Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al-Fatihah

15 Agustus 2015   17:03 Diperbarui: 15 Agustus 2015   17:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berserah diri sepenuhnya kepada Allah inilah sesungguhnya titik pencapaian tertinggi seorang manusia. Ini adalah bentuk bertauhidnya seorang manusia kepada Allah dan ini juga merupakan titik merdekanya jiwa seorang manusia. Pada titik ini seorang manusia akan terbebas sepenuhnya dari tujuan-tujuan lain selain Allah; terbebas sepenuhnya dari keinginan-keinginan untuk dipuji dan diagungkan oleh orang lain, terbebas sepenuhnya dari kesombongan, iri-dengki, dari segala bentuk penyakit hati lainnya, serta terbebaskan dari segala macam bentuk ketakutan dan kegelisahan. Ia akan hidup dalam keihlasan diri yang tinggi dan akan senantiasa diliputi kedamaian yang mendalam. Namun untuk sampai pada titik ini tentu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Dibutuhkan perjuangan yang besar dan usaha yang terus menerus untuk menata pikiran dan hati agar dapat sampai di titik ini. Akan tetapi walaupun hal ini bukanlah sebuah perkara yang mudah, namun ke sanalah harusnya setiap manusia menuju. Karena inilah fitrahnya manusia. Inilah puncak kebahagiaan yang dapat dicapai seorang manusia.

 

Ihdinaash shiraathaal mustaqiim #6
Tunjukilah kami jalan yang lurus

Jalan yang lurus adalah jalan yang akan membawa kita menuju kesejatian kita. Jalan yang lurus adalah jalan yang selaras dengan fitrah penciptaan kita. Berada di atas jalan yang lurus akan membuat kita menemukan segala hal yang menjadi kebutuhan kita sebagai manusia dan akan membuat hidup kita menjadi utuh. Kita tidak bisa menjalani hidup ini secara sembarangan; dengan cara apapun sekehendak hati kita sendiri. Ada aturan-aturan dan hukum-hukum kehidupan yang harus kita perhatikan dan patuhi. Keharusan kita untuk mengikuti aturan-aturan dan hukum-hukum kehidupan ini sama sekali bukanlah untuk membebani kita melainkan justru untuk memastikan agar kita memperoleh segala apa yang menjadi kebutuhan kodrati kita sebagai manusia.

Manusia, dengan segala pikirannya, hawa nafsu dan juga keserakahannya sangatlah mudah untuk salah jalan. Kita sangatlah mudah untuk keliru dalam mengenali kebenaran. Kita dapat saja merasa telah berada di atas jalan yang lurus padahal sesungguhnya tidak. Kesadaran kita akan hal ini akan membuat kita melihat pentingnya untuk menggantungkan harap kita kepada Allah agar menujuki kita kepada jalan yang lurus itu. Ini merupakan bentuk pengakuan kita akan ketidakberdayaan kita di hadapan Allah. Kita benar-benar berharap penuh kepada Allah agar Dia berkenan menghantar kita kepada jalan yang lurus itu. Sikap dan perasaan yang demikian inilah yang akan membuat kita dapat senantiasa terakses kepada bimbingan Allah dan yang akan menghantar kita setapak demi setapak melangkah di atas jalan yang lurus itu.

 

Shiraathalladziina an’amta ‘alayhim ghayril maghdhuubi ‘alayhim walaadhdhaalliin #7
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Ayat ketujuh dari surat Al Fatihah ini menegaskan eratnya kaitan antara jalan yang kita tempuh dengan hasil yang akan kita peroleh. Berada di atas jalan yang lurus akan menghantarkan kita kepada berbagai nikmat Allah dan menyimpang dari jalan yang lurus akan menghantarkan kita kepada murka-Nya. Hal ini kemudian dapat kita jadikan sebagai ukuran untuk menditeksi dan mengenali kebenaran jalan yang kita tempuh. Seberapa besar kebaikan batiniah dan lahiriah yang kita peroleh di sepanjang penjalanan hidup yang kita tempuh ini, itu adalah ukuran tentang seberapa dekatnya dengan jalan yang lurus itu. Dan seberapa besar keburukan batiniah dan lahiriah yang kita peroleh di sepenjang perjalanan hidup yang kita tempuh ini, itu adalah ukuran tentang seberapa menyimpangnya kita dari jalan yang lurus itu. Dengan ukuran tersebut maka akan menjadi mudah pula buat kita untuk mengenali kebenaran suatu jalan dari orang-orang terdahulu sebelum kita. Dengannya kita dapat dengan mudah melihat mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah dari mempelajari sejarah meraka.

Ada tiga kelompok orang yang dijelaskan oleh ayat ini terkait dengan jalan hidup yang mereka jalani masing-masingnya. Yang pertama adalah kelompok orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah tinggikan derajatnya, yang Allah sukseskan hidup mereka, yang Allah jadikan mereka sebagai tauladan bagi umat manusia dan Allah jadikan mereka sebagai orang-orang yang penuh dengan bakti. Mereka itulah orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus itu. Yang jika kita mencermati kehidupan mereka, kita akan mendapati mereka sebagai orang-orang yang hidup selaras dengan kehendak dan ajaran Allah. Yang hidup sejalan dengan aturan-aturan dan hukum-hukumnya kehidupan. Kemudian yang kedua adalah orang-orang yang dimurkai Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah hinakan hidupnya, yang Allah batalkan segala apa mereka usahakan, yang Allah jadikan mereka sebagai buah bibir yang buruk bagi umat manusia dan Allah jadikan mereka sebagai orang-orang yang banyak berbuat kejahatan dan kerusakan. Mereka itulah orang-orang yang tidak berada di jalan yang lurus itu. Yang jika kita mencermati kehidupan mereka, kita akan mendapati mereka sebagai orang-orang yang hidup menyimpang dari kehendak dan ajaran Allah. Yang hidup di luar dari aturan-aturan dan hukum-hukumnya kehidupan. Dan yang ketiga adalah orang-orang yang sesat. Mereka ini termasuk orang-orang yang tidak diberi nikmat oleh Allah atas kehidupan mereka. Mereka orang-orang yang tidak ditunjuki Allah  jalan yang lurus itu. Tidak sampai kepada mereka atau tidak terjangkau oleh pemahaman mereka kebenaran itu. Mereka hidup hanya dengan mengikuti saja kebiasaan-kebiasaan kebanyakan orang dan mengikuti saja tradisi-tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka tanpa mengerti apakah itu benar atau salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun