Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manfaatkan Unlimit8 Sebagai Ajang Promosi. Mungkin KPK Kompasiana dan Penikmat Kopi Lain Tertarik? 5B39AF7E!

2 Mei 2016   19:47 Diperbarui: 3 Mei 2016   08:40 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memilih kopi yang terbaik bukan merupakan satu hal yang mudah. Bagaimanapun, posisi saya sebagai seorang staff di perusahaan swasta cukup menyulitkan untuk terjun langsung ke pengolahnnya sehingga cara lain yang bisa saya lakukan untuk melakukan ini adalah berkontribusi langsung dengan ukm-ukm yang memproduksi langsung kopi bubuknya. Mulai dari pemetikan hingga kopi sudah berbentuk bubuk. Dan ya, seperti janji Tuhan dan alam, pintu akan terbuka dengan sendiri jika kita sudah benar-benar mencari. Dan produk itu pun kini berada dalam genggaman.

Jika ditanya ada berapa banyak langkah yang harus saya tempuh untuk mewujudkan My DreamLand, saya sendiri pun tidak mengetahui jawabannya. Hanya saja, untuk saat ini saya sangat menikmati proses perlahan dan pasti ini. Walau kadang ada keraguan, rasanya untuk berhenti setelah berada di tengah jalan adalah keputusan yang terlalu pengecut. Lagipula saya terlalu penasaran dengan hasil akhir terhadap sesuatu yang saya mulai ini. Mampukah saya memberi kehidupan kepada orang lain? Mampukah saya menjadi sosok yang menjadi tempat bergantung hidupnya orang banyak? Mampukah saya melatih diri saya bertanggungjawab dengan apa yang saya mulai? Dan jawaban itu akan terjawab dengan sendirinya ketika DreamLandsudah ada di depan mata.

  • Memperbanyak Koneksi, lalu Promosi

Belum begitu intens, namun sudah berjalan perlahan-lahan. Menyajikan segelas kopi premiumku kepada Bapak-bapak pecinta kopi di kantor sebagai taster. Di Teknologi Pangan saya menyebut mereka panelis, yaitu sekelompok orang yang bersedia memberikan waktunya untuk mencoba produk baru dari segi cita rasa dan mengisi kuisioner yang disiapkan untuk mendapatkan kesimpulan dari pendapat mereka. Kuisioner-kuisioner itu nantinya akan dikumpulkan kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil akhir keseluruhan dari semua panelis. Bedanya, metode yang saya gunakan kali ini adalah uji coba sekaligus promosi tanpa perlu menyerahkan kuisioner pada mereka untuk diisi.

Lalu bagaimana hasilnya? Proses memang tidak akan menipu hasil. Saya percaya dengan ukm pilihan saya berikut kinerja mereka, dan saya mulai memberikan kepercayaan kepada diri sendiri untuk berani mencoba beberapa formulasi takaran kopi saya untuk menghasilkan satu gelas kopi seduhan dengan cita rasa terbaik yang paling tepat. Baik itu dengan atau tanpa gula. Sebagai penikmat kopi hitam dengan rasa yang tidak begitu manis, saya membutuhkan kurang lebih 10 kali percobaan dan membutuhkan sekian gram kopi. Dan untuk mendapatkan cita rasa terbaik bagi penikmat kopi pahit, saya bahkan mengirimkan kopi ini kepada seseorang yang dengan segala kemampuannya mendukung saya untuk memandang bahkan memeluk DreamLand.

Ada beberapa keputusan yang saya ambil dari hasil percobaan saya ini. Bahwa cara seseorang untuk menikmati kopi adalah berbeda. Rasa tidak bisa dipaksakan, dia datang dari hati mereka yang mencicipinya. Walau dalam kata lidah bisa berdusta, tidak dengan rasa. Rangsangan yang diterima lidah dengan sendirinya akan terkirim ke otak dan hasilnya akan terlihat di wajah orang yang bersangkutan. Inilah yang sangat menarik dari makanan.

Kembali ke koneksi. Kantor tentu saja menjadi salah satu tempat yang paling memberi banyak peluang mendapatkan banyak koneksi, terutama bagi mereka yang berada di posisi tele marketing, atau marketing. Database merupakan salah satu asset perusahaan untuk memasarkan produk. Dan walau harus diminta berjalan dari titik nol untuk pencarian database untuk mewujudkan DreamLand Café,tidak bisa dipungkiri, perusahaan ini memiliki andil yang sangat tinggi bagi saya untuk berani menerima tantangan tersebut.

Dari sekian Bapak-bapak yang menjadi panelis free saya, tidak sedikit dari mereka yang keesokan hari mencari lagi ke Office Boykantor untuk dibuatkan kopi yang sama. Tidak perlu menunggu lama, jawaban OB tersebut mengantarkan langkah Bapak-bapak tersebut mendekat kepada saya untuk mendapatkan kopi yang sama seperti yang saya suguhkan sebelumnya.

“Dapet kopi dari mane, Lu? Enak banget. Seger.” Ungkap Beliau saat itu ketagihan dengan kopi saya.

Saya tersenyum lalu menawarkan kepada Beliau kopi saya. Belum banyak memang, baru sekitar 800 gr (kemasan / 100 gr) kepada 5 orang pembeli pertama saya. Bukankah itu hal yang luar biasa? Terharu rasanya bisa melakukan hal ini. Sedikit demi sedikit, saya memahami ini lah arti sebuah perjuangan. Hidup untuk satu tujuan. Menantang diri sendiri untuk bisa lebih dan beranjak dari zona nyaman.

Peluang yang lebih besar sebagai ajang promosi tentu saja dengan mengikuti event yang diselenggarakan Kompasiana ini. Mungkin bagi beberapa orang akan berpendapat terlalu memanfaatkan kesempatan atau tidak tahu malu atau apalah itu. Tapi bukankah sebuah kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin? Haruskah malu untuk maju? Sejauh yang saya amati, mereka yang terlalu banyak malu dan gengsi malah tertinggal jauh di belakang.

Pada saat Coverage PLN, Senin 25 April 2016 kemarin saya berkenalan dengan seorang Kompasianer, Mba Asih Setyaningrum yang kebetulan juga adalah seorang pecinta kopi. Melihat Beliau menyesap secangkir kopi tepat di samping saya, tentu saja membuat saya melonjak gembira dalam hati. Menurutnya 2,5 kg kopi bisa habis dalam 2-3 minggu. Bukankah ini suatu peluang? Lalu haruskah saya masih malu-malu? Saat itu juga saya berjanji pada Beliau, di kesempatan lain saya akan memberikan Beliau kopi saya untuk dicicipi FREE.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun