Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Itu Menyelamatkan, Mendamaikan dan Mensejahterakan

29 November 2016   16:15 Diperbarui: 29 November 2016   16:23 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keadaan umat yang berpecah-belah sedemikan rupa itu sebenarnya dapatlah kita katakan sebagai sebuah tanda bahwa telah terlepasnya ruh Islam dari tubuh umat manusia. Hal ini seumpama dengan tubuh yang kehilangan nyawa yang kemudian menjadi terurailah ia hancur menjadi tulang-belulang yang berserakan dimana-mana. Tubuh memanglah tak bisa dipisahkan dengan jiwa. Dan kebangkitan itu hanya dapat terjadi ketika jiwa dikembalikan untuk menyatu kembali dengan tubuhnya.

 Di sinilah tugas bagi anak-anak manusia yang masih memiliki nafas Islam di dalam dirinya untuk bekerja. Untuk berupaya dengan segenap jiwa menghadirkan Islam agar menjadi jiwa yang hidup di dalam diri umat manusia. Dan meski mempersatukan umat manusia yang telah berpecah-belah sedemikian rupa bukanlah sebuah perkara mudah, tapi hal itu tidaklah berarti tidak ada cara dan tidaklah berarti kita harus kehilangan asa untuk berusaha. Karena kebangkitan itu sebenarnya bukanlah kehendak kita manusia melainkan kehendak Dia Tuhan Yang Maha Berkuasa. Maka beruntunglah orang-orang yang menjadi tangan-tangan-Nya untuk mewujudkan kembali persatuan dan persaudaraan umat manusia.

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".  (QS. Ali Imran [3]:64)

Ada teramat banyak hal memang yang dapat kita perdebatkan dan kita jadikan alasan perpecahan dan permusuhan. Ada banyak hal yang dapat kita perselisihan dan tidak akan pernah usai kita perdebatkan sampai dunia ini berakhir sekalipun. Dan entah sudah berapa lama kita berselisih dan masih terus saja berselisih tanpa akhir sampai hari ini. Sampai-sampai itu membuat kita menjadi orang-orang yang begitu cerdas untuk melihat segala hal yang berbeda di antara kita. Begitu cerdas untuk menemukan yang tak sama di antara kita. Begitu cerdas untuk membuktikan bahwa kita memang tidak serupa. Dan kita telah menjadi orang-orang yang begitu amat tumpul untuk melihat yang sama dari segala perbedaan yang kita punya. Kita benar-benar telah lupa bahwa kita berdiri di atas ajaran yang sama. 

Bahwa kita berdiri di atas iman yang serupa. Bahwa kita ini adalah orang-orang yang percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus kita sembah. Kita lupa bahwa kita adalah anak-anak manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang sama itu. Anak-anak manusia yang terlahir dalam fitrah diri yang sama; dengan kebutuhan hidup yang sama; dengan kecenderungan yang sama; dengan harapan dan kerinduan yang sama. Kita benar-benar sedang mencari hal yang sama. Dan semua yang kita butuhkan itu sesungguhnya dapat kita wujudkan bersama. Dan bahkan sebenarnya hanya di dalam kebersamaanlah kita dapat mewujudkannya.

Sungguh sebenarnya bumi dengan segala kekayaan yang ada di dalamnya itu benar-benar cukup untuk membuat seluruh manusia menjadi sejahtera. Tidak terhitung banyaknya makanan dan kekayaan yang tersedia di darat dan di laut yang benar-benar cukup membuat setiap manusia hidup dalam kemakmuran. Pada dasarnya kita tidak mempunyai masalah dengan kemiskinan ataupun kelaparan. Satu-satunya masalah yang kita punya, yang membuat banyak manusia menjadi miskin, lapar dan menderita adalah kesombongan dan keserakahan kita. Karena kita masih belum mau untuk ihlas hati mencapai kesejateraan dan kebahagian bersama-sama. Kita masih dikuasai keinginan untuk sejatera sendiri, untuk menang sendiri dan untuk bahagia sendiri. 

Padahal tidaklah demikian itu kodratnya umat manusia. Kita ditakdirkan Tuhan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Keserakahan untuk sejahtera sendiri, menang sendiri dan bahagia sendiri inilah yang telah menimbulkan penderitaan dan kerusakan bagi kita semua. Kita telah melanggar hukum Tuhan yang mengharuskan kita untuk saling memelihara, saling menghormati hak sesama dan hidup sebagai saudara. Kita telah mengingkari Al-Islam. Padahal Islam itu sesuatu yang nyata. Islam itu sebuah realita yang tidak bisa kita dustakan. Islam adalah kebenaran yang tak bisa kita bantah. Dapatkah kita mengingkari fakta bahwa setiap manusia mengharapkan keselamatan, merindukan kedamaian dan menginginkan kesejahteraan?

 Dapatkan kita mendustakan fakta bahwa tidak ada cara lain yang tersedia untuk mewujudkan itu semua selaian dari mematuhi hukum-hukum kebenaran yang telah Tuhan tetapkan? Dapatkah kita membantah bahwa semua yang manusia cita-citakan itu hanya dapat kita capai dengan mewujudkan sebuah tatanan berkehidupan yang sepenuhnya menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan? Sungguh Maha Benar Allah atas firman-Nya yang menyatakan: ”Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya.”  (QS. Ali Imran [3]:84-85). Karena Islam adalah satu-satunya agama untuk umat manusia.

Untuk keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan umat manusia maka haruslah benar-benar kita tidak meributkan segala macam perbedaan yang kita punya. Kita harus bertoleransi atas keberagaman kita. Dan kita boleh saja berbeda dalam segala bentuk dan rupa. Satu-satunya yang tidak boleh bagi kita hanyalah melanggar hak-hak sesama manusia. Satu-satunya yang tidak boleh bagi kita adalah tidak menegakkan keadilan yang setara bagi setiap manusia. Tidak boleh ada kecurangan yang dibiarkan. 

Tidak boleh ada eksploitasi manusia atas manusia apapun bentuknya. Setiap orang harus dihormati dan dijaga hak-haknya sebagai manusia. Dengan cara itulah kita menghormati Tuhan. Dengan cara itulah kita mematuhi hukum-hukum-Nya. Dengan cara itulah kita berserah diri kepada-Nya. Dengan cara itulah kita berislam.

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.  (QS. Luqman [31]:22)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun