Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perjuangan untuk Pendidikan Anak di Pandeglang

5 Maret 2018   22:19 Diperbarui: 7 Maret 2018   00:10 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa  relawan dari Aliansi Remaja Kreatif (AREK), Yayasan Hidayatul Mubtadien (YAPIHIM), Sedekah Seribu Sehari Banten (S3 Banten), Ketimbang Ngemis Pandeglang (KNP), Pandeglang Care Movement (PCM) dan Tebar Alat Tulis (Teralis) Jakarta, mengunjugi salah satu sekolah terpencil di Kampung Cikaret Desa Sukamulya Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang, Sabtu (03/03/2018). 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Untuk sampai ke lokasi harus berjalan sejauh 3 km dikarenakan tidak ada akses bagi kendaraan roda empat dan cukup kaget ketika harus melewati jembatan gantung yang  extream.

MI Al-Kallam merupakan salah satu sekolah setingkat sekolah dasar yang didirikan secara swadaya oleh Bapak Haerudin bersama masyarakat Kampung Cikaret. Awal berdiri tahun 1997 sekolah ini merupakan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) atau yang sering kita sebut dengan sekolah agama dibawah naungan Yayasan JIMS.

Namun karena beberapa kondisi sekolah MDA tidak lagi beroprasi. Hingga akhirnya pada tahun 2011 didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kallam karena besarnya kebutuhan anak-anak untuk sekolah, sedangkan jarak dari kampung Cikaret ke Sekolah Dasar Negeri Sukamulya I cukup jauh (3km) dan harus melewati jembatan gantung yang berbahaya karena kondisinya sudah tidak layak.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sekolah ini hanya memiliki 3  kelas yaitu 2 bangunan kelas yang dulu merupakan MDA dan 1 kelas darurat yang dibangun swadaya oleh masyarakat. Proses belajar dilakukan dengan cara bergantian, yaitu pukul 08.00-10.00  untuk kls 1-3 dan pukul 10.00-13.00 untuk kelas 4-6.

Saat ini jumlah siswa di MI Al Kallam sebanyak 97 orang yang berasal dari 7 Rt terdekat. Jumlah yang tidak sedikit untuk sekolah dengan kondisi yang tidak memiliki fasilitas memadai untuk menunjang proses belajar mengajar. Meskipun demikian, sekolah tersebut tetap beroprasi demi memenuhi hak dasar anak yaitu pendidikan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pengajar disana memiliki semangat juang yang patut untuk kita apresiasi,  karena mereka terbiasa mendidik meski jarang atau tanpa bayaran sekalipun. Siswa-siswi di MI Al Kallam tidak pernah dipungut biaya SPP atau iuran lainnya. 

"Nggak ada teh, gratis yang penting anak-anak mau belajar teh" ujar Riska salah seorang pengajar saat ditanya soal hal tersebut. 

Dan menurutnya sekolah ini juga belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah maupun dari kementrian agama.

Pengajar di sekolah tersebut berjumlah 7 orang dan sebagian besar bukan merupakan wagra Cikaret, sehingga mereka setiap hari juga harus menempuh perjalanan panjang untuk menuju sekolah.

"Pas itu hujan deras tapi tetap harus ke sekolah karena kalau tidak ke sekolah anak-anak nggak ada yang ngajar , soalnya gurunya pendatang semua... Udah jalan kaki beberapa kilo meter pas nyampe jembatan yang roboh kena banjir tidak bisa di lewati, akhirnya memutar jalan ke jembatan gantung itu" cerita salah seorang pengajar MI Al Kallam. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Jembatan gantung sepanjang 90 meter merupakan akses utama masyarakat untuk melakukan aktifitas atau dapat dikatakan jembatan ini merupakan denyut nadi masyarakat. Hasil bumi di Kampung Cikaret yang melimpah apalagi komoditi perkebunan seperti palawija harus diangkut dengan kendaraan bermotor dan melewati jembatan gantung tersebut. 

Tidak ada jalan lain untuk masyarakat mengangkut hasil pertanian atau perkebunan selain dari melintasi jembatan gantung tersebut karena jalan alternatif  lainnya malah tidak bisa dilalui kendaraan sama sekali karena jembatannya roboh sejak lama dan kalau hujan tidak bisa dilalui warga sehingga satu-satunya jalan adalah melewati jembatan gantung.

Hingga saat ini belum ada pembangunan ataupun peninjauan dari pemerintah daerah untuk jembatan yang sudah lama roboh ataupun untuk jembatan gantung yang kondisinya sudah tidak layak.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selain merupakan akses utama untuk masyarakat melakukan aktifitas sehari-hari, jembatan ini tentunya merupakan akses untuk anak-anak menuju SD Negeri terdekat yaitu SD Sukamulya 1 dan SMP terdekat ada disebrang jembatan.

Terbayang betapa besarnya perjuangan pendidik dan anak-anak yang harus melalui semuanya setiap hari. 

Mereka harus berangkat sekolah dengan berjalan jauh dan melewati jembatan yang berbahaya, terlebih saat musim hujan dan air sungai meluap.

Semoga secepatnya ada perbaikan (baik infrastruktur jalan dan jembatan) terutama pemenuhan sarana dan prasarana sekolah agar anak-anak dapat belajar dengan nyaman.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Semoga tetap semangat menempuh pendidikan anak-anak.

Semoga selalu semangat para pejuang pendidikan.

"Karena Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan"

"karena Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun