap semangat puasanya yaaa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H