Begitukah kau menyebutnya? Begitkah kau menunjukkannya?
Bukankah dulu aku yang menghantarkanmu ke sana, tempat dimana setiap hari dan hatiku kuhabiskan untuk menyemangtimu tak peduli dengan jarak yang mengolok olokku hingga kau mendapat sebutan seorang manager atau apapun itu. Sungguh, kini aku tak lagi peduli.
Bukankah dulu, aku yang menjadi wanita yang menemanimu menghampiri kementerian pertanian untuk pertama kalinya untuk mencoba peruntungan karirmu?
Bukankah dulu aku yang paling heboh membuat tampilan terbaik saat kau akan sidang?
Bukankah aku wanita yang hampir tergelincir dari motor hanya untuk melepasmu menjauh untuk mimpimu? Dan menjemput dia perempuan murahmu.
Bukankah aku wanita yang kau cari dulu ketika kau dalam kebingungan yang luar biasa?
Bukankah aku wanita yang kau sebut sebut sangat sulit untuk kau taklukkan itu?
Bukankah aku wanita yang mendampingimu ketika dengan pongahnya toga itu melekat di tubuhmu?
Aku, wanitamu. Penopangmu. Penghebatmu. Kini selemah yang terlihat. Terlempar jauh entah kemana tanpa ada yang menyentuh. Membodoh dengan sendirinya tanpa sadar ada milyaran ilmu di dalam benak. Aku berantakan.
Aku tak lagi mampu berkata appun ketika sebuah pernyataan tiba di telingaku.
"Maaf, tapi aku rasa aku harus memberitahu ini karena aku juga wanita. Dia telah tidur bersama wanita yang lain. Wanita yang mungkin juga telah tidur bersama yang lain selain dirimu" Hingga kau mengakuinya.