Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal 5 Hal Sederhana yang Belum Dipahami Penumpang Sebelum Terbang

25 Maret 2018   01:29 Diperbarui: 25 Maret 2018   12:41 2150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, travelling sudah merupakan suatu hal yang wajib hukumnya untuk dilakukan. Bukan hanya anak muda, kegiatan ini dilakoni pula oleh orang dewasa.

Dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Rote, hidup yang katanya hanya sekali ini terlalu sayang untuk melewatkan begitu saja keindahan semesta Indonesia.

Bosan menjelajah di dalam negeri, Traveler tak sungkan untuk merogoh kocek lebih dalam demi menikmati keindahan negara lain yang sama sekali tidak bisa ditemukan di Indonesia. Salju misalnya. Bunga Sakura apalagi.

Beruntungnya kebutuhan travelling para Traveler ini didukung pula oleh Pemerintah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas moda transportasi yang dapat digunakan untuk bepergian. Mulai dari bus, kapal, kereta api, hingga pesawat terbang.

Mengenai transportasi, ada satu jenis alat transportasi yang menarik untuk diulas. Jika lewat darat penumpang bisa berteriak untuk mendapatkan pertolongan saat mengalami hal yang tidak diinginkan, di lautan seorang penumpang dapat bertahan dengan menggunakan life jacket, maka di udara tidak ada hal lain yang dapat dilakukan selain melompat dan terjatuh. Tentu taruhannya adalah nyawa.

Perubahan Cara Pandang terhadap Penggunaan Pesawat Terbang

Jika dulu pemilik mobil bisa dikategorikan sebagai "orang berada" maka hal tersebut saat ini tidaklah berlaku mengingat untuk memiliki satu unit mobil, seseorang hanya memerlukan Total Down Payment (TDP) sebesar minimal 10jt, maka bisa membawa pulang satu unit mobil dan pembayaran selanjutnya dapat dilakukan dengan metode cicilan. Sementara untuk melunasi cicilan tersebut, pemilik dapat memanfaatkan mobilnya (Yang ramai dilakoni saat ini adalah menjadi driver online). Dan 4-5 tahun kemudian, urusan mobil beres!

Sama halnya dengan kepemilikan mobil, disadari atau tidak, dulu, bepergian menggunakan pesawat juga mampu menaikkan gengsi seseorang. Sayangnya, hal tersebut tak lagi berlaku saat ini. Promo terbang dengan harga yang relatif murah banyak ditemukan dari berbagai Online Travel Agent (OTA), bahkan penumpang dipermudah dengan penawaran paket lengkap tiket, hotel, pulsa, bahkan modem saat keluar negeri. Penawaran lengkap ini tentu akan membuat harga jauh lebih murah dan penumpang tak lagi perlu pusing-pusing untuk mencari tempat tinggal selama berada di lokasi liburan.

Pesawat, Penumpang, dan Terbang

Sejalan dengan maraknya promo tiket murah di OTA, tak ingin merasakan lelah atau macet-macetan selama di perjalanan, saat ini Traveler memilih untuk bepergian dengan pesawat. Selain telah mendapatkan potongan harga, dapat merasakan langsung sensasi saat berada di langit, dan waktu tempuh pun lebih efisien.

Semakin mudah mendapatkan layanan yang menyenangkan dari OTA baik dari aspek kualitas, maupun dari aspek ekonomi, maka tidak menutup kemungkinan hal ini dapat meningkatkan jumlah Traveler baru yang akan memanfaatkan layanan pesawat dalam bepergian.

Tingginya jumlah pengunjung, maka semakin tinggi pula tantangan para kru pesawat untuk menyampaikan aturan-aturan keselamatan yang harus dipatuhi oleh seluruh penumpang selama berada di dalam pesawat.

Mas Iskandar Zulkarnaen bersama Bp. DR. Ir. Agus Susanto | Foto: DokPri
Mas Iskandar Zulkarnaen bersama Bp. DR. Ir. Agus Susanto | Foto: DokPri
Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DJPU) Kementerian Perhubungan menggandeng Kompasiana untuk melakukan edukasi kepada sejumlah Blogger terhadap segala hal yang perlu diketahui sebelum, saat dan setelah terbang melalui Kompasiana Akademi.

Mengkampanyekan "Terbang SelAmaNya (Selamat, Aman, dan Nyaman)" Bapak DR. Ir. Agus Santoso, M. Sc selaku Dirjen Perhubungan Udara berharap melalui Kompasiana Akademi ini,  Blogger terpilih dapat menjadi Agents of change yang menjadi jembatan bagi para calon penumpang pesawat untuk lebih peduli terhadap setiap regulasi yang berlaku di area Bandara keberangkatan hingga tiba di Bandara tujuan.

Selama proses penerbangan, mulai dari memasuki Bandara keberangkatan hingga tiba di Bandara tujuan, ada 5 hal sederhana yang sebenarnya sangat sering dihadapi oleh penumpang pesawat namun tidak benar-benar dipahami. Hal-hal tersebut adalah seperti yang tercantum di bawah ini:

1. Marah pada Petugas Check in Saat Pesawat Delay

Bukan rahasia lagi bahwa petugas check in di bandara selalu menjadi bulan-bulanan penumpang saat terjadi delay. Bukan hanya omelan semata, terkadang petugas juga dihadapkan pada penumpang yang marah luar biasa hingga menggebrak meja petugas.

MARAH PADA PETUGAS CHECK IN ADALAH HAL YANG SIA-SIA!  Mengapa?

Ada beberapa aktor Operational Bandara:

  • Otoritas Bandara
  • Pengelola Bandara
  • Air Navigation Services
  • Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
  • Airlines
  • Ground Handling Agents
  • TNI selaku pemilik landasan udara Enclave Sipil
  • Bea dan Cukai
  • Imigrasi
  • Kesehatan
  • Karantina
  • Polisi

Petugas check in merupakan bagian dari Ground Handling Agents yang tak ada kaitannya sama sekali dengan maskapai penerbangan yang akan Anda naiki. Oleh sebab itu, jangan heran meski Anda bertanya terus menerus, petugas hanya akan menjawab "Sabar" dan "Mohon ditunggu saja." Anda tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang Anda inginkan dari petugas tersebut.

Petugas yang seharusnya dicari untuk kasus pesawat delay adalah Station Manager atau Duty Manager.

Jika yang bersangkutan tidak ditemukan atau tidak keluar pula meski terus dipanggil, maka sebaiknya tunggu dan bersabar saja sampai mendapatkan info kembali dari maskapai terkait.

2. Etika sebagai Penumpang

Etika sebagai penumpang sebenarnya sudah harus kita sadari sejak memulai perjalanan menuju bandara. Hal yang paling sederhana tentang etika sebagai penumpang adalah mulai (dan biasakan) lah menangantri dan lepaskan satu per satu barang yang melekat pada tubuh yang terbuat dari logam untuk kemudian melewati mesin X-ray sementara orang lain memasukkan barangnya ke mesin tersebut.

Langkah ini, selain membuat proses security check lebih cepat dapat pula menghemat waktu. Perlu pula diketahui bahwa ada puluhan penumpang pesawat yang akan terbang bersama Anda, oleh sebab itu, ketika penumpang lain telah memaksimalkan waktunya tidak berlama-lama, Anda juga harus memiliki kesadaran sendiri untuk melakukan hal yang sama.

Memasuki pesawat dengan tas ransel tebal yang tergantung di punggung tentu bukanlah hal yang mudah. Melewati lorong yang sempit dengan kursi yang telah diisi oleh penumpang membuat lorong akan semakin sempit dan ruang gerak semakin terbatas.

Oleh sebab itu, posisikan tas Anda di depan atau sebaiknya ditenteng. Sehingga saat melakukan pergerakan tiba-tiba, tas tidak akan menubruk atau membahayakan orang lain.

Sederhana bukan?

3. Menegur Penumpang Lain

Duduk bersama di pesawat dengan seseorang yang tidak dikenali tentu bukanlah hal yang mudah, belum lagi jika orang tersebut bersikap menyebalkan seperti terus menerus menggoyang kaki, menyenderkan kursi dengan kemiringan yang mengakibatkan penumpang di belakangnya terganggu, bernyanyi terlalu kencang, atau hal-hal lain yang membuat Anda sebagai penumpang di sebelahnya terganggu, Anda tidak perlu menegurnya langsung. Sebaiknya, sampaikan pada kru pesawat -- pramugari atau pramugara -- yang memiliki otoritas menegur setiap orang yang tidak mengikuti regulasi atau membuat penumpang lain tidak merasa nyaman.

Menegur secara langsung orang yang tidak dikenali akan memungkinkan terjadinya selisih paham. Selisih paham yang membesar selama penerbangan buruknya akan membuat suasana dalam pesawat ricuh sehingga mengganggu kenyamanan seluruh penumpang.

Perlu diketahui, penumpang memiliki andil untuk menjaga keselamatan, keamanan dan kenyamanan selama penerbangan berlangsung.

Totalitas yang dilaksanakan oleh pilot dan kru pesawat akan menjadi hal yang sia-sia jika tidak diikuti dengan sikap kooperatif dari penumpang. Jika ini terjadi, maka dapat dipastikan terbang selamat, aman dan nyaman selama penerbangan akan sulit tercapai.

4. Alasan seat belt pada pesawat berbeda dengan seat belt pada mobil

Seat bealt pada pesawat | Foto: shutterstock
Seat bealt pada pesawat | Foto: shutterstock
Pernah tidak bertanya mengapa seat belt pada pesawat berbeda dengan seat belt pada mobil?

Jika di mobil, sebagai penumpang Anda diminta untuk menarik seat belt dari bahu kiri menuju ke bahu kanan hingga terdengar "klik" yang menjadi indikator bahwa seat bealt telah terpasang sempurna, maka di pesawat Anda hanya perlu menarik seat belt melingkari pinggang.

Seat bealt dapat disesuaikan dengan kenyamanan Anda, namun disarankan untuk memakainya pas (tidak longgar) di pinggang 3 menit sebelum take off dan 8 menit sebelum landing. Hal ini disebabkan bahwa di saat-saat tersebutlah kondisi pesawat rentan terhadap berbagai bahaya. Hampir 80% kecelakaan pesawat terjadi di waktu-waktu tersebut. (flightsafety.org).

Seat belt tersebut didesain khusus untuk daerah pinggang dan lebih mudah pemasangannya dibandingkan dengan seat belt pada mobil namun sama keselamatannya. Hal ini dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan di pesawat, penumpang lebih mudah untuk melepaskan seat belt yang "mengikat" dirinya.

5. Alasan kursi wajib diluruskan saat take off dan landing

Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa take off dan landing adalah dua masa yang cukup genting pada setiap penerbangan, itu sebabnya setiap hal kecil yang dapat membahayakan orang lain tidak bisa ditolerir.

Pada fase ini, bahkan kru pesawat tidak diijinkan untuk berkomunikasi ke cookpit karena berpotensi untuk mengganggu konsentrasi pilot saat melakukan take off ataupun landing. Jika hal sesederhana berkomunikasi saja dilarang untuk dilakukan, maka kursi penumpang diwajibkan untuk lurus agar tidak mengganggu atau membahayakan penumpang di belakang jika terjadi turbulensi. 

Kelima hal di atas merupakan hal-hal yang kerap dirasakan atau dialami penumpang, namun tidak benar-benar dipahami sehingga dapat mengganggu berjalannya "Terbang SelAmaNya." Dengan memahami kelima hal sederhana tersebut, diharapkan penumpang dapat bekerja sama dengan pilot dan kru pesawat untuk mewujudkan "Terbang SelAmaNya -- Selamat, Aman, dan Nyaman."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun