Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Najwa Shihab Tampilkan Jurnalisme Anomali

2 Oktober 2020   19:45 Diperbarui: 3 Oktober 2020   08:27 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Najwa Shihab wawancari kursi kosong. Foto: dok. Narasi

Banyak kalangan memujinya. Namun belakangan program itu dikesankan seperti cari sensasi, cari peringkat ketimbang kedalaman informasi. Karenanya, pegiat media sosial Denny Siregar mengkritisi tampilan Najwa mewawancarai kursi kosong.

Dikabarkan,  Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang sudah mengirimkan Dirjennya untuk hadir di acara Mata Najwa.  Disebutnya,  tim produksi Mata Najwa menolak.

"Ada berita sebenarnya Menkes Terawan sudah mengirimkan Dirjennya untuk bicara di acara @MataNajwa, tapi tim produksi menolak," sebutnya lagi.

Denny juga telah meminta  jawaban kepada Najwa Shihab atas kabar tersebut. Hasilnya, nihil.

Hingga kini dari Kemenkes tak pernah mengeluarkan pernyataan terkait ketidakhadiran Terawan dalam acara Mata Najwah.  Komentar Najwa dalam acara itu tak ditanggapi meski publik ramai membicarakan dirinya.

Pasca wawancara kursi kosong, pembicaraan tak lagi terfokus pada Covid-19. Tetapi kepada sang menteri. Ada apa dengan Menkes ?

Sebagai jurnalis senior, sayogianya Mbak Nana melihat persoalan secara komprehensif. Bukan mencari sensasi. Tugas jurnalis adalah memenuhi kebutuhan publik dengan informasi (Covid-19).  

Andai saja Najwa tidak terperangkap pada kebutuhan mencari peringkat (rating) dalam tayangannya itu, ia bisa memahami seorang menteri tak hadir pada program yang dipandunya.

Sebagai anak mantan menteri agama, Najwa pasti memahami kala ayahandanya berhalangan untuk hadir dalam suatu acara. Pasti ada pertimbangan, apa lagi kalau menterinya sudah mengirim wakilnya seorang Dirjen, punya otoritas di bidangnya.

Menjadi pekerja pers itu harus cermat dan teliti. Harus ada kesadaran bahwa wartawan itu pun bisa membuat kesalahan. Ada subjek berita yang diberitakan tidak menyenangkan.

Mengingat lagi banyak tokoh publik,  apakah ia pejabat negara atau swasta, terutama yang dianggap "untouchable", merasa tidak boleh diberitakan secara tidak menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun