Andai hidup kurang akibat krisis ekonomi, tetapi pondasi perkawinan masih kokoh.Pasalnya, yaitu kemauan membangun rumah tangga dilatari dengan perkawinan sebagai ibadah. Mereka yang meyakini ini masing-masing pasangan akan saling membahi agar roda kehidupan tetap stabil dijalani.
"Saya pastikan itu tak banyak," ujar sang ustaz penuh keyakinan.
Tapi justru akibat perselingkuhanlah sebagai penyebab pasangan suami isteri bercerai.
Begini. Jauh sebelum virus corona yang menjadi wabah, banyak kaum pria yang sudah beristeri punya pasangan isteri (sirri). Dulu, pria pembohong besar ini mengongkosi pasangannya dengan uang "sampingan". Kalau dia seorang ASN, ya mengandalkan dari pendapatan biaya perjalanan dinas.
Setelah Covid-15 berlangsung, wanita simpangan muncul ke permukaan dan minta biaya hidup. Atau, ya minta pertanggungjawaban.
Jika ia pegawai swasta, ya dana tambahan di luar gaji yang diterima dengan lancar. Kalau dulu para pria hidung belang dapat memberi uang tips kepada pegawai bar, sekarang terungkap ketika para pelayan itu minta dukungan dana untuk kehidupan rumah tangganya.
Kemajuan teknologi juga ikut mendorong isteri (resmi) mudah mengetahui perilaku suami-suami punya simpanan. Ini berawal ketika sang suami banyak di rumah, sang isteri memperhatikan kegelisahan yang terjadi pada diri psangan hidupnya itu. Gelisah bukan lantaran tak cukup uang, tapi para hidup belang itu merasa "dihantui" perbuatan buruknya sendiri.
Fenomena ini, yang dapati dari pengaduan isteri-isteri yang merasa dihianati.
Ujungnya, dari perceraian itu, adalah kerusakan sosial. Kaum perempuan yang harus dihormati jadi jatuh kedudukannya setelah memperoleh status janda. Terlebih diceraikan dengan cara menyakitkan lantaran kawin sirri.
Demikian juga anak-anak yang kehilangan orangtuanya. Anak-anak terlantar dan tak dapat ongkos untuk biaya belajar. Karena itu, sungguh tepat jika dikatakan bahwa sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian" [H.R. Abu Daud dan Hakim].
Salam berbagi