Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"All the Money In the World", Film Spektakuler Pembuka Tahun 2018

18 Januari 2018   01:28 Diperbarui: 18 Januari 2018   01:42 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, yaa, mungkin film ini bukan benar-benar pembuka film di tahun 2018 sih, kalimat ini aku pakai karena All the Money in the World merupakan film perdana di tahun 2018 yang aku tonton sekaligus menjadi event perdana dari salah satu komunitas yang ada di Kompasiana, yaitu Komik.

Registrasi Nobar | Dokpri
Registrasi Nobar | Dokpri
Agak kaget juga kemarin saat mengetahui bahwa film ini masuk dalam nominasi Golden Globe untuk tiga kategori. Penasaran seperti apa film ini hingga bisa mendapatkan nominasi tersebut. Dan saat nonton, yaa, menurut aku worth it lah. Mengapa?

Sebelumnya, silahkan lihat cuplikan filmnya terlebih dahulu

Si Tua Bangka yang Menyebalkan

Film ini bercerita tentang uang dan bagaimana setiap orang berupaya bahkan menghalalkan berbagai cara demi mendapatkan lembaran-lembaran bertabur angka tersebut. Semakin banyak nominal yang dapat dikumpulkan, semakin tinggi pula harapan seseorang untuk memiliki lebih dari apa yang dimilikinya. I want more!

Adalah seorang pria tua renta, aku sih lebih memilih untuk menggunakan bahasa (maaf) bangka, karena akting beliau yang memang benar-benar berhasil membuat penonton kesal, marah sekaligus benci di saat yang bersamaan.

Paul Getty yang diperankan oleh Christopher Plummer, seorang Millyader yang tak begitu memerdulikan keluarga dan hanya fokus pada bisnisnya harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya sungguh-sungguh tidak dapat diandalkan.

Fakta bahwa baginya uang dapat membeli segala sesuatu yang diinginkannya sirna sudah. Cucu yang paling dia sayangi, diculik sekelompok orang dan hanya akan dikembalikan dengan harga sebesar USD 17jt menjadi bagian terpenting dalam film yang membuat pria tua tersebut sadar bahwa keselamatan dirinya tak lagi ada jaminan saat Manager Bisnis sekaligus mantan agen CIA Fletcher Chase yang diperankan oleh Mark Wahlberg kini tak lagi berpihak padanya yang terlalu mempertuankan uang.

Anak yang Diculik

John Paul Getty III, cucu dari Paul Getty, diculik sekelompok orang dan dirinya hanya akan dikembalikan jika uang tebusan sudah tiba di tangan para penculik. Sayang, sang Kakek tak dapat diyakinkan dengan mudah agar uang tersebut segera dikeluarkan dan dirinya bisa lekas kembali ke tangan sang Ibu.

Paul menjadi salah satu tokoh yang paling menderita di usianya yang masih muda dalam film tersebut. Uang tebusan yang tak lekas dikirim menjadi salah satu alasan dibalik bermacam siksaan yang diterimanya. Termasuk harus kehilangan salah satu daun telinga yang dikirim untuk membuktikan keseriusan ancaman penculik.

Damn! Ini memang benar-benar menggugah emosi penonton. Jerit ketakutan dari penonton wanita terdengar dari berbagai arah pada saat scene ini pun dari saya sendiri! Dude! Kebayang tidak, kuping lu diiris hanya demi uang? Diiris! Pake pisau! GILA!!!

Well yaa, jikapun harus ada salah satu anggota tubuh yang membuktikan keseriusan ancaman para penculik, heii... masih tersedia 10 jari yang sepertinya lebih cepat sembuh. Lebih bisa diamankan cacatnya. Lebih, apa yaa? Ya mungkin lebih manusiawilah jikapun memang harus ada adegan iris mengiris seperti itu. Telinga sepertinya terlalu mainstrem ya? Sampe ngilu nontonnya.

Dan untuk seorang remaja, drama penculikan yang menegangkan seperti itu tentu sangat mempengaruhi psikologis sang anak. Mimik Paul Getty III yang diperankan oleh Charlie Plummer benar-benar menunjukkan ketakutan tersebut tanpa mengesampingkan mimik dalam usahanya untuk menyelamatkan diri (Perhatikan scene saat Paul berlari menyelamatkan diri ketika telah dilepaskan oleh komplotan penculik).

Ibu yang Tegar

Ini dia, wanita yang menjadi tokoh utama yang luar biasa. Upaya demi upaya dilakukan untuk meyakinkan sang mantan Ayah mertua bahwa anaknya benar-benar sedang ditawan oleh komplotan penculik. Penculikan tersebut bukanlah sebuah permainan atau lelucon yang memang pernah dia lakukan bersama anaknya. Namun usaha-usaha tersebut berlalu dengan sia-sia.

Minimnya dana yang dimiliki untuk menebus sang anak membuatnya harus pontang panting mencari cara agar anak tersebut segera kembali ke pelukannya.

Sebuah harapan timbul saat dirinya mengingat benda pemberian sang mantan ayah mertua kepada anaknya yang menurutnya berada di kisaran harga jutaan Dollar. Lagi-lagi kenyataan pahit harus diterimanya bahwa patung tersebut ternyata hanya sebuah patung biasa yang bisa dimiliki oleh semua orang karena harganya yang sangat terjangkau.

Kebayang tidak? Lagi panik akan urusan hidup matinya seseorang yang sangat disayangi dan ada secercah harapan, ternyata harapan yang dipikir akan memberi keselamatan malah  membuat diri menjadi bahan lelucon di hadapan orang lain. Kakek Paul emang kejam!!!!

Gail Harris yang diperankan oleh Michelle Williams walau dalam kondisi ketakutan, tidak tampak terlalu sering menangis. Hanya saat menyadari bahwa keluarganya telah dibohongi mantan ayah mertuanya perihal harga patung tersebut dan pada saat menemukan sang anak. Selebihnya, dirinya hanya mendesah berat, menghembuskan nafas berat dan mengusap wajahnya dengan tangan. Sebuah bukti yang mematahkan slogan perempuan adalah makhluk lemah. Dalam film tersebut, Gail Harris benar-benar menjadi sesosok Ibu yang tegar dan kuat.

Hidup Tak Melulu Tentang Uang!

Mr. Chase memutuskan untuk berontak kepada Paul karena keegoisannya yang tak kunjung membantu menyelamatkan sang cucu dan memilih terus mendampingi Gail Harris untuk menemukan sang buah hati.

Bisa saja jika dirinya terus berdiri di sisi Paul, uang akan terus berdatangan tanpa harus susah payah menjelajahi berbagai tempat untuk seorang anak. Namun ada hal yang lebih penting dari sekedar uang bukan? Nyawa.

Tak peduli sebanyak apa kekayaan yang kita miliki, itu tak dapat membeli kebahagiaan dan tak akan pernah dibawa mati. Tak peduli semewah apapun rumah berdiri tegak, tempat terakhir hanya sebuah kotak persegi panjang yang menanam tubuh lalu membusuk dan terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun