Kita patut bersyukur, umat Muslim tak terporvokasi oleh oknum yang berniat jahat melalui kumandang adzan. Lafadznya diselipkan kalimat hayya alal jihad, yang berarti mari kita jihad.
Untunglah ulama, termasuk dari MUI, cepat memberikan pencerahan dan meneduhkan terkait isu menyesatkan. Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan menegaskan, adzan seperti itu dinilai tidak pas, menyerukan jihad dalam kondisi aman, apalagi ada yang sambil membawa senjata tajam, pertanyaannya mau jihad melawan siapa?
Jihad sejatinya untuk meninggikan kalimat Allah, untuk mengangkat citra islam.
Nah, kini kita berharap pihak berwajib bisa cepat menyelesaikan isu sensitif itu. Jangan sampai kemudian adzan seperti itu ada di antara umat Islam menganggap sebagai pembenaran. Perlu ada pelurusan.
Bagi kita, ke depan, penting untuk para pengurus masjid (takmir) untuk memperhatikan para mua'zim, orang  yang ditugasi mengumandangkan panggilan ibadah (shalat), yaitu Adzan dan Iqomah. Janganlah kesalahan lafadz adzan, apa lagi diubah, dianggap sebagai seuatu kesalahan yang wajar.
Di Saudi Arabia, kita yang jadi anggota jemaah haji tidak boleh sembarangan tampil sebagai mua'zim di sejumlah masjid yang bertebaran di sekitar Masjidil Haram. Orang-orang pilihan yang akan menjadi Mua'zim dan imam masjid di negeri itu harus menjalani uji kompetensi.
Setelah mendapat sertifikat dari pihak otoritas setempat, maka barulah mereka dibenarkan tampil sebagai imam dan mu'azim.
Mungkin jika di tanah air diberlakukan hal serupa, bisa jadi bakal menuai protes. Â Kok, untuk urusan ibadah saja negara bisa ikut campur terlalu jauh.
Tapi, ada betulnya juga, setidaknya orang-orang yang mengurusi masjid agar memiliki kemampuan sehingga untuk lafadz adzan tidak mengalami kesalahan.
Salam berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H