Sedikit tergelitik dengan hal ini, saya yang mendengar pertanyaan Beliau mengambil alih pembicaraan. "Boleh, Pak. Tentu saja. Registrasi saja dulu di bagian depan lokasi acara." Sembari menuntun Beliau ke lokasi acara.
Masih sedikit ragu, beliau lanjut meyakinkan diri bertanya pada saya tentang boleh atau tidaknya beliau mendonorkan darahnya dengan alasan takut tidak diterima karena hanya seorang mekanik.
Usut punya usut, terucap satu kalimat beliau yang membuat saya paham kenapa beliau ingin sekali mengambil bagian dalam kegiatan ini. "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada istri saya ketika kekurangan darah saat melahirkan beberapa waktu yang lalu, sampai akhirnya ada seseorang yang berbaik hati menyumbangkan darahnya"
Relawan donor darah. Begitu mereka menyebut semua peserta yang dengan sukarela menyumbangkan sekantong darahnya bagi orang lain di luar sana yang begitu membutuhkan. Setetes darah untuk satu kehidupan. Darah tidak mengenal untuk siapa dan dari siapa, ia ada dari siapapun dan bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang membutuhkan.
Darah bukan tentang siapa dan dari jabatan apa, ia sama rata dan tak mengenal taraf hidup, kaya atau miskin, jelek atau cantik, dan lain sebagainya. Hanya antara memberi dan menerima, menyelamatkan lalu memberikan kehidupan. Jika setetes darah dari tubuh anda begitu berarti bagi orang lain, lalu apa yang membuat anda berpikir dua kali untuk memberikannya?