Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Warning" bagi Aparat, Peringatan Hari Asyura Berpotensi "Digoreng"

23 Agustus 2020   12:03 Diperbarui: 23 Agustus 2020   11:53 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari itu pula, banyak warga seperti di lingkungan RT007/RW01, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, menjadikan hari itu sebagai kegiatan sosial. Warga mengumpulkan uang lantas membagikannnya kepada anak yatim.

Di berbagai daerah, hal tersebut juga berlangsung. Kegiatan kesalehan sosial itu sangat penting untuk menggembirakan anak yatim. Acara tersebut adalah mencontoh Nabi Muhammad Saw, menyantuni anak yatim yang kehilangan orangtuanya akibat mati sahid dalam perang (Badar) kala memerangi kaum kafir di Mekkah.

Di tanah air, peringatan Asyura yang jatuh pada Jumat, 28 Agustus 2020 (malam) hingga Sabtu 29 Agustus (malam), bakal disambut meriah. Berbagai daerah kini melakukan persiapan menyambut 10 Muharam dengan cara unik. Sebut saja bagi suku Banjar, yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan. 

Hari Asyura disambut dengan suka cinta. Warga setempat merayakannya dengan membuat bubur Asyura, dengan bahan dari beras dan campuran 41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Bubur Asyura tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunat Hari Asyura. Wiuh, keren. 

Acara serupa juga terjadi di Pulau Madura. Warga membuat bubur dan kemudian dinikmati bersama-sama. 

Dalam perkembangannya, perayaan tersebut juga diperingati dalam bentuk lain. Seperti sudah menjadi agenda tahunan di  Aceh,  tradisi Muharam itu disebut  Asan  Usin, di Sumatra  Barat  punya tradisi  Tabuik,  Bengkulu  memiliki  tradisi  serupa yang disebut Tabut.  Sementara di  tanah  Jawa, - yang populer - adalah tradisi kirab di kraton Jogjakarta dan Solo.  

Tradisi  Muharam  di  Indonesia sungguh mengasyikan jika diikuti.  Ini merupakan kekayaan  tradisi  budaya  masyarakat yang melekat demikian lama.  Lalu, dari sini kita pun menyadari bahwa  persentuhan  Islam dengan  budaya  lokal membawa  pada  keberagaman tradisi yang  bernuansa Islam.

**

Perayaan Asyura di Indonesia diikuti oleh semua kalangan umat Muslim. Belakangan ini, sebagian umat Islam selalu mengangkat kisah terbunuhnya cucu Nabi Saw, Husain bin Ali di Karbala, saat peringatan Asyura.

Jika itu yang selalu ditonjolkan, dapat dipastikan pemahaman umat di kalangan akar rumput bakal menjadi sempit. Kesalehan sosial yang harus dibangun jadi hilang makna. Sebab, mereka dengan cepat memberi label sebagai pengikut Syiah yang harus dihadapi sebagai musuh.

Jika demikian, perayaan Tabut (di Bengkulu) dan acara serupa lainnya dianggap sebagai ritual Syiah. Ini menjadi bahaya, karena para pengikut Islam lainnya sangat berpotensi dibenturkan dengan mengatas-namakan agama bahwa hal tersebut sebagai perbuatan bid'ah, sirik dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun