Lalu Tuan Guru menambahkan penjelasannya bahwa mengapa  ia langsung mendatangi pekarangan belakang rumah begitu masuk rumah ini.
Ibu Melati yang mendengar ucapan Tuan Guru seperti itu, nampak kaget. Pandangannya terfokus kepada Tuan Guru penuh curiga. Sedari awal kedatangan Tuan Guru, Â sang ibu ini sudah bertanya-tanya dalam hati.
Lantas, Ibu Melati cepat-cepat membenarkan letak duduknya. Serius memperhatikan setiap kata yang meluncur dari mulut Tuan Guru.
Pada awalnya Ibu Melati terlihat lemas. Kini badannya seolah tegap dan matanya yang tajam terus menerus memandang tamu yang diundangnya itu.
*
Ibu Melati sudah lama menderita sakit. Kekayaannya seperti terkuras habis untuk biaya berobat. Berbagai dokter spesialis sudah didatangi untuk dimintai pertolongan agar sakit di dadanya segera sembuh. Penderitaan itu sudah cukup lama dirasakannya.
Lantaran tak kunjung sembuh itulah maka Ibu Melati memanggil seorang guru ngaji atau ustaz dari Nusa Pati, sebuah kampung yang lokasinya berseberangan dengan Desa Peniti. Hal Itu dilakukan sebagai pilihan terakhir, berobat ke alternatif seperti yang banyak dianjurkan anggota keluarga.
Lantaran pengobatan itu menyangkut keleluasaan sang pemilik rumah, Tuan Guru minta agar pengobatan didahului dengan pembicaraan dalam ruang tertutup. Konsultasi.
Ya, hanya Ibu Melati dan suaminya, Tejo, ikut menyaksikan apa yang hendak disampaikan Tuan Guru.
**
Seusai Tuan Guru meninggalkan kediaman rumah Ibu Melati, ribut besar tak terhindarkan. Gaduh. Seperti perang yang tengah berlangsung sengit diselingi suara teriakan.