Ssetiap orang harus menyembah satu Tuhan persis seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci. Orang harus hidup persis seperti kaum yang awal di Madinah pada zaman Rasulullah SAW dan siapa saja yang menghalangi pemulihan umat suci dan asli itu harus dibinasakan.
Tentu saja, di Mekkah, toh tak ada peringatan tahun baru. Kalau itu diperingati, termasuk membaca doa, bisa jadi dianggapnya sebagai perbuatan bid'ah.
Nah, lantaran disebut bid'ah inilah lalu penulis mencari tahu tentang kata bid'ah. Bid'ah -- dalam kamus istilah keagamaan terbitan Puslitbang Lektur dan Khasanah Keagamaan, Badang Litbang dan Diklat Kementerian Agama -- ditulis bidah yang artinya perkara baru, baik dalam soal keagamaan maupun kegiatan sosial keagamaan lainnya, yang belum pernah dilkukan pada zaman Rasulullah saw.
Ada bid'ah hasanah, yaitu perkara baru yang tidak bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan. Ada bid'ah saiah artinya perkara baru yang bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan.
Penulis tak ingin terlibat jauh dalam pembahasan bid'ah ini. Biarlah nanti itu jadi urusan Majelis Ulama Indonesia dan Kementerian Agama, apakah merayakan tahun baru Islam itu sebagai perbuatan sia-sia sehingga dianggap tak penting dan bahkan tak perlu membaca doa akhir dan doa tahun baru Islam.
Realitasnya, penulis saksikan di media sosial, banyak di antara warga Muslim menyampaikan ucapan selamat tahun baru 1442 H. Ucapan itu juga penulis lihat di Grup WhatsApp (Grup WA).
**
Pergantian tahun baru Islam, disebut tahun Hijrah, berawal dari perjalanan Nabi Muhammad Saw pada hari Senin, tanggal 1 Rabi'al-Awwal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan 16 September 662 M. Rasulullah Saw bertolak ditemani Abu Bakar ra. Hijrah Nabi Saw bertolak  dari  Gua Tsaur, Mekkah, dan tiba di Madinah pada 8 Rabi'al Awwal 1 H/23 September 622 M.
Rombongan tiba dan disambut hangat warga setempat. Penduduk Madinah yang mendengar tibanya Nabi di Quba berdatangan menyambut.
Banyak kisah menarik dari tahun pertama hijrah tersebut. Tentu, bisa panjang jika dipaparkan. Namun ada satu hal penting, bahwa ketika Nabi Saw tiba di Madinah yang menyambut itu bukan hanya penduduk lokal, juga penduduk dari daerah lain. Ada dari kelompok beragama nasrani, yahudi dan suku-suku lain namun semuanya menyambu kedatangan Nabi Muhammad Saw.
Guna mewujudkan tujuan dakwah, Rasulullah Saw memandang bahwa kedamaian dan keamanan harus diwujudkan dengan menyingkirkan rasa takut dan sedih. Karenanya, kerukunan antarumat bagi seluruh anggota masyarakat di kota tersebut penting direalisasikan. Dan, dari sinilah dirumuskan apa yang kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah.