Nah, karena kecapakannya dalam berbisnis itulah orang sekitar, termasuk dari kalangan ibu pengajian di majelis taklim, merasa kagum. Apa lagi tampilannya terlihat makin gesit, cantik, santun, dan tutur katanya pun terasa sejuk bagi para ibu.
Namun, ada saja ibu-ibu comel dari sekian banyak para ibu yang baik mempertanyakan tentang kerja sama bisnis dengan kalangan non-muslim.
"Itu kan haram," ujar seorang ibu.
Persoalan ini kemudian mengemuka ke kelompok pengajian di majelis taklim. Bahkan ramai dibicarakan sebelum Habibah tampil sebagai pembicara. Nah, mendengar laporan rekan yang duduk di sebelah prihal bisnis dengan etnis Cina itu, Habibah terdorong untuk menjelaskannya secara total.
**
"Coba ibu-ibu angkat tangannya, siapa yang tak suka makan tempe?"
Tidak ada yang mengangkat tangan. Itu berarti semua yang ada di majelis taklim ini menggemari makan tempe. Apakah tempe goreng, tempe mendoan, kripik tempe hingga tempe yang dioleh sebagai menu makanan sebagai lauk sehari-hari.
"Coba, angkat tangan lagi, siapa yang tak suka mengenakan parfum? Angkat tangannya?"pinta Habibah dengan nada suara meninggi.
Tidak satu pun ada yang mengangkat tangannya. Lalu, Habibah mengajukan pertanyaan lainnya dan meminta para ibu mengangkat tangannya dengan pertanyaan begini: "HP, Blender, AC, komputer, kompor hingga peralatan elektronik itu kebanyakan buatan negara mana?"
Di antara para ibu ada yang menjawab, buatan Jepang, Cina, Amerika hingga beberapa negara di Eropa.
Tausiyah Habibah memang selalu menarik. Ia selalu mengajak audience terlibat aktif dalam pembicaraannya. Peserta pun tak sadar mereka telah dibuat hilang rasa bosan dan ngantuknya. Tidak seperti pada pengajian dengan ustaz dan ustazah sebelah yang tampil monoton. Kadang menyampaikan kalimat tidak senonoh lantaran si penceramah benci dengan kelompok lain.