Beberapa  relawan dari Aliansi Remaja Kreatif (AREK), Yayasan Hidayatul Mubtadien (YAPIHIM), Sedekah Seribu Sehari Banten (S3 Banten), Ketimbang Ngemis Pandeglang (KNP), Pandeglang Care Movement (PCM) dan Tebar Alat Tulis (Teralis) Jakarta, mengunjugi salah satu sekolah terpencil di Kampung Cikaret Desa Sukamulya Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang, Sabtu (03/03/2018).Â
MI Al-Kallam merupakan salah satu sekolah setingkat sekolah dasar yang didirikan secara swadaya oleh Bapak Haerudin bersama masyarakat Kampung Cikaret. Awal berdiri tahun 1997 sekolah ini merupakan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) atau yang sering kita sebut dengan sekolah agama dibawah naungan Yayasan JIMS.
Namun karena beberapa kondisi sekolah MDA tidak lagi beroprasi. Hingga akhirnya pada tahun 2011 didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kallam karena besarnya kebutuhan anak-anak untuk sekolah, sedangkan jarak dari kampung Cikaret ke Sekolah Dasar Negeri Sukamulya I cukup jauh (3km) dan harus melewati jembatan gantung yang berbahaya karena kondisinya sudah tidak layak.
Saat ini jumlah siswa di MI Al Kallam sebanyak 97 orang yang berasal dari 7 Rt terdekat. Jumlah yang tidak sedikit untuk sekolah dengan kondisi yang tidak memiliki fasilitas memadai untuk menunjang proses belajar mengajar. Meskipun demikian, sekolah tersebut tetap beroprasi demi memenuhi hak dasar anak yaitu pendidikan.
"Nggak ada teh, gratis yang penting anak-anak mau belajar teh" ujar Riska salah seorang pengajar saat ditanya soal hal tersebut.Â
Dan menurutnya sekolah ini juga belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah maupun dari kementrian agama.
Pengajar di sekolah tersebut berjumlah 7 orang dan sebagian besar bukan merupakan wagra Cikaret, sehingga mereka setiap hari juga harus menempuh perjalanan panjang untuk menuju sekolah.
"Pas itu hujan deras tapi tetap harus ke sekolah karena kalau tidak ke sekolah anak-anak nggak ada yang ngajar , soalnya gurunya pendatang semua... Udah jalan kaki beberapa kilo meter pas nyampe jembatan yang roboh kena banjir tidak bisa di lewati, akhirnya memutar jalan ke jembatan gantung itu" cerita salah seorang pengajar MI Al Kallam.Â
Tidak ada jalan lain untuk masyarakat mengangkut hasil pertanian atau perkebunan selain dari melintasi jembatan gantung tersebut karena jalan alternatif  lainnya malah tidak bisa dilalui kendaraan sama sekali karena jembatannya roboh sejak lama dan kalau hujan tidak bisa dilalui warga sehingga satu-satunya jalan adalah melewati jembatan gantung.
Hingga saat ini belum ada pembangunan ataupun peninjauan dari pemerintah daerah untuk jembatan yang sudah lama roboh ataupun untuk jembatan gantung yang kondisinya sudah tidak layak.
Terbayang betapa besarnya perjuangan pendidik dan anak-anak yang harus melalui semuanya setiap hari.Â
Mereka harus berangkat sekolah dengan berjalan jauh dan melewati jembatan yang berbahaya, terlebih saat musim hujan dan air sungai meluap.
Semoga secepatnya ada perbaikan (baik infrastruktur jalan dan jembatan) terutama pemenuhan sarana dan prasarana sekolah agar anak-anak dapat belajar dengan nyaman.
Semoga selalu semangat para pejuang pendidikan.
"Karena Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan"
"karena Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya."