"Boleh, Mas. Ayo naik." Sang ojeg menyiapkan motor dan helmnya lalu menyerahkannya pada penumpang barunya.
Tangn si penumpang menyulut sebatang rokok, mengisapnya lalu naik ke boncengan ojeg pilihannya.
"Ceban, Mas." Seru si ojeg setelah berada di pelabuhan dan penumpangnya sudah turun dari motor.
"Sebentar, Mas."
Tangannya merogoh kantong celana bagian belakang, samping. Nihil.Â
"Dimana ya? Apa di tas?" Tanyanya pada dirinya sendiri. "Tapi tadi gue masukin kantong belakang, kok."
"Mas, ceban Mas. Buruan. Saya harus cari penumpang lagi nih."Â
"I.. Iya Mas. Sebentar!" Tangannya merogoh kantung bajunya. "Ini, Mas. Ceban. Terima kasih ya."
Pria tersebut kembali membongkar seluruh isi tasnya dan hasilnya tetap saja sama. Nihil. "Arghh! Sial sial siall! Dompet gue hilang!" Dia berteriak geram dalam kesal yang tidak tertahankan. Matanya menutup membayangkan semua perjalanan yang dilakukannya sebelum tiba di pelabuhan.
"Gue masih pegang dompet itu di bus untuk ongkos gue menuju merak. Sial!!!!" Pria tersebut melipat headset yang masih menggantung rapi di lehernya. Melipatnya dengan kasar lalu melemparkannya ke dalam tasnya.
Â