Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al-Fatihah

15 Agustus 2015   17:03 Diperbarui: 15 Agustus 2015   17:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ar-Rahman Ar-Rahim #3
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang itu. Kasih sayang merupakan inti dari ajaran-Nya, dan bahkah kasih sayang itu sendiri adalah Dia. Tidak pernah barang sesaatpun Allah tidak menjadi Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Tidak pernah barang sedikitpun Allah bertindak diluar dari kasih sayang. Seluruh kehidupan ini ada dan berjalan di dalam dan karena kasih sayang-Nya itu. Kasih sayang-Nya itulah energi yang menghidupkan dan menopang kehidupan ini yang tanpanya kehidupan ini akan menjadi hancur dan mati. Peran kasih sayang yang sangatlah fundamental dalam menopang kehidupan kita ini, membuat kita harus mampu untuk memastikan kasih-sayang senantiasa menjadi ruh yang menjiwai seluruh aktifitas kehidupan kita manusia. Kita harus dapat memastikan interaksi antar manusia berjalan dalam aturan dan hukum-hukum kasih sayang itu.

Menjalankan ajaran kasih sayang adalah bentuk nyata dari menjalankan ajaran Allah. Ini merupakan jalan bakti manusia kepada Allah Tuhannya. Di samping itu kasih sayang juga haruslah disadari sebagai fitrah dan kodrat hidup umat manusia. Dimana umat manusia hanya akan dapat mencapai kehidupan yang damai sejahteranya dengan menegakan kasih sayang itu. Oleh karena itulah upaya menumbuhkan-kembangkan dan membudayakan kasih sayang haruslah menjadi sebuah pekerjaan besar umat manusia. Menumbuh-kembangkan dan membudayakan kasih sayang memang bukanlah pekerjaan mudah. Dituntut sebuah kesadaran yang tinggi agar kasih sayang ini benar-benar dapat menjiwai keseluruhan aspek kehidupan kita umat manusia. Dimana terutama sekali kita harus menyadari betul bahwa Allah menciptakan alam semesta ini sebagai satu kesatuan sistem. Dimana ini berarti tidak satupun ciptaan-Nya yang tidak terkait dan bergantung kepada ciptaan yang lain. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa terkait dan tanpa bantuan orang lain. Manusia diciptakan sebagai satu kesatuan umat yang ditakdirkan untuk hidup bersama. Untuk saling melengkapi, saling menopang dan saling melayani satu sama lain. Kenyataan akan kesalingterkaitan dan kesalingbergantungan ini membuat kasih sayang menjadi satu-satunya kunci untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang damai sejahtera.

Dalam sebuah hadist ada dikatakan bahwa belum sempurna iman seseorang sebelum cintanya kepada saudaranya seperti cintanya kepada dirinya sendiri. Apa yang disampaikan melalui hadist ini sangatlah sejalan dengan apa yang sedang kita bicarakan. Tepat sekali tentunya jika kesempurnaan iman seseorang diukur dari kemampuannya untuk mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Kemampuan seseorang untuk mencitai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri tentu saja sangat terkait dengan kesadaran dan keyakinannya terhadap fitrah manusia sebagai satu kesatuan umat. Ini merupakan bentuk pengakuan kita bahwa Allah itu Tuhan yang Esa. Bahwa setiap orang tanpa terkecuali diciptakan oleh Tuhan yang sama dan diciptakan dalam fitrah diri yang sama.

 

Maaliki yawmiddiin #4
Yang menguasai Hari Pembalasan

Ayat keempat dari surat Al-Fatihan ini menjelaskan kepada kita akan kemutlakan Allah sebagai penguasa atas hari pembalasan. Tidak ada selain Allah yang mempunyai kuasa untuk membalas dan menghakimi suatu perbuatanpun. Satu hal penting yang perlu kita pahami terkait dengan ini adalah bahwa Allah menjamin setiap orang untuk menerima balasan yang adil atas segala perbuatan  yang telah dilakukannya itu. Tidak ada satu perbuatan pun, yang baik ataupun yang buruk, sekecil apapun itu, dimanapun perbuatan itu dilakukan, disaksikan ataupun tidak ada seorangpun yang menyaksikannya, Allah pastilah akan datangkan balasan yang sempurna atasnya.

Hari pembalasan tentulah tidaklah saja hanya dapat kita artikan sebagai hari kiamat, melainkan ini juga berarti seluruh hari dalam kehidupan kita umat manusia. Hari pembalasan itu berlangsung setiap saat dan dan setiap waktu. Memang tidaklah serta merta setiap perbuatan itu akan menerima balasannya seketika itu juga dari Allah. Ada perbuatan yang datangkan balasanya dengan seketika, ada juga yang lambat dan bahkan ada perbuatan-perbuatan yang baru akan disempurnakan balasan atasnya di kehidupan akhirat nanti. Namun demikian, satu hal yang pasti dan penting dari ini adalah kepastian disempurnakannya balasan atas setiap perbuatan yang kita lakukan itu. Meyakini adanya kepastian akan disempurnakannya balasan atas setiap perbuatan ini tentulah akan membuat seseorang senantiasa menimbang dengan seksama setiap perbuatan yang akan dilakukannya. Hal ini mengharuskan setiap orang untuk memastikan setiap perbuatannya sejalan dan selaras dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan dari Allah. Memastikan perbuatannya bukanlah perbuatan yang merusak dan merugikan orang lain dan kehidupan. Karena setiap keburukan pastilah akan didatangkan keburukan sebagai balasannya dan setiap kebaikan akan didatangkan kebaikan pula sebagai balasannya.

 

Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta’iin #5
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

Ayat kelima surat Al-Fatihan ini adalah sebuah komitmen batin yang akan dicapai seorang manusia ketika ia telah mengenal Allah Tuhannya dengan sebaik-baiknya pengenalan. Keputusan batin yang demikian ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang telah mengimani akan keserbakuasaan Allah dan keserbabaikan Allah seperti yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya. Keyakinan akan mutlaknya kekuasaan Allah dan mutlaknya kasih sayang Allah akan menempatkan seseorang pada posisi hanya dapat menemukan satu pilihan terbaik, yaitu berserah diri sepenunya kepada Allah Tuhan semesta alam. Baginya hanya untuk Allah sajalah segala usaha dan baktinya ia persembahkan dan hanya kepada Allah sajalah segala harap dan cita-citanya ia gantungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun