Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pembenaran Fans dan Ruang Gerak Artis yang Terbatas

9 Agustus 2017   11:25 Diperbarui: 9 Agustus 2017   11:39 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Esensinya, hidup itu Tuhan yang atur, kita yang menjalankan dan orang lain yang menilai. Hal itu adalah lumrah dimaklumi untuk menggenapi apa yang disebut manusia sebagai makhluk sosial. Berkumpul untuk kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain lalu membicarakan perihal apapun. Apapun yang menarik untuk dibicarakan. Termasuk itu mengenai manusia lain.

Gosip!

Sebagai makhluk yang berkomunikasi, pada dasarnya, ada banyak sekali yang dapat diperbincangkan oleh mereka yang membentuk kelompok. Mulai dari pekerjaan, negara, bunga, masakan, otomotif, hingga ke ya itu, manusia lainya. Membicarakan manusia lain ini lebih dikenal dengan gosip, ya, dan biasanya dominan dilakoni oleh kaum hawa.

Meski sebenarnya sebuah rumor yang beredar tidak merugikan siapapun, bahkan yang sedang membicarakannya, pada umumnya, manusia mau dan dengan hati terbuka mencari tahu tentang informasi yang tiba di telinganya.

Pencarian dilakukan kemana saja dengan apa saja. Anehnya, meski yang digosipkan telah memberi penjelasan sebenarnya tentang apa yang terjadi, mereka tetap mencari tahu tentang apa yang menurut mereka benar, yaitu rumor yang mereka tangkap. Untuk apa? Hanya demi pembenaran. Demi satu kalimat semata Tuh, kan, apa kata gue? Gue yang benarkan? Ahhh... dia mah bohong! Padahal gosip tersebutpun sebenarnya tidaklah merugikan sama sekali untuknya.

Sering sekali referensi pembenaran inipun didapat dari orang yang membenci objek yang tengah dibicarakan. Dan biasanya, mereka yang terus memburu informasipun adalah manusia yang masuk kategori pembenci objek. Pembenci akan mencari informasi dari pembenci lainnya, dan pembenaran versi merekapun muncul.

Kadang suka kasihan saat lihat social media seorang artis, ya. Miris saja gitu. Kehidupan mereka yang hanya terlihat dari luar, bisa dinilai oleh orang lain yang sama sekali tidak mengenal mereka, namun dengan berani-beraninya menjuluki sang artis dengan sebutan apapun itu yang ada di kepala mereka. Bahkan tidak jarang, kejamnya komentar di sosial media seorang artis membuat mereka sampai menutup kolom komentar di sebuah foto yang mereka unggah, Instagram misalnya.

Ini lucu. Dan biasanya terjadi antara kubu pro dengan artis A dan kontra dengan artis B. Saya suka bertanya dalam hati, mereka ini sebenarnya dapat apa gitu dari memaki satu sama lain, ya? Sementara kedua artis yang saling mereka bela dan teror itu malah terlihat adam ayem saja.

Seperti kemarin, saya membaca sebuah artikel tentang seorang artis yang mempublish foto dirinya dengan wajah baru. Dan foto tersebut mendapat beragam umpatan dari netizen, hingga akhirnya yang bersangkutan berujar, duit yang saya pakai, kan, duit saya, kenapa kamu yang repot? Kalau engga suka yang engga usah lihat!

Ini lucu gitu! Why?Kamu dirugiin apa sama artis tersebut sampai berani menilai yang buruk tentang sebuah keputusan yang sudah pasti dipikirkan matang-matang sebelum direalisasikan tersebut? Ya benar! Tidak suka? Tidak perlu lihat! Karena diapun sebenarnya tidak membutuhkan pendapatmu untuk bagaimana terlihat menarik dan cantik menurutnya.

Kalau kamu, maksudku, para netizen, memang sangat menyukai seorang public figur, ya sudah, ikuti saja perkembangan prestasinya. Hanya itu! Tidak perlu ikut campur tentang keputusan personal yang mereka lakukan terhadap diri mereka. Ingat! Kamu tidak dirugikan sama sekali!

Jika dengan keputusan yang dilakukannya itu kamu jadi tidak tertarik pada "wajahnya" ya sudah, tinggal cari lagi saja artis lain yang menurut kamu layak untuk kamu puja-puji, toh kamu juga tidak dikenal oleh artismu itu kan? Ya, walaupun itu jadi membuat saya berpikir bahwa kamu sebenarnya hanya menyukai rupa, dan bukan prestasi dari artis tersebut.

Apa ya? Hanya kasihan saja sih. Saya pikir, seorang public figure juga memiliki hak yang sama dalam menggunakan social media selama itu tidak merugikan siapapun, baik itu dirinya terlebih orang lain. Kasihan jika mereka merasa tidak bebas, merasa dikekang oleh para fansnya sendiri.

Tidak boleh ini, kakak jangan begitu, kakak harusny begini, kakak harusnya jangan ke situ, kakak pacarannya sama si A saja, jangan ke si B. Lho, kok kau pula yang ngatur, ye kan? Hati, hati dia. Perasaan, perasaan dia, yang nilai dia, kok bisa gitu fans yang tentuin harus ke mau siapa dan jangan ke siapa? Aduhhhhh.

Yang lebih parah, ada tuh, anak si artis sampai dibawa-bawa. Yang katanya, anak iblis, jelek, kaya ibunya, bla bla bla. Ya ampunnnn ya! Itukan masih balita. Dia engga tahu apa-apa. Yang bermasalah kan ya ibunya, ya? Kenapa anaknya yang jadi anak iblis? Ibunya ngerugiin kamu tidak? Kalau tidak, ya sudah atuh, mingkem! Gemesh!

Saya menulis ini bukan mengatakan bahwa saya sudah bijak dalam menggunakan social media dan netizen juga harusnya mengikuti. Bukan! Maksud saya adalah, tidak sedikit netizen yang sudah mengatakan hal yang tidak sepatutnya pada seorang artis, dan akhirnya netizen tersebut disuruh langsung berhadapan dengan sang artis kan? Saat sudah berhadapan, apa? Jadi kayak isi durian. Lemet-lemet! Sebelumnya berasa kayak kulit duriannya, kan? berduri dan garang! Sudah ada contohnya, dan ayolah! Belajar dari contoh buruk yang sudah ada, jangan menjadi contoh buruk berikutnya. Lagi pula, kamu tidak tahu apa pengaruh dari ucapanmu kepada mereka yang kamu jahati dengan kata-kata. 

Jika dirimu hanya seorang individu yang tidak suka privasinya diobok-obok sama orang lain, apa bedanya dengan seorang artis? kalau kamu beralasan hanya memberikan pendapat atau masukan saja, silahkan sampaikan dengan tutur bahasa yang sopan.

Kemungkinannya hanya dua, masukan kamu dibaca kemudian jika dianggap benar akan diterapkan, atau kamu tidak usah menyampaikan apa-apa, perlu kamu ketahui, mereka punya manager yang akan memberikan masukan terhadap semua tingkah laku mereka.

Ahhh, sudahlah! Ini mah hanya pemikiran sederhana yang menggelitik untuk ditulis di sudut ruang berbau obat dalam rangka membuang bosan.

Awan Kumulus

9 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun