Aku tidak ingat kapan tepatnya  aku mengenal Minyak Kayu Putih dari Cap Lang ini, yang pasti, setiap melakukan perjalanan jauh, mamaku tidak pernah absen memasukkan minyak kayu putih ukuran kecil ke dalam tas kecilku.
Perjalanan jauh dengan menggunakan bus sering sekali membuatku pusing, mabuk dan sempoyongan selama perjalanan. Tak ayal, kaki mama atau bapak yang ada di sampingku tak terhindaran dari muntahanku. Kakak dan adikku sudah paham betul dengan kebiasaanku yang satu ini, sehingga setiap kali perjalanan, mereka tidak pernah mau duduk bahkan sebentarpun di sampingku. Takut ditumpahin cendol panas. Begitu celutuknya.
Ketika hal ini terjadi, kakak dan adikku akan tertawa terbahak bahak sambil menunjuk ke arahku, bapak akan sibuk membersihkan muntahanku. Sedangkan mamaku? Dengan cepat dia akan merogoh tas kecilku, mengambil minyak kayu putihku dan mengoleskannya di kedua pelipis, di tengkuk, perut dan di ujung hidungku untuk memudahkanku mendapatkan aromanya.
Mama paling tahu salah satu cara untuk meredakan mabuk perjalananku adalah dengan aroma yang kudapat dari minyak kayu putih. Selain membuatku lebih tenang, mama juga biasanya menggunakan minyak kayu putih untuk memijit belakang leher dan punggungku sehingga aku merasa lebih hangat.
Kehangatan yang kudapat dari minyak kayu putih dan dari pijitan mama, biasanya sangat ampuh untuk membuatku terlelap selama perjalanan sehingga masuk angin dan kejadian muntah-muntah bisa diminimalisir.
Hal yang sederhana memang, tapi dari sana, berawal dari minyak kayu putih, aku tau seorang ibu tidak melulu harus membelikan sesuatu untuk menunjukkan cinta kasih pada anaknya. Perpaduan kehangatan yang kuperoleh langsung dari tangan mama dan dari kehangatan minyak kayu putih sudah lebih dari satu hadiah yang sering sekali kuperoleh dari mama setiap seusai penerimaan raport.
Bukan hanya membantu di saat perjalanan, ketika anggota tubuh tiba-tiba gatal akibat gigitan semut atau nyamuk, mama juga biasanya segera mengoleskan minyak kayu putih di anggota tubuh yang gatal untuk menghilangkan rasa gatal tersebut.
Kehangatan dari minyak kayu putih, beserta aromatherapynya yang menenangkan pada akhirnya membuatku sadar bahwa aku tidak bisa meninggalkan minyak kayu putih kemanapun aku pergi sampai saat ini. Ketika orang lain kembali ke rumah untuk mengambil hp nya yang tertinggal, berbeda denganku yang bela-belain kembali ke rumah untuk mengambil minyak kayu putih yang tertinggal seolah sesuatu yang sangat penting dari keseharian tengah tertinggal dan aku tidak bisa melakukan apapun tanpanya.
Mungkin bagi beberapa orang, ini terlalu berlebih. Tapi memang seperti itulah. Pernah suatu ketika aku bersiap berangkat ke salah satu tempat di Tangerang, dan minyak kayu putihku tertinggal. Karena memang masih suka pusing saat perjalanan jauh, aku mampir sebentar di minimarket hanya demi membeli minyak kayu putih buat cadangan selama diperjalanan, padahal minyak kayu putih yang ketinggalan baru kubeli beberapa hari lalu sebelum tertinggal.Â
Di kantor, satu-satunya staff yang di atas mejanya selalu ada minyak kayu putih sepanjang hari hanya aku, itu sebabnya, staff lain menyebut mejaku meja kesehatan. Ketika mereka merasa sedikit masuk angin dan pusing, mereka bisa dengan mudah mendapatkan minyak kayu putih dan mengoleskannya pada bagian tubuh yang membuat kesehariannya kurang nyaman.
Pernah juga minyak kayu putih di atas mejaku habis, salah satu staff membelinya lalu meletakkannya di atas mejaku. Tempat dimana semua orang bisa mengakses dan menggunakan benda tersebut dengan mudah.