Mohon tunggu...
Efa YuniPrastiti
Efa YuniPrastiti Mohon Tunggu... Guru - Belajar menumpahkan isi kepala

Hanya seorang pengajar yang ingin menumpahkan isi kepalanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah Beberapa Alasan Masyarakat Menolak PPDB Sistem Zonasi

14 Juni 2019   10:12 Diperbarui: 14 Juni 2019   10:40 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu terakhir ini, dunia pendidikan di Indonesia dihebohkan oleh sistem zonasi dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Peraturan yang dibuat oleh Kemendikbud ini mengharuskan sekolah Negeri hanya merekrut anak-anak yang memiliki tempat tinggal dekat dengan lokasi sekolah tersebut. 

Lebih tepatnya 90% Dari total daya tampung sekolah itu diperuntukkan bagi mereka yang tempat tinggalnya masuk dalam zonasi. Bagi negara yang dulunya sangat mendewakan Ujian Nasional, Kebijakan semacam ini jelas menimbulkan respon yang beragam dari rakyat Indonesia. 

Ada pro dan juga kontranya. Banyak yang merasa diuntungkan tetapi lebih banyak yang mengecam pemerintah karena sistem zonasi ini merugikan mereka.

Seminggu terakhir ini saya memantau sosial media milik saya, setiap saya membuka grup dan beranda pasti ada saja keluhan yang mereka lontarkan akibat sistem zonasi dalam PPDB tahun 2019 ini.

Nah dari beberapa keluhan yang dilontarkan yuk simak beberapa hal yang membuat mereka (peserta didik dan wali murid) kecewa dengan kebijakan zonasi yang diterapkan oleh kemendikbud ini

Sistem Zonasi dinilai merugikan siswa yang memiliki nilai Ujian Nasional bagus

Jauh-jauh hari sebelum ujian nasional dilaksanakan, para peserta didik dan guru yang ada disekolah berusaha mati-matian untuk memberikan materi tambahan melalui Les diluar jam pelajaran. 

Tidak hanya itu saja, ternyata wali murid juga tidak ingin kalah langkah. Mereka meminta anaknya untuk mengambil les di bimbel dengan harapan nilai ujian nasional mereka bagus dan bisa digunakan untuk masuk ke sekolah favorit. 

Namun setelah kebijakan sistem zonasi ini muncul, deretan angka ujian nasional hanya dipergunakan untuk mengisi daftar nilai pada ijazah mereka. 

Jarak rumah lebih diperhitungkan ketika mendaftar daripada nilai ujian nasional mereka. Hal ini jelas menimbulkan kekecewaan dari pihak peserta didik dan wali murid, pasalnya mereka sudah mengeluarkan biaya yang banyak untuk mengikuti les di sekolah dan di Bimbel. 

Selain ini, para peserta didik juga harus memupus harapannya untuk dapat melanjutkan sekolah di Sekolah yang mereka inginkan

Sistem zonasi yang tujuan awalnya memeratakan kualitas pendidikan, pada akhirnya malah membuat semangat belajar siswa menurun

"ah gak usah belajar deh. Rumah gue deket kok sama sekolah favorit, ntar pakai nilai rata-rata 3 juga bakalan diterima" atau

"Alah ngapain belajar, rumah gue jauh banget sama sekolah favorit. Meski nilai gue bagus juga gak bakalan diterima. Udah capek pikiran, buang-buang uang buat les pula"

Nah ini ni yang harus dipikirkan oleh pemerintah, karena mereka sudah bisa memprediksi lulus enggaknya masuk sekolah favorit akhirnya mereka jadi males belajar. Jarak rumah dengan sekolah menjadi senjata utama mereka untuk tidak berangkat ke sekolah.

Karena nilai rendah bisa mendapatkan sekolah Negeri yang dekat dengan rumah, akhirnya banyak yang menyepelekan adanya ujian nasional

Ujian nasional buat apa sih ?

Pernyataan semacam itu sudah sering dilontarkan oleh peserta didik. Karena tau ujian nasional nilai nya tidak dipakai ketika mendaftarkan sekolah, ditambah nilai tersebut tidak dipergunakan dalam menentukan kelulusan akhirnya mereka menyepelekan ujian nasional. Ada atau tidaknya ujian tidak berpengaruh terhadap pendidikan mereka. Miris kan ??

Masyarakat tidak siap menanggalkan predikat sekolah Favorit

Sekolah favorit adalah sekolah yang selalu mendapatkan peringkat baik di Daerahnya. tentu saja menjadi salah satu peserta didik disana merupakan impian bagi setiap anak. biasanya anak yang sekolah di Sekolah favorit mendapat predikat sebagai anak yang pandai. 

Berbagai macam cara dilakukan agar dapat sekolah disana. nah sistem zonasi ini membuat sekolah-sekolah tersebut mau tidak mau menerima siswa dengan nilai UN rendah. 

Jika hal ini terjadi secara berulang, maka predikat sekolah favorit tentu saja akan luntur. hal ini lah yang menyebabkan banyak peserta didik mengeluhkan sistem zonasi, karena mereka yang merasa punya nilai baik harus rela tidak masuk ke sekolah favorit

Tidak semua sekolah memiliki sarana, prasarana, serta fasilitas pendidikan yang memadai

Meski input sekolah sudah disamaratakan, tapi pemerintah lupa bahwa tidak semua sekolah memiliki sarana, prasarana, dan fasilitas sekolah. Jangankan laboratorium, lapangan sepak bola atau bola voli pun masih banyak yang belum punya. 

Jadi meski input peserta didiknya baik, jika fasiltas pendidikan kurang ya sama saja bohong. Peserta didik tidak bisa mengembangkan bakat dan kemampuannya secara maksimal.

Beredarnya surat keterangan domisli palsu

Sistem zonasi juga disertai dengan kecurangan yang dilakukan oleh masyarakat. demi bisa mendapatkan sekolah yang mereka inginkan, mereka menghalalkan segala cara yaitu dengan membuat surat keterangan domisli palsu. mendekati masa PPDB, permintaan terhadap surat ini semakin membludak. 

Keberadaan surat ini dirasakan sangat curang, karena banyak yang sebenarnya bisa diterima kalah dengan pemegang surat keterangan domisli ini

Itulah beberapa keluhan yang melatarbelakangi penolakan sistem zonasi dalam PPDB. semoga dengan adanya kebijakan ini pendidikan di Indonesia semakin merata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun