Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Makna Kemerdekaan untuk Pendidikan Anak di Pelosok Pandeglang

13 Agustus 2018   22:58 Diperbarui: 19 Agustus 2018   00:57 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka...!!!

Beberapa hari lagi Indonesia akan memasuki usianya yang ke 73 tahun.

Sayangnya, salah satu cita-cita luhur kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, seolah masih jauh dari ideal. Masih banyak anak-anak bangsa yang belum dapat mencicipi pendidikan dengan layak.

Kemerdekaan dalam memperoleh pendidikan telah diamanatkan dalam UUD negara ini. Pemerintah memang telah diamanatkan untuk menjamin pendidikan kita, terutama pendidikan dasar dan telah mewujudkannya melalui beberapa tindakan konkret seperti salahsatunya dengan adanya BOS.

Tetapi sepertinya masih belum memenuhi harapan rakyat Indonesia, sebab setelah tujuh puluh tiga tahun merdeka, masih ada sekolah dengan kondisi meprihatinkan terlebih bagi mereka yang hidup di pelosok dan bersekolah di sekolah swasta karena akses ke sekolah Negeri sangat jauh.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kemajuan pendidikan kita erat kaitannya dengan kemajuan bangsa. Tidak usah terlalu jauh, minimal sebagai untuk bekal dalam mencari sumber penghidupan kelak agar bisa memperbaiki perekonomian keluarganya.

Kondisi bangunan sekolah yang tidak layak, anak-anak sekolah dengan sendal jepit dan seragam sekolah yang entah itu warisan dari kakak/saudaranya yang tahun mana, merupakan pemandangan yang masih banyak ditemui di sekolah pelosok negeri ini, salah satunya di Pandeglang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Khoeriyyah merupakan salah satu bukti nyata akan hal tersebut. Sekolah yang berada pelosok pandeglang, tepatnya di Kampung Baru, Desa Waringin Jaya, Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang, Banten. 

Sekolah ini berdiri pada tahun 2011 karena keinginan kuat masyarakatnya agar bisa "Merdeka" memberikan pendidikan untuk anak-anaknya.

Karena jarak dari kampung mereka ke sekolah negeri cukup jauh sekitar 4 kilometer dengan akses jalan yang berbatu sehingga tidak ada kendaraan umum yang bisa melintas dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sebanyak 127 Siswa MI yang berasal dari 7 kampung terdekat, jumlah yang tidak sedikit tentunya jika dibandingkan dengan jumlah siswa di sekolah negeri.

Hal yang hperlu di garis bawahi adalah sekolah swasta juga memiliki kontribusi sangat besar bagi pendidikan anak di negeri ini.

Bahkan perjuangan untuk mendirikan sebuah sekolah swasta mungkin lebih berat karena minimnya bantuan dari negara, sehingga tidak jarang pengurus yayasan harus pontang panting mencari donatur untuk membiyayai sekolah tersebut agar bisa tetap berjalan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pada tahun 2018, pihak sekolah membuka sekolah setingkat SMP yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al Khoeriyyah karena faktor kebutuhan karena jarak sekolah tingkat SMP/MTS lain jaraknya juga cukup jauh.

"Padahal bangunan nya saja belum layak," kata Pak Ali (ketua yayasan), dengan wajah tertunduk. 

Namun pihak sekolah optimis suatu saat nanti mereka dapat membangun sekolah yang lebih layak untuk kenyamanan belajar anak-anak.

Meskipun izin oprasional belum keluar untuk MTS, tapi kegiatan belajar mengajar sudah berjalan dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Miris melihat kondisi bangunan sekolah yang masih berdinding bambu kayu yang sudah lapuk, lantai kelas yang masih beralas tanah, meja kursi yang sudah reot sana sini dan lebih miris lagi saat melihat siswa siswinya yang memang orang tuanya tidak mampu untuk sekedar membelikan sepatu sekolah.

Ya Allah Nak, bagaimana perasaanmu ke sekolah menggunakan sendal jepit sedangkan teman-temanmu yang lain menggunakan sepatu.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sebagian besar orangtua dan masyarakat di sana berprofesi sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu di tengah kebutuhan harga bahan pokok yang juga makin mencekik.

Maka membeli kebutuhan untuk sekolah menjadi sangat berat bukan karena tidak ingin tapi memang tidak mampu.

Haruskah tetap diam dan menikmati kemerdekaan 'hanya' dengan upacara bendera setiap tahunnya?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mari bergerak, peduli, berjuang, merangkul mereka untuk mereka agar dapat merasakan indahnya kemerdekaan juga. Kemerdekaan yang sudah 73 tahun di negeri Ini.

Nyata di depan mata, masih banyak saudara-saudara kita yang masih belum beruntung menikmati akses pendidikan dengan layak!

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sudah saatnya berbuat dan peduli meski hanya dengan hal-hal kecil seperti membelikan mereka sepasang sepatu sebagai hadiah agar lebih bersemangat untuk terus bereskolah.

Atau, bantu mencarikan donatur untuk perbaikan sekolah mereka agar bisa benar-benar merasakan arti "kemerdekaan pendidikan yang sesungguhnya" dengan belajar di tempat yang "Lebih Layak".

Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun