Mohon tunggu...
Een Irawan Putra
Een Irawan Putra Mohon Tunggu... Editor - "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (Al-Anbiya' 107)

Bersuaralah untuk kelestarian alam dan keselamatan lingkungan. Cintai sungai dan air bersih. Indonesia butuh perhatian dan aksi nyata!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sosok Doni Monardo (4): Cor Saluran Limbah

29 Juli 2021   10:23 Diperbarui: 30 Juli 2021   10:23 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri LHK dan Menteri PUPR mengunjungi Situ Cisanti, Hulu DAS Citarum. Dok. Kodam III/Siliwangi

Nama Citarum Harum dideklarasikan pertama kali oleh Ahmad Heryawan (Aher) Gubernur Jawa Barat saat itu. Bagi Doni, nama sebuah program atau gerakan harus bisa melekat, mudah diingat dan membangkitkan rasa kebanggaan. Oleh karena itulah ia mencari dan memilih beberapa nama.

Ketika nama didapat, ia mempersilahkan Gubernur selaku pemimpin daerah yang medeklarasikan. Baginya, seorang kepala daerah harus selalu tampil di depan dan bisa merangkul semua kalangan.

Pada suatu hari, diagendakan untuk rapat koordinasi di Bandung dengan seluruh kepala daerah di Jawa Barat. Agendanya, membahas masalah lingkungan khususnya DAS Citarum. 

Aher merasa tidak yakin semua kepala daerah bisa hadir. Banyak pengalaman, sangat sulit mengumpulkan semua kepala daerah pada hari dan waktu yang sama untuk melakukan koordinasi. 

"Silahkan Pak Gub membuat undangannya dan dikirimkan kepada para bupati dan wali kota. Saya pastikan mereka bisa hadir" kata Doni.

Setelah undangan dikirim. Sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi, Doni langsung memerintahkan semua Danrem dan Dandim untuk memastikan undangan tersebut diterima oleh kepala daerah dan yang paling penting memastikan mereka hadir pada rakor tersebut. Bagi yang tidak mampu menghadirkan para pemimpin daerahnya akan menjadi catatan.

Ketika rakor dilaksanakan, semua pemimpin daerah tersebut hadir. Aher cukup surprise mereka semua hadir. Optimis program Citarum Harum bisa dijalankan. Ia juga menyampaikan, sayang sekali ia sebentar lagi pensiun. 

Seandainya program ini bisa dijalankan sejak awal-awal ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. "Program ini seharusnya dijalankan 20 tahun yang lalu Pak Gub, tapi kesempatannya baru hari ini. Lebih baik terlambat daripada tidak dilakukan sama sekali" katanya kepada Aher.

"Program ini seharusnya dijalankan 20 tahun yang lalu Pak Gub, tapi kesempatannya baru hari ini. Lebih baik terlambat daripada tidak dilakukan sama sekali"

Untuk menjalankan sebuah program yang baik dan niatan untuk menyelamatkan lingkungan tentu tantangannya macam-macam. Mulai dari birokrasi, penegakan hukum, kesadaran pejabat, pelaku usaha, kesadaran media, LSM hingga kesadaran masyarakatnya.

Ketika sedang meninjau Cisanti, hulunya Citarum, seorang pejabat di daerah tersebut mendekati Doni. Ia menawarkan beberapa lokasi lahan untuk bisa dibikin kebun kentang. Ikut membuat kebun kentang karena sangat menguntungkan. Doni pun hanya senyum-senyum. Dalam hati ia sampaikan "Ini orang salah alamat. Saya mau bongkar semua kebun kentang yang telah merusak hutan dan hulu DAS Citarum, malah nawarin kebun kentang".

Begitu juga ketika sudah dikerahkannya prajurit TNI ke setiap sektor. Melakukan patroli ke perusahaan-perusahaan yang masih membuang limbahnya ke Citarum dan juga tinggal bersama masyarakat. Ada seorang pejabat dari pusat yang mengharapkan Doni bisa menerima sekitar 250 pemilik perusahaan besar tekstil di Jawa Barat. 

Mereka juga menawarkan berbagai fasilitas dan dukungan untuk program-program Kodam. Mulai dari sepeda santai, jalan santai, karaoke dan sebagainya. Ia sudah tahu arah pertemuan dan pembicaraannya nanti kemana. Hingga detik ini pertemuan tersebut tidak pernah terjadi.

Ketika tersebar informasi bahwa Doni Monardo tidak lagi menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi, banyak para pelanggar riang gembira. Namun, mereka tidak tahu bahwa ia seperti memasang bom waktu di Citarum. Kapanpun bisa meledak.

"Mereka pikir saya pindah ke Wantannas sudah ngga lagi ngurusin Citarum. Salah besar. Saya akan tetap kawal langsung Citarum Harum dari Jakarta" katanya kepada saya dan salah satu guru besar dari UI ketika kami sedang berkumpul di ruangannya di Wantannas.

Para Dansektor Satgas Citarum Harum berkumpul di Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas). Dok. Pribadi
Para Dansektor Satgas Citarum Harum berkumpul di Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas). Dok. Pribadi

Para Komandan Sektor (Dansektor) bolak-balik Bandung Jakarta untuk menghadap dan melaporkan situasi. Tidak jarang para perwira berpangkat kolonel ini meminta petunjuk dan arahan mantan panglimanya yang sudah bintang tiga di pundak. Apalagi ketika beberapa perusahaan sudah ditemukan bukti-buktinya membuang limbah ke Citarum namun belum bisa diproses hukum. Salah satu alasannya tidak diproses hukum adalah karena warna air tidak disebutkan dalam sebuah aturan pemerintah.

Jika menunggu revisi sebuah aturan, tentu akan membutuhkan waktu dan kemauan politik. Sementara itu, jika mengacu kepada Perpres, salah satu tugas Satgas Citarum adalah menghentikan pembuangan limbah-limbah industri ke Citarum untuk memperbaiki ekosistemnya.

Dalam sebuah rapat, disampaikan, karena tidak ada pilihan untuk menghentikan limbah yang terus mengalir ke Citarum, maka perlu menutup langsung saluran pembuangan limbah dari pabrik tekstil tersebut dengan cara dicor. Mengharapkan kesadaran (Voluntary scheme)  perusahaan untuk membangun dan menjalankan IPAL-nya. Memastikan di setiap outlet limbah, ada ikan yang bisa hidup. Jika ini sudah dilakukan, pabrik boleh membuang airnya limbahnya ke Citarum.

Salah satu Kolonel menyampaikan, para pemilik pabrik selama ini selalu berdalih bahwa air limbah yang mereka buang telah memenuhi baku mutu air limbah. Padahal jelas sekali air limbah yang mereka buang berwarna, bau dan masih panas. 

Jika memang mereka menganggap air limbahnya sudah tidak mencemari, silahkan dibuang di areal pabrik saja, bukan ke Citarum. 

"Izin jenderal, kita tutup saja saluran pembuangan limbahnya. Satgas tetap mengacu kepada Perpres, untuk menyelamatkan ekosistem Citarum. Limbah yang mereka buang sudah sangat jelas masih mencemari Citarum" katanya.

"Saya dukung cara ini. Bila perlu gerakan seluruh komponen masyarakat untuk menduduki dan mengawasi pabrik-pabrik tersebut" kata Doni.

Anak Sungai Citarum yang tercemar berat karena masih banyak pabrik tekstil yang membuang limbahnya ke sungai. Foto: Donny Iqbal
Anak Sungai Citarum yang tercemar berat karena masih banyak pabrik tekstil yang membuang limbahnya ke sungai. Foto: Donny Iqbal

"Saya dukung cara ini. Bila perlu gerakan seluruh komponen masyarakat untuk menduduki dan mengawasi pabrik-pabrik tersebut"

Kembali dari Jakarta, besoknya para Dansektor membawa truk molen ke pabrik-pabrik tekstil yang telah terbukti membuang limbahnya ke Citarum. Tentu saja truk itu dikawal langsung oleh para prajurit TNI. 

Adonan semen beton yang dibawa oleh mobil tersebut ditumpahkan ke saluran-saluran pembuangan limbah. Para pemilik pabrik kaget, marah dan ada yang menggunakan cara lama yaitu menggerakan preman-premannya untuk melawan.

Dalam sebuah rapat koordinasi selanjutnya setelah puluhan saluran pembuangan limbah pabrik dicor saya menyampaikan "Kalian yang dari TNI saja tetap diserang oleh para preman. Apalagi kami yang dari sipil. Inilah yang selalu kami hadapi selama ini. Teror dan intimidasi jika ingin menyuarakan sebuah kebenaran". Bersambung


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun