Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyambangi Tempat Lahirnya Kru Pesawat yang Profesional

10 April 2018   10:49 Diperbarui: 10 April 2018   10:52 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GITC dibekali dengan ragam pepohonan dan taman yang hijau | Foto: Efa M. Butar butar

Usai mendapatkan beragam materi pada tanggal 24 dan 25 aret 2018 lalu, sesuai yang telah tertera di brief, 5 April 2018 lalu, seluruh peserta terpilih blogtrip Sobat Aviasi berkumpul di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, untuk kemudian berangkat menuju kantor Kementerian Perhubungan menyambangi tim DirJen Perhubungan Udara lalu berangkat bersama ke Garuda Indonesia Training Center (selanjutnya disebut GITC) yang terletak di Cengkareng, Jakarta Barat.

Tiba di lokasi yang telah berdiri sejak tahun 1984 dan merupakan yang tertua di Indonesia ini, seluruh peserta Blogtrip disambut dengan berbagai hal yang menjadi salah satu aspek pendukung lahirnya kru pesawat dengan potensi yang tak lagi perlu dipertanyakan, yaitu lingkungan yang hijau, asri dan bersih.

Seorang Yayat Supriatna selaku pengamat perkotaan dan dosen teknik Planologi. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti berpendapat bahwa tidak masalah sebuah keluarga memilih hunian yang kisaran harganya bermain di angka Milliar jika dengan hunian tersebut, sebuah keluarga berinvestasi pula dari segi kesehatan.

Kesejukan dan kesegaran lingkungan misalnya, selain dapat menciptakan kondisi yang nyaman, hawa sejuk yang ada di sekitar juga turut andil untuk memperpanjang usia seseorang pun berkat kualitas Oksigen yang muncul dari pepohonan di sekitar hunian.

GITC dibekali dengan ragam pepohonan dan taman yang hijau | Foto: Efa M. Butar butar
GITC dibekali dengan ragam pepohonan dan taman yang hijau | Foto: Efa M. Butar butar
Sama halnya dengan lingkungan GITC, meski berdampingan dengan daerah padat dan banyak polusi, pepohonan dan taman yang hijau di GITC banyak berkontribusi untuk meminimalisir polusi yang masuk dalam daerah GITC yang mana dapat membantu calon kru pesawat dalam mendapatkan udara terbaik ketika latihan fisik di sekitar lapangan GITC.

Sebagai tempat latihan yang paling tua sekaligus terlengkap di Indonesia, tidak banyak yang memiliki kesempatan untuk dapat berkunjung atau setidaknya menginjakkan kaki di lokasi ini. Jikapun ingin ke GITC, tentu ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan akses menuju GITC. Tujuan kedatangan? PIC terkait yang ingin ditemui? Berapa lama waktu kunjungan? Semua harus jelas.

Dan adalah suatu kehormatan, serta kebanggaan bisa menjadi satu diantara ratusan bahkan mungkin ribuan orang yang berharap dapat mengunjungi dan melihat langsung seperti apa saksi bisu lahirnya para kru pesawat profesional yang baru ini.

Bagaimana tidak? GITC bukan seperti sekolah pada umumnya di mana siswa dibekali dengan beragam ilmu. Jika sekolah masih mengharuskan seorang siswa untuk memperdalam dan memfokuskan pengetahuannya dengan menjajaki bangku universitas, berbeda dengan GITC yang meski sama-sama tempat menimba ilmu, GITC fokus untuk melahirkan individu yang ekspert dibidang penerbangan. Baik itu sebagai kru kabin, pun sebagai kru cockpit.

Dalam blogtrip Aviasi yang lalu, setidaknya ada beberapa ilmu yang menjawab langsung ragam pertanyaan yang ada di benak selama ini. Tentang bagaimana seorang pramugari dididik sampai benar-benar sangat ramah dalam bertutur meski saat berhadapan dengan penumpang menyebalkan sekalipun.

Atau tentang berapa pesawat yang harus hancur terlebih dahulu untuk bisa menghasilkan seorang Pilot dan Co Pilot profesional yang siap untuk menerbangkan ribuan penumpang sepanjang karirnya? Karena dulu saya beranggapan mungkin para Pilot itu harus belajar terlebih dahulu menerbangkan pesawat langsung dengan mengemudi pesawat, kalau jatuh, nanti diganti Bapaknya. Hahahahah. Jadi inget waktu kecil lagi main di sawah tiba-tiba lihat pesawat melintas dan langsung berdoa "Ya Tuhan, semoga pesawatnya jatuh, biar aku bisa naik." Wkwkwkkw. Maafkan pikiran masa kecilku.

Lalu, selama di GITC, apa saja sih informasi yang berhasil dihimpun oleh Kompasianer peserta blogtrip?

Menjajal Simulator

Duduk di kursi Pilot di Cockpit simulator | Foto: Dewi P
Duduk di kursi Pilot di Cockpit simulator | Foto: Dewi P
Langit boleh luas sekali, namun tidak boleh terjadi satu kesalahan sekecil apapun. Keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam penerbangan adalah hal yang paling krusial, oleh sebab itu, seluruh kru pesawat diwajibkan untuk memahami setiap prosedur dari hal yang paling rumit hingga yang paling sederhana sekalipun.

Lagi-lagi, seluruh peserta Kompasiana Blogtrip Aviasi ini terbilang beruntung karena berkesempatan untuk menjajal langsung seperti apa sih kondisi saat seorang calon Pilot mengadakan simulasi. Dan yang paling menariknya lagi, simulasi dipimpin langsung oleh Bapak DR. Ir. Agus Susanto selaku Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 

For your information aja nih, sekali jajal satu jam alat simulator pada umumnya membutuhkan biaya $400 hingga $500 per jamnya. Satu jam tentu bukanlah takaran seorang Pilot dan Co Pilot dapat disebut ekspert, telah lulus uji dan siap untuk terjun langsung ke lapangan. Butuh ratusan jam terbang untuk dipercaya membawa penumpang. Kali $400? Hitung sendiri ah! Banyak!


Sedikit berbeda dengan bentuk kepala pesawat pada umumnya, simulator didesign dengan bentuk yang sedikit mengarah ke bentuk kotak. Simulator 4 dimensi ini memungkinkan setiap Pilot dan Co Pilot benar-benar merasakan dan mendapatkan sensasi seperti tengah mengendarai pesawat sesungguhnya.

Mulai dari take off, cuaca yang tak bersahabat -- bahkan ada petirnya (wkwkwk, maaf saya katrok lagi. Maklum... baru pertama kali), jarak pandang yang sangat terbatas, sirine bahaya, dan berbagai hal lain yang mungkin saja akan ditemui pada saat di lapangan. Simulator juga sesekali tampak bergerak meski saat itu, kami memang tidak ikut serta di dalamnya. Hehehhe.

Keseluruhan simulasi ini bagi saya dapat dikatakan menyeramkan juga meski tak sungguh-sungguh terjadi. Gerakan pada simulator kemarin cukup kuat dan jika saya yang berada di dalam pesawat, mungkin saya pusing sekaligus takut juga kali yaa. Heheheh. Berbagai aplikasi pada alat simulator dibuat dengan berbagai kondisi termasuk yang menyeramkan sekalipun sehingga Pilot dan Co Pilot yang sedang berlatih kemampuan mengemudi, dapat pula sekaligus melatih kontrol diri dalam menangani hal emergency dan tidak panik.

Dari cockpit simulator, calon Pilot dan Co Pilot juga disajikan dengan pandangan sebagaimana bandara tujuan yang sebenarnya. Mulai dari petugas parkir, gambaran bandara yang dituju, hingga icon dari kota tujuan yang ada di bandara tampak jelas dalam simulator.

Lalu apakah dengan alat simulator ini seorang calon Pilot dan Co Pilot dapat dikatakan sudah lulus uji coba dan layak untuk menerbangkan pesawat dan membawa penumpang?

Alat simulator ini didesign khusus persis seperti pesawat sesungguhnya. Itu sebabnya, meski hanya sebatas simulator, harganya bahkan mendekati harga pesawat yang sesungguhnya, lho.

Pramugari dan Panelis Produk Pangan

Siswi calon pramugari dan makanan yang tengah dicicipi | Foto: Efa M. Butar butar
Siswi calon pramugari dan makanan yang tengah dicicipi | Foto: Efa M. Butar butar
Sebelum membahas tentang makanan, ada yang menarik begitu seluruh peserta blogtrip memasuki kawasan GITC. Sebagai "orang asing" kami disambut baik, ramah dan penuh senyuman saat berada di dalam ruangan.

Tak hanya di dalam ruangan, kami juga mendapatkan perlakuan yang sama saat berada di luar ruangan, seperti saat akan pulang kemarin dan kebetulan berpapasan dengan beberapa orang calon pramugari yang sedang lari sore di sekeliling taman GITC misalnya. Mereka menyambut baik saat saya "ganggu" tiba-tiba minta ikut berofoto bersama dengan mereka -- meskipun agak tengsin karena pendek sendiri. engga apa apaaaa. Hahhahah.

Para siswi calon pramugari ini dituntut untuk memiliki kemampuan tak hanya melayani penumpang dari berbagai fasilitas yang tersedia di pesawat, namun juga dibekali dengan etika untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh penumpang selama berada di dalam pesawat dan selama penerbangan berlangsung. Sementara untuk keselamatan seluruh isi pesawat, tetap merupakan bagian dari kerjasama kru cockpit, kru kabin serta penumpang.

Kembali tentang calon pramugari menjadi seorang panelis makanan.

Makanan juga tak luput dari perhatian seluruh calon kru kabin. Saat kunjungan lalu, kebetulan kami berkesempatan untuk melihat langsung seperti apa keseruan para siswi calon pramugari saat melakukan test rasa pada beberapa produk makanan -- yang dalam bahasa Teknologi Pangan kerap disebut sebagai seorang Panelis --.

Menurut salah seorang siswi, mencicipi rasa makanan merupakan  bagian dari prosedur yang perlu untuk diketahui, sehingga kelak jika ada penumpang yang menanyakan bagaimana rasa makanan yang mereka tawarkan di pesawat, para calon pramugari ini telah memiliki gambaran rasa yang seperti apa yang akan mereka sampaikan pada penumpang tersebut.  

Melihat Simulasi Menuruni Pesawat dalam Pendaratan Darurat

Mengapa harus melakukan simulasi? Ada beberapa alasan mengapa seorang calon kru pesawat harus melakukan simulasi sebelum dinyatakan lulus dan layak untuk terjun langsung ke lapangan.

Sebagai ujian penentu layak tidaknya untuk melayani masyarakat -- dalam hal ini penumpang pesawat -- sesuai dengan standard kelulusan yang telah ditetapkan dalam dunia penerbangan

Seorang calon kru pesawat kelak akan bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang. Mengetahui prosedur keselamatan diri berarti memberi jalan bagi penumpang yang minim informasi evakuasi untuk menyelamatkan diri.

Memahami prosedur evakuasi mewajibkan seluruh kru pesawat untuk terlebih dahulu "mengamankan diri" dan kemudian mulai bergerak mengamankan penumpang-penumpangnya.

Alat peluncur mirip perosotan yang terbuat dari karet untuk evakuasi pendaratan darurat | Foto: Efa M. Butar butar
Alat peluncur mirip perosotan yang terbuat dari karet untuk evakuasi pendaratan darurat | Foto: Efa M. Butar butar
Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan semacam alat peluncur yang terbuat dari karet. Seluruh Pramugari yang telah berada di pesawat simulator, satu per satu menuruni alat peluncur kemudian berlari untuk kembali ke pesawat simulator dan melanjutkan sesi simulasi lainnya.

Melihat Simulasi Evakuasi Saat Terjadi Kecelakaan di Air

Nah, jika simulator untuk calon kru kabin dibuat sedemikian rupa hingga benar-benar persis seperti aslinya, maka evakuasi penumpang jika terjadi di air juga dibuat tak kalah jauh dengan aslinya.

Simulasi evakuasi dalam air | Foto: Efa M. Butar butar
Simulasi evakuasi dalam air | Foto: Efa M. Butar butar
Ada beberapa aspek pendukung yang dapat membuat seseorang merasa bahwa evakuasi tersebut seperti kasus yang terjadi sebenarnya, yaitu:

Loudspeaker. Ada kurang lebih 3 loudspeaker berukuran besar yang berada di sekitar evakuasi yang dilakukan di kolam ini. Suara yang didengarkan adalah suara angin sebagaimana yang sering terdengar jika terjadi badai di perairan. Kondisi penerangan yang minim. Kondisi kolam dibuat gelap -- menyerupai cuaca buruk di perairan

Ilustrasi cahaya kilat dan suara petir. Sampai ilustrasi petir menyambar dengan tambahan cahaya kilat dalam kolam juga tak luput disiapkan. Hmmm... yang fobia air mungkin ngap juga kemarin berada di sekitar daerah latihan evakuasi tersebut.

Patahan kepala pesawat dibuat persis berada di sisi kiri kolam -- jika menghadap dari lokasi simulator -- yang menambah kesan jika dalam evakuasi ini, kondisi pesawat memang benar-benar tengah rusak.

Evakuasi dilakukan dari pesawat simulator dengan diawali bunyi suara petir dan deru angin yang berasal dari loudspeaker. Para siswi bersama dengan seorang trainerbersiap di dalam pesawat simulator, menggunakan alat pelampung -- baru kali ini benar-benar menyaksikan langsung seperti apa alat pelampung itu jika ditarik karena sebelumnya hanya melihat dari peragaan pramugari dan tidak ditarik -- dan ternyata tarikan di alat pelampung menimbulkan bunyi desis yang cukup kuat hingga akhirnya pelampung terisi penuh oleh udara dan siap untuk digunakan.

Satu per satu pramugari melompat ke air dengan terlebih dahulu menempatkan posisi menghadap pintu darurat pesawat dan membelakangi kolam simulasi.

Para pramugari yang melompat ke air bergegas berenang ke arah perahu karet dan mulai menaiki perahu karet tersebut. Pramugari yang telah lebih dahulu berhasil naik wajib membantu pramugari lain yang mencoba menggapai perahu sampai berhasil masuk ke perahu karet. Begitu seterusnya sampai semua isi penumpang berhasil naik ke perahu.

Untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, pramugari kembali berhitung mencocokkan jumlah yang sama dengan sebelum melompat ke air. Perahu karet kemudian ditarik ke pinggir dan latihan evakuasi dinyatakan selesai.

Oh, ya, begitu keluar dari air, masih dalam kondisi basah dan memungkinkan untuk kedinginan, para calon pramugari ini masih menyempatkan diri tersenyum dan membaur dengan peserta blogtrip serta memberikan kesempatan untuk diwawancarai para peserta blogtrip demi mendapatkan tambahan data. JEMPOLLL!

Professional Trainer di Setiap Sesi.

Professional trainer untuk setiap sesi simulasi | Foto: Efa M. Butar butar
Professional trainer untuk setiap sesi simulasi | Foto: Efa M. Butar butar
Untuk melahirkan kru pesawat yang profesional, maka setiap sesi traingin dihadirkan seorang trainer profesional untuk membantu para siswa dan siswi dalam mendapatkan pelatihan terbaik di masing-masing sesinya sampai benar-benar bisa dipercaya dan dilepas ke lapangan.

Alat simulator terbaik, trainer profesional, keramahan seluruh warga GITC, serta kesejukan yang ada di wilayah GITC menjadi satu kesatuan atas lahirnya kru pesawat baru yang profesional.

Tertarik untuk menjajal seluruh fasilitas ini? Boleh! Siapkan saja kocek dan mental untuk "bergoyang" dalam simulator cockpit!

Note: Terima kasih untuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kompasiana telah memberi kesempatan kepada saya untuk melihat langsung bagaimana kru pesawat yang profesional itu ditempah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun