Ketika sedang meninjau Cisanti, hulunya Citarum, seorang pejabat di daerah tersebut mendekati Doni. Ia menawarkan beberapa lokasi lahan untuk bisa dibikin kebun kentang. Ikut membuat kebun kentang karena sangat menguntungkan. Doni pun hanya senyum-senyum. Dalam hati ia sampaikan "Ini orang salah alamat. Saya mau bongkar semua kebun kentang yang telah merusak hutan dan hulu DAS Citarum, malah nawarin kebun kentang".
Begitu juga ketika sudah dikerahkannya prajurit TNI ke setiap sektor. Melakukan patroli ke perusahaan-perusahaan yang masih membuang limbahnya ke Citarum dan juga tinggal bersama masyarakat. Ada seorang pejabat dari pusat yang mengharapkan Doni bisa menerima sekitar 250 pemilik perusahaan besar tekstil di Jawa Barat.Â
Mereka juga menawarkan berbagai fasilitas dan dukungan untuk program-program Kodam. Mulai dari sepeda santai, jalan santai, karaoke dan sebagainya. Ia sudah tahu arah pertemuan dan pembicaraannya nanti kemana. Hingga detik ini pertemuan tersebut tidak pernah terjadi.
Ketika tersebar informasi bahwa Doni Monardo tidak lagi menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi, banyak para pelanggar riang gembira. Namun, mereka tidak tahu bahwa ia seperti memasang bom waktu di Citarum. Kapanpun bisa meledak.
"Mereka pikir saya pindah ke Wantannas sudah ngga lagi ngurusin Citarum. Salah besar. Saya akan tetap kawal langsung Citarum Harum dari Jakarta" katanya kepada saya dan salah satu guru besar dari UI ketika kami sedang berkumpul di ruangannya di Wantannas.
Para Komandan Sektor (Dansektor) bolak-balik Bandung Jakarta untuk menghadap dan melaporkan situasi. Tidak jarang para perwira berpangkat kolonel ini meminta petunjuk dan arahan mantan panglimanya yang sudah bintang tiga di pundak. Apalagi ketika beberapa perusahaan sudah ditemukan bukti-buktinya membuang limbah ke Citarum namun belum bisa diproses hukum. Salah satu alasannya tidak diproses hukum adalah karena warna air tidak disebutkan dalam sebuah aturan pemerintah.
Jika menunggu revisi sebuah aturan, tentu akan membutuhkan waktu dan kemauan politik. Sementara itu, jika mengacu kepada Perpres, salah satu tugas Satgas Citarum adalah menghentikan pembuangan limbah-limbah industri ke Citarum untuk memperbaiki ekosistemnya.
Dalam sebuah rapat, disampaikan, karena tidak ada pilihan untuk menghentikan limbah yang terus mengalir ke Citarum, maka perlu menutup langsung saluran pembuangan limbah dari pabrik tekstil tersebut dengan cara dicor. Mengharapkan kesadaran (Voluntary scheme) Â perusahaan untuk membangun dan menjalankan IPAL-nya. Memastikan di setiap outlet limbah, ada ikan yang bisa hidup. Jika ini sudah dilakukan, pabrik boleh membuang airnya limbahnya ke Citarum.
Salah satu Kolonel menyampaikan, para pemilik pabrik selama ini selalu berdalih bahwa air limbah yang mereka buang telah memenuhi baku mutu air limbah. Padahal jelas sekali air limbah yang mereka buang berwarna, bau dan masih panas.Â
Jika memang mereka menganggap air limbahnya sudah tidak mencemari, silahkan dibuang di areal pabrik saja, bukan ke Citarum.Â