Pengalaman Saling Menghargai Dalam Berpuasa
Saat kuliah dulu, saya satu-satunya yang beragama Kristen dalam geng pertemanan kami. Saling menghargai telah menjadi bagian kehidupan kami selama 3 tahun.
Awalnya sih sulit ya membiasakan diri. Namun alangkah konyolnya jika perbedaan malah menjadi pemecah diantara kami. Lalu lambat laun terbiasa juga.
Sebagai minoritas, bisa terbilang mudah untuk menyesuaikan diri. Percayalah temen-temen akan selalu mengatakan "Tidak apa-apa, santai saja. Kalau mau makan, silahkan". Berhubung saya sebagai minoritas di sana, saya makan-makan saja. Karena mereka ramai-ramai saling mengingatkan. Namun ketika berdua atau bertiga, meski mereka selalu bilang santai saja, tidak enak hati juga untuk makan di depan orang yang sedang ujian. Dan saya selalu memutuskan untuk menyingkir sesaat.
Bukan tidak bisa makan di hadapan mereka, namun menempatkan diri di posisi mereka, sepertinya adalah hal yang menjengkelkan jika kita menghadapi orang yang sengaja makan di depan kita saat kita jelas sedang berpuasa. Ini juga merupakan salah satu langkah yang bisa kita tempuh untuk saling menghargai perbedaan.
Well, selamat menyambut ibadah puasa bagi rekan-rekan yang menjalankannya, dan selamat mempersiapkan diri untuk saling menghargai perbedaan bagi kita yang tidak menjalankan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H