"Merak, Mas." Sahutnya singkat lalu menutup telinganya dengan headset yang baru saja dikeluarkannya dari dalam tas. Di atas kantong depan bajunya terpampang jelas nama Kandi di sana, diikuti logo perusahaan tempat bekerja (mungkin) di lengan bajunya sebelah kiri.
"Mba, mau kemana?"
"Merak juga, Mas."
"Masih kuat, Mba?" Tanyanya prihatin pada penumpang wanita mungil di depannya yang tangannya masih saja menggenggam dompetnya erat. "Masih jauh, lho!"Â
"Iya, Mas. Kuat kok. Terima kasih." Senyum terpancar di sana sekilas setelah menjawab pertanyaan pria di belakangnya.
Pria tersebut tersenyum kecut. Matanya disebar ke seluruh penjuru bus menyapu bersih wanita-wanita lain yang bernasib sama dengan dirinya berdiri di antara deretan kursi bus. Lalu dengan sudut mata menatap tajam pada penumpang pria yang kini memejamkan mata dengan headset menyumbat kedua telinganya.Â
Bus terus saja melaju tanpa memerdulikan percakapan singkat diantara tiga penumpang tersebut, berusaha menembus kemacetan menuntaskan tugas menghantar para pengguna bus tiba di tempat tujuan.
Â
***
Â
"Ke pelabuhan, Mas!" Seorang pria berseragam hitam mendekati salah seorang ojeg yang mangkal di radius kurang lebih 200-300 meter dari pelabuhan, jarak yang cukup jauh melangkahkan kaki di bawah terik matahari.