Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Mini | Habibah, Mubaligho Cantik yang Kian Populer

29 November 2020   05:55 Diperbarui: 29 November 2020   16:48 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Habibah, Mubaligho Cantik. Foto | Pinterest

 

Sejak keputusan pengadilan agama menyatakan gugatan cerai diterima, Habibah mengaku tetap sedih. Pasalnya, bukan lantaran resmi telah menjadi janda dan kemudian merasa leluasa bergerak tak dihalangi sang suami, tetapi ia telah melakukan satu perbuatan yang dibenci di mata Allah.

"Cerai itu adalah jalan terakhir dan perbuatan halal, tetapi dibenci Allah," ungkap Habibah di hadapan para ibu majelis taklim.

Habibah tampil di forum pengajian majelis taklim tanpa tedeng aling-aling menyampaikan ungkapan hatinya sekaligus disertai harapan agar peristiwa yang dialami tidak dialami rekan-rekan se-pengajian.

Ia pun berterus terang bahwa sesungguhnya rumah tangganya berjalan baik-baik. Harmonis. Hanya ada satu prinsipin yang dirusak, kemudian berpotensi merusak rumah tangganya lebih jauh.

Katanya, jika seorang suami sudah punya sesembahan lain selain Allah. Ya, tentu harus diingatkan. Sekali, dua kali, hingga pada tahap ketiga kali. Maka, pada titik terakhir itulah harus diambil sikap, dengan kalimat akhir, berpisah. Cerai.

Mendengar penuturan Habibah penuh haru itu, seorang peserta pengajian di majelis taklim ada yang menitikan air mata. Tapi ada di antaranya dengan spontan bertanya kepada Habibah.

"Apa pasal yang dimaksud suami punya sesembahan lain?"

"Tulang ustazah jelaskan. Biar duduk soal jadi jelas. Tak timbulkan desas-desus di kemdian hari," katanya melanjutkan pertanyaan.

Sesembahan lain yang dimaksud itu, jawab Habibah sambil menggenggam microphone dengan gemetar, adalah mencekik leher botol minuman keras. 

"Saya beruntung tidak dicekiknya, tapi leher botol yang dicekik," terang Habibah yang disambut tawa para ibu serempak.

Siapa yang tidak marah dan sedih menyaksikan suami tiap malam pulang dengan aroma di mulut minuman keras. Kalau sudah demikian, jangankan untuk melaksanakan kesalehan sosial, untuk dirinya sendiri seperti menunaikan ibadah sholat tidak mungkin dapat ditunaikan dengan baik.

Sudah tentu, seorang pemabuk akan dekat dengan perjudian, foya-foya dengan wanita lain dan pokoknya sangat dekat dengan hidup hedonisme.

"Ini pembelajaran bagi kita, semua yang ada di sini," ujar Habibah sambil menitikan air mata.

**

Sejak Habibah menyandang status janda, undangan tampil di berbagai forum pengajian makin banyak. Terlebih pada hari libur dan hari besar Islam, seperti Maulid, Isra' Mi'raj, dan memberi tausiyah kepada para calon jemaah umrah dan haji.

Tentu saja rejekinya makin banyak. Tapi ia tetap tak melepaskan bisnisnya, mengorganisir para pengrajin mukena dan pakaian muslimah lainnya. Sudah lama menggeluti bisnis ini dan ia tak mau mengecewakan para pelanggannya.

Kadang ia mengunjungi kediaman para pengerajin sambil memotivasi, memberi bantuan dari rejeki yang diperolehnya hingga mengajak tetap konsisten melaksanakan ibadah yang menjadi kewajiban dalam kehidupan.

Kala punya waktu luang, ia menyempatkan diri mengunjungi puteranya yang dititipkan di salah satu pondok pesantren. Jadi, komunikasi antara guru (ustaz),pimpinan pondok dengan dirinya berlangsung baik. Ini dimaksudkan guna menjaga silaturahim mengingat lagi ia menitipkan puteranya untuk dididik di lembaga pendidikan itu.

Itulah hebatnya Habibah.

Kesibukan bisnis, kegiatan majelis taklim hingga urusan rumah tangga tak dilupakannya. Ia tampil mendiri. Tegar menghadapi berbagai cobaan.

Untuk meluaskan usahanya, ia tidak merasa malu untuk berbisnis dengan kalangan etnis Cina yang berbeda agama sekalipun. Kepercayaan dan kejujuran sangat dipegang teguh. Ini prinsip. Dan, ia pun tak mau dalam usahanya itu jatuh ke lembah riba yang berujung pada perbuatan terlarang.

Nah, karena kecapakannya dalam berbisnis itulah orang sekitar, termasuk dari kalangan ibu pengajian di majelis taklim, merasa kagum. Apa lagi tampilannya terlihat makin gesit, cantik, santun, dan tutur katanya pun terasa sejuk bagi para ibu.

Namun, ada saja ibu-ibu comel dari sekian banyak para ibu yang baik mempertanyakan tentang kerja sama bisnis dengan kalangan non-muslim.

"Itu kan haram," ujar seorang ibu.

Persoalan ini kemudian mengemuka ke kelompok pengajian di majelis taklim. Bahkan ramai dibicarakan sebelum Habibah tampil sebagai pembicara. Nah, mendengar laporan rekan yang duduk di sebelah prihal bisnis dengan etnis Cina itu, Habibah terdorong untuk menjelaskannya secara total.

**

"Coba ibu-ibu angkat tangannya, siapa yang tak suka makan tempe?"

Tidak ada yang mengangkat tangan. Itu berarti semua yang ada di majelis taklim ini menggemari makan tempe. Apakah tempe goreng, tempe mendoan, kripik tempe hingga tempe yang dioleh sebagai menu makanan sebagai lauk sehari-hari.

"Coba, angkat tangan lagi, siapa yang tak suka mengenakan parfum? Angkat tangannya?"pinta Habibah dengan nada suara meninggi.

Tidak satu pun ada yang mengangkat tangannya. Lalu, Habibah mengajukan pertanyaan lainnya dan meminta para ibu mengangkat tangannya dengan pertanyaan begini: "HP, Blender, AC, komputer, kompor hingga peralatan elektronik itu kebanyakan buatan negara mana?"

Di antara para ibu ada yang menjawab, buatan Jepang, Cina, Amerika hingga beberapa negara di Eropa.

Tausiyah Habibah memang selalu menarik. Ia selalu mengajak audience terlibat aktif dalam pembicaraannya. Peserta pun tak sadar mereka telah dibuat hilang rasa bosan dan ngantuknya. Tidak seperti pada pengajian dengan ustaz dan ustazah sebelah yang tampil monoton. Kadang menyampaikan kalimat tidak senonoh lantaran si penceramah benci dengan kelompok lain.

Habibah tampil membikin suasana teduh. Memukau.

Katanya, jika kita yang menggemari tempe kemudian tak menjumpai dalam sebulan, tentu rasanya ketika makan akan terasa tak sempurna. Nah, tahukah para ibu di sini bahwa kedelai, bahan tempe berkualitas hingga kini masih didatangkan dari Amerika.

"Sampai di sini dulu penjelasan tempe. Titik," ujarnya.

Lalu, ia menjelaskan tentang parfum yang banyak digemari para ibu. Kebanyakan di negeri ini para wanitanya mengenakan farum dari Perancis. Merek parfum dari negeri itu juga amat terkenal. Saking terkenalnya, jemaah umrah dan haji borong parfum di Pasar Balad, Jeddah (Arab Saudi) karena merasa tak sempurna bila belum membelinya.

Di negeri kita, merek telepon genggam kebanyakan sekarang dari Cina dan Korea Selatan. Juga AC dan peralatan elektronik lainnya dari Cina. Semua kita gunakan. Dan, Majelis Ulama pun belum pernah melarang barang-barang itu hadir di negeri ini.  

Belakangan ini, lanjut dia, kita sering mendengar kata boykot untuk membeli produk asing. Ketika mendengar,kita diimbau ikut partisipasi. Bentuk partisipasi itu sebagai wujud protes karena negara yang diboykot telah menghina umat Muslim.

Lalu, apa jadinya jika kita tak memperoleh kedelai dari AS, tentu untuk mendapatkan tempe sebagai makanan sehari-hari jadi sulit. 

"Juga tidak menggunakan parfum untuk hadir di pengajian ini, bisa jadi ibu-ibu menyebut orang sebelahnya bau jengkol," katanya disambut tawa hadirin.

Hadirnya peralatan elektronik dari yang kecil hingga wujudnya segede "gaban" di rumah, jangan dipandang sebagai barang haram. Itu kita beli dengan keringat kita, kerja keras.

Semua itu diperoleh karena ada kerja sama antarnegara, antarpengusaha dan semua memiliki aturan jelas.Baik dari sisi syariah maupun hukum perikatan. Banyak hadis yang menjelaskan bahwa kerja sama dengan orang non-muslim dibenarkan. Tak cukup dijelaskan satu per satu di forum ini.

**

Penjelasan Habibah ini diam-diam direkam seorang rekan. Lantaran penjelasannya menarik, lalu disebarkan melalui WAG dan menjadi viral. Maka, jadilah Habibah sebagai sosok seorang ustazah atau mubaligho yang kian populer. 

Belakangan ia menjadi sosok yang dipuja dan diinginkan banyak pria. Meski ia sudah beranak satu, ia memang masih pantas untuk dijadikan kekasih, orang yang disayangi dan dicintai.

Mampukah Habibah menghadapi cobaan berikutnya?  

Wallahualam Bissawab.

 

Salam berbagi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun