Oke, mungkin review buku ini tak semanis kisah yang tertuang di novel. Aku tidak berbakat dalam hal manis dan romantis. Dan sekarang aku mengaku kalah pada remaja tahun 1990 yang aku yakin semua pembacanya senusantara ikut sedih saat alur cerita sedih, lalu mesem-mesem saat keduanya dilanda bahagia.
Mungkin Lia dan Dilan (jika Dilan bukanlah seorang Pidi Baiq) menceritakan pada Pidi Baiq bukan dengan bahasa semanis ini. Tapi, lagi-lagi, terima kasih Pidi Baiq untuk kepiawaianmu dalam menyulapnya menjadi sesuatu yang sangat menyentuh ketika dibaca. Agak heran sih, kenapa bisa seorang Pidi Baiq yang terkesan slengekan itu melahirkan suatu karya yang begitu romantis?
Hmmm.. dont judge a book by its cover, right? Biar bagaimanapun, takjub dengan kang Pidi. Semua ulasan di atas sungguh adalah suatu penghargaan dan kekaguman atas tulisanmu, Ayah. Ini juga perlu saya sampaikan mengingat sekarang, konsumenpun dipidanakan. Eh.
Bekasi, 10 Agustus 2017
Awan Kumulus
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI